Sabtu, 17 Syawwal 1445 H / 6 Juli 2013 11:12 wib
19.484 views
Omzet Penjualan Kerudung Cina di Thamrin City Capai Milyaran Rupiah
JAKARTA (voa-islam.com) – Harus diakui bahwa maraknya produk-produk Cina masuk ke tanah air, tidak lepas dari murahnya barang yang mereka jual. Namun meskipun murah, secara kualitas diklaim tidak kalah dengan produk terkenal yang diproduksi dari negara lain.
Seperti diketahui, dengan jumlah penduduk terbesar di dunia serta memiliki teknologi yang cukup diakui dunia, membuat Cina melakukan ekspansi produk-produk negara mereka ke negara lain. Tidak hanya perangkat elektronik, namun Cina juga mengekspor produk-produk tekstil mereka.
Batik yang asli Indonesia-pun konon diproduksi Cina secara massal dan dijual ke Indonesia. Dengan sasaran kaum Muslimin sebagai pasar, Cina bahkan memproduksi pernak pernik terkait busana Muslim, seperti sajadah maupun kerudung.
Ketika ditanya alasannya menjual dan mengimpor barang impor asal Cina. “Secara kualitas China tidak kalah. Tetapi soal harga China lebih murah. Itu sebabnya dari waktu ke waktu permintaan jilbab buatan China mengalami peningkatan,” terang Aisyah, pemilik toko Laila Bai Traiding yang memfokuskan menjual barang impor asal Cina berupa kerudung dan sajadah.
Aisyah, muslimah berdarah China asal Malaysia ini mengklaim, produk Cina berupa kerudung maupun sajadah secara umum mulai dari motif maupun kualitas bagus bahkan banyak ditiru oleh pihak lain dan banyak peminatnya.
Meski produk Cina sering dianggap ‘murahan’, namun asisten Aisyah bernama Hani menjelaskan bahwa produk Cina yang mereka impor mulai dari harga yang murah juga ada untuk yang high class.
Ramdadhan Menuai Berkah
Terkait menjelang bulan suci Ramadhan tahun ini, penjualan barang impor mereka meningkat dengan drastis. “Tadi malam ada datang barang satu kontainer langsung habis, karena kita memfokuskan diri penjualan partai besar alias grosir,” jelas Hani.
Berbicara mengenai omset pemilik toko Laila Bai, Aisyah mengklaim sebulan mereka bisa mendapatkan milyaran rupiah apalagi jelang Ramadhan omset mereka meningkat secara drastis.“ Omzet bisa mencapai lima milyar,” aku Aisyah seorang Cina Muslim yang merupakan warga negara Malaysia tersebut.
Ketika ditanya beda produk lokal dengan produk Cina, Aisyah mengaku bahwa produk Cina lebih mengandalkan teknologi sehingga bisa memproduksi barang dengan banyak berbeda dengan produk lokal yang lebih memfokuskan pada home industry.
Berbeda dengan Aisyah, seorang pedagang busana Muslim di lantai 5 Thamrin City bernama Febri mengakui bahwa produk Cina menang secara kreasi karena teknologi mereka lebih maju, namun tidak secara kualitas.
“Mereka menang dari sisi kreasi karena memiliki teknologi yang lebih maju daripada kita, namun secara kualitas produk lokal sebenarnya lebih bagus,” klaim Febri kepada beberapa wartawan.
Saat ini produk jilbab buatan China yang laku di pasaran adalah jilbab Daun Polos, jilbab Paris, jilbab Sabrina, jilbab Polos Tipis, dan jilbab Eksklusif. Untuk soal harga, ia akan memberikan harga yang murah jika membeli kodian. “Untuk jilbab Paris saya kasih harga Rp 115 ribu per kodi, jilbab Sabrina Rp 250 ribu per kodi,” terangnya.
Menurut Aisyah, di Pasar Tasik maupun Pasar Tanah Abang pedagang busana Muslim dan jilbab buatan China ini sudah mulai banyak.“Selain saya, ada juga pedagang-pedagang lain yang menjual jilbab China. Kami tidak bermaksud mematikan jilbab produk lokal. Kami hanya memberikan pilihan kepada calon pembeli,” kata Aisyah. [desastian]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
