Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
16.846 views

Jangan Salah Menilai dan Mengasihani

Pertemuan sore itu sungguh tak direncanakan sebelumnya. Sekadar berniat saling melepas kangen dan berbagi rezeki atas buku yang baru saja diterbitkan. Di sebuah restoran cepat saji, saya berbincang dengan seorang sahabat yang sudah berusia 33 tahun dan sebentar lagi akan menyelenggarakan pernikahan adiknya.

Tak terlihat wajah muram, apalagi gelisah, mengingat sang adik terlebih dahulu menemukan jodoh. Padahal usianya dengan sang adik terpaut 5 tahun. Dia, sang kakak perempuan pun kabarnya tengah dirundung duka akibat ulah seseorang yang mengingkari janji mereka untuk menikah.

Di tengah suasana santai sambil menikmati hidangan, teman saya tersebut bercerita bahwa akhir-akhir ini ia kerap menerima sms dari seorang rekan yang isinya nasihat-nasihat yang bernada “menguatkan.”

“Mungkin itu bentuk perhatiannya kepadamu,” ujar saya menanggapi.

“Ya, saya juga memandang dari segi positifnya. Tapi kalau setiap hari menerima sms yang justru seperti ‘mengasihani’ saya yang gagal menikah lalu akan segera ‘dilangkahi’ oleh adik macam itu, saya kan nggak nyaman juga,” jawabnya.

...sekadar mengasihani tentu bukanlah sikap yang tepat untuk kita berikan pada orang-orang yang kita sayangi...

Teman saya itu kemudian melanjutkan, “Memangnya kenapa dengan saya yang masih gadis diusia segini? Apa dia merasa lebih baik karena telah memiliki pasangan hidup, dikaruniai anak, dan sudah memiliki rumah sendiri? Apakah karena saya jadi lebih rendah dan harus dikasihani? Saya jadi bingung dengan orang-orang di sekitar saya, terutama menjelang pernikahan adik. Mereka seolah memandang saya dengan tatapan iba, sementara saya sendiri telah berhasil mengatasi perasaan dan menjalin hubungan baik dengan calon ipar saya tersebut. Look at me: I’m single and very happy,” ungkapnya berapi-api.

Saya tersenyum mengiyakan dan memilih diam, sampai sahabat saya itu puas mengeluarkan uneg-uneg-nya. Sementara anak saya yang berumur tiga tahun juga sibuk dengan lelehan keju mozzarella yang mengotori jari-jemarinya. Jadi, saya memiliki kesempatan sejenak untuk mengalihkan oksigen yang  mulai menyesak dengan memberikan perhatian pada si kecil.

“Kenapa ya, yang justru lebih menekan perasaan justru komentar orang-orang di sekitar kita? Apa mereka merasa lebih baik ya, jadi mereka merasa perlu untuk mengomentari orang lain.” Sungutnya sambil menghabiskan lemon tea di gelasnya. Saya, lagi-lagi hanya bisa tersenyum.

Namun, kata-kata sahabat saya tersebut terngiang hingga saya tiba di rumah. Bahkan, serentetan request rutin dari anak saya pun tak sanggup membuyarkan konsentrasi pikiran saya pada apa yang dikatakan sahabat saya tersebut. “Apakah mereka mengira, mereka lebih baik?”

Saya jadi teringat pada perintah Allah Yang Maha Menggenggam hati, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok).”

Sungguh, saya tidak ingin berprasangka bahwa mereka yang melontarkan komentar-komentar pada sahabat saya tersebut bertujuan untuk memperolok. Namun,  apalagi yang menjadi motif, selain dari mereka merasa lebih baik kondisinya dari sahabat saya dan karena itu merasa pantas untuk mengasihani nasibnya?

...kita tidak pernah dapat menilai orang lain lebih beruntung atau lebih “nelangsa” hanya dari apa yang kasat mata...

Oh… sungguh, sampai detik ini tidak ada siapapun yang berhak untuk menilai seseorang lebih rendah atau lebih mulia selain Allah SWT saja. Namun, inilah pelajaran yang dapat saya ambil. Betapa, kita tidak pernah dapat menilai orang lain lebih beruntung atau lebih “nelangsa” hanya dari apa yang kasat mata. Begitu  banyak orang yang justru mendapatkan keutamaannya ketika mereka berada dalam kesendirian –yang tentu bukan karena kesengajaan. Sejarah mencatat kefaqihan seorang Ibnu Taimiyyah, ketangkasan seorang Laksamana Malahayati, dan kegigihan seorang Cut Nyak Dhien justru ketika mereka harus sendiri tanpa suami.

Karena itu, kita memang harus meyakini bahwa setiap orang menjalani maqam-(tempat)nya sendiri-sendiri. Jadi, sekadar mengasihani tentu bukanlah sikap yang tepat untuk kita berikan pada orang-orang yang kita sayangi. Justru dengan membantu mereka menemukan keunggulan-keunggulan yang masih terpendam dalam diri mereka, sekaligus menemani mereka mengeksplorasinya, akan membuat hidup mereka lebih berwarna, berarti, dan menebarkan manfaat meski mereka masih sendiri. [‘Aliya/voa-islam.com]

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Muslimah lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X