Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
3.282 views

Pendakwah di tengah Propaganda, Slogan, dan Target

JAKARTA (voa-islam.com)- Jika bicara agama, maka tidak ada satupun agama selain Islam yang berpotensi untuk mengatur segala sesuatunya, karena memang mereka tidak punya aturan-aturan itu. 

Nah, kalau kita berbicara tentang ideologi, baru ada beberapa ideologi-ideologi selain Islam yang punya potensi untuk mengatur segala sesuatu. Dan kita sudah tahu, bahwa ada ideologi selain Islam, kalau gak sekulerisme atau gak sosialisme. 

Nah, maka, ciri daripada ideologi itu adalah selalu disebarkan. Dia harus terus menerus dikembangbiakan ke tempat-tempat yang lain. Sejak kemudian runtuhnya ideologi sosialis itu, maka ideologi sekelurisme seolah-olah tak punya tanding. Mereka pun akan mengembangbiakan dirinya, dan menyebarkan ke mana-mana. Dan metode  penyebarannya ini pasti melalui metode yang namanya penjajahan.

Itu yang harus kita tangkap dulu: metode penjajahan, karena itulah satu-satunya penyebaran ideologi sekulerisme yang dipahami oleh mereka.

Maka sejak dulu, tahun 1600-an, 1700-an ketika Eropa sudah bangkit, mereka keluar dengan kapal-kapal mereka dan menyebarkan ideloginya, menjajah negeri-negeri lain dengan simbol 3G: Gold, Glory, Gosfel. Inilah yang harus dipahami bahwa ada penjajahan di sini. 

Dengan cara apa penjajahan belakangan ini dikembangkan? Yakni lewat slogan, yang dari tahun 2001, sekitar 17 tahun lalu, itu dikenal dengan nama war on terorism. Jadi ketika ditabraknya WTC tahun 2001 itu, tanggal 11 bulan 9 itu, di situlah diperkenalkan satu panggung baru: war on terorism. Sehingga penjajahan itu dilegitimasi atas nama war on terorism. Maksud dilegitimasi itu seperti, apa pun yang Anda lakukan, dianggap lebih sedikit bersalah daripada lebih dari itu.

Inilah yang dinamakan legitimasi. War on terorism ini menjadi legitimasi penjajahan hampir di seluruh dunia dari tahun 2001-2008. 

Tahun 2008, dari war on terorism menjadi war on radicalism. Jadi sejak zamannya Barack Obama, partau Demokrat yang ada di AS pergantian ini terjadi. Hal demikian dilakukan untuk meluaskan kontrol mereka. Kalau di awal, tempat-tempat yang bisa mereka kontrol adalah tempat-tempat yang mereka sudah bidik, yang di situ ada seolah-olah ada kekacauan fisik maka ketika kekacauan fisik itu terjadi baru bisa masuk yang namanya war on terorism.

Tapi ketika bicara war on radicalism, yang disebut Obama berkali-kali itu maka mereka mulai masuk bukan dalam ranah fisik saja, tapi juga masuk ke ranah pemikiran. Kalau dipahami baik, kondisi sekarang ini, seperti apa dan bagaimana keluar dari kondisi tesebut.

Nah, jadi war on radicalism ini masuk ke dalam ramah pemikiran, maka pemikiran bisa dihubungi, pemikiran bisa dikasih benar atau salah, gara-gara berpikit orang bisa dilarang, gara-gara berpikir orang bisa dihukum, gara-gara berpikir orang bisa dikerangkeng, dan seterusnya.

Inilah yang dibawa ke Indonesia pada tahun 2012. Jadi kalau Anda tidak percaya, Anda cari di internet, Anda buka dan ketik di situ (Google) akan kapan muncul slogan-slogan NKRI harga mati, kapan muncul slogan-slogan anti radicalism, dan lainnya seperti slogan-slogan sekarang ini dan semua itu muncul tahun 2012 ke belakang. Yang tidak ada sebelumnya. Yang tidak pernah terjadi di Indonesia sebelumya slogan-slogan seperti ini. Untuk apa? Untuk supaya ketika mereka melaksanakan penjajahan mereka itu, mereka bisa bersembunyi di balik war on radicalism ini. 

Persis ketika seperti kemarin, Amerika menghabisi Irak, Amerika menghabisi Aghanistan, dan banyak sekali di situ jiwa yang meninggal dibanding dengan, taruhlah 11/9, tapi itu orang malah melihat seolah-olah perang di Irak itu dilegitimasi, dijustifikasi dengan war on terorism. Karena seolah-olah Amerika mengatakan:

Tidak ada masalah yang lebih besar di dunia ini daripada war in terorism”. Sama seperti di Indonesia, dibuat war on radicalism itu supaya apa pun yang terjadi, keburukan di negeri ini, semuanya boleh dilegitimasi, semuanya dijustifikasi atas nama war on radicalism. 

Jadi contohnya begini. Anda koruptor, gak apa-apa. Anda bunuh orang, gak apa-apa. Anda pezina, gak apa-apa. Anda maling, gak apa-apa. Anda tawuran, gak apa-apa, asal Anda jangan HTI. Paham maksud saya? 

Disebutkan seperti itu karena sudah masuk ke dalam ranah radikalisme tadi. Dan radikalisme itu mesti ada simbol. Siapa simbol yang paling bagus? Ustaz Ismail Yusanto. Kalau ustaz Munarman simbolnya bukan radikalisme tapi terorism. Jadi, justifikasi harus diambil. Ada simbol diambil dan dibikin kartu mati. Supaya penjajahan-penjajahan ini bisa terus dilanjutkan.

Kalau bicara NKRI, kalau bicara Indonesia dan pengerusakan-pengerusakan di dalamnya maka bahaya-bahaya tadi sudah di dapan mata. Dari segi apa pun yang kita lihat, itu sudah semuanya. Sudah di depan mata. Dari segi keluarga. Dari segi ekonomi. Dari segi pergaulan. Dari segi budaya. Dari segi sumber daya alam (SDA). Dan seterusnya.

Itu sudah banyak orang yang menyadari. Tetapi semuanya sekali lagi, bisa dijustifikasi selama pelakunya bukan orang HTI, karena yang dianggap paling berbahaya adalah yang ingin mengganti dasar Negara. Inilah narasi-narasi yang dibuat dan perlu diketahui terlebih dahulu. Namun jika narasi ini tidak ada, pasti orang akan mengarahkan ke sana, namanya dengan menggunakan teknik penyesatan politik. Jadi supaya orang itu tidak melihat ini parah, maka dikasih lihat yang ini (lain)/lebih parah.

Contoh, dulu bensin naik, muncul kolor ijo. Naik bensin lagi, muncul peristiwa Hambalang dan seterusnya. Justifikasi-justifikasi, yang sehingga problem yang utama itu tidak bisa dilihat. Dari sinilah kita bisa melihat masalah-masalah persekusi selama ini. Jadi masalah persekusi seperti ini adalah masalah yang wajib mereka lakukan dalam agenda mereka untuk menjajah Indonesia. Untuk menjajah negeri-negeri kaum muslimin. Maka akan mereka lakukan ini terus menerus. Kalau tidak, maka Islam akan bangkit dan akan menjadi penangkal utama penjajahan. 

Sebab kita tahu bahwa Islam itu punya sebuah yang disebut ‘alamiah’. Islam itu punya satu hal yang natural. Yang natural dalam Islam adalah setiap orang yang beragama Islam sudah tertanam dalam dirinya satu hal yang namanya KEADILAN. Orang Islam tidak akan bisa diam bila melihat ketidakadilan. Orang Islam tidak akan bisa diam ketika melihat kezaliman. Maka, di manapun orang Islam berada, begitu mereka melihat sesuatu yang tidak adil, mereka  akan bangun.

Mereka akan bicara, karena melihat ada sesuatu yang aneh dan akan memperjuangkan keadilan itu. Itu sudah ada di dalam diri orang Islam. Supaya ini tidak terasa, maka Islam itu harus dibubarkan. 

Terakhir, saya ingin menyampaikan, lihatlah sejarah. Dan saya merasakan ini seperti kembali ke sejarah 56-59. Ini persis. Bahkan pemain-pemainnya hampir sama. 

Bisa terjadi seperti itu, dulu ketika tahun 55, Pemilu yang menang Masyumi. Ketika yang menang itu ada Masyumi, di situ juga ada PKI. Di situ ada PNI. Dari dulu ke dulu Indonesia dikenal dengan pemisahan-pemisahan seperti ini. Tengah, kiri, kanan. Kiri, sosialis. Tengah adalah nasionalis. Kemudian kanan adalah partai yang melambangkan Islam. Kemudian terhadi kisruh dan seterusnya. 56-59 ada perjuangan dari hasil kesadaran kaum muslimin yang sangat luar biasa, itu adalah Sidang Konstituante. 

Di sidang itu kemudian dibentur-benturkan antara Islam dan Pancasila. Antara Islam dengan Negara. Antara Islam dengan nasioanalisme. Dan seterusnya. Itu dibentur-benturkan terus. Seolah-olah yang ingin disampaikan di situ, “Kalau Anda ingin Indonesia, Anda tidak boleh Islam. Kalau Anda ingin Islam, Anda tidak boleh bicara Indonesia”. Seolah-olah dibenturkan seperti ini. 56-59 akhirnya muncul Dekrit Presiden dan kemudian muncul di situ ujung-ujungnya Masyumi dibubarkan. 

Kekuatan dibubarkannya dengan Nasakom (nasionalis, agama, komunis). Mereka meyakini bisa menyatukan itu dalam satu tempat. 

Kita sudah tahu, bahwa kiri itu diwakili oleh PKI. Tengah diwakili PNI. Dan grup kanan pada waktu itu diwakili, ini ada dalam sejarah, sekali lagi sejarah yang tidak bisa disalahkan, diwakili oleh NU. Jadi, kalau Anda lihat sejarah, itu episode-episodenya sudah mulai tertata dengan baik. 

Dibubarkannya tokoh-tokoh Masyumi, Masyumi itu dibuat HTI seperti sekarang ini. Persis sama. Jadi, orang tuh gak boleh bilang Masyumi. Orang gak boleh ini anak dari tokoh Masyumi. Bahkan yang pernah terjadi di Sumatra Barat, kita baca sejarah, orang sampai mengganti namanya dengan nama-nama berbau Jawa agar tidak ditangkap yang namanya Pamswakarsa, atau disebut Angkatan ke-V karena mereka ingin menghindari simbolisasi radikalisme itu, yang dulu ada pada Masyumi, yang dulu ada pada PRRI, dan Permesta. 

Ada teman saya orang Minang namanya John Kennedy, panggilannya Ned. Ada misalkan nama orang Padang namanya Tukimin. Padahal orang Padang dulu terkenal dengan nama Samsul, Zainuddin (Tenggalamnya Kapal Van Der Witjk), dan lainnya. 

Ini terjadi dan bisa kita lihat sekarang-sekarang ini, di mana 59, kemudian 60 Masyumi dibubarkan, ditangkapi orang-orangnya, Buya Hamka masuk penjara, Moh. Natsir masuk penjara. Ulama-ulama yang memagang Islam dan dirasa berbahaya bagi kepentingan penjajahan itu semuanya dimasukkin.

Tahun 65 PKI melakukan pemberontakan, yang NU dibunuhi, yang PNI juga dibunuhi. Ini adalah sejarah yang harus kita pahami sekarang. Kita tidak berharap sejarang berulang, tapi gaya-gayanya sudah mulai mirip. HTI sudah muncul sebagai simbol radikalisme. Siapa pun tokoh yang terkait dengan HTI, akan terjadi sebuah kartu mati. Gusnur belain orang HTI, dapat. 2019 ganti presiden ditunggangi, HTI. Anak-anak bawa bendera laa ila hailallah ditunggangi, HTI. Pakai topi laa ila hailallah ditunggangi, HTI. Semuanya diantar seperti itu. Dan ini lucu. 

Lebih lucu lagi, video beredar HTI sama dengan PKI. Padahal dulu orang yang sama bilang bahwa PKI itu tidak ada, ketika isu PKI itu ke mereka. Tapi kemudian HTI ingin dikriminalisasi langsung disamakan dengan PKI. 

Baca sejarah, PKI itu partai pemerintah. Jika kalau kita lihat episode-episodenya sudah sama. HTI dan Masyumi sama-sama dikriminalisasi. Ulama-ulama ditangkapi. Kalau Masyumi jadi HTI, kalau NU siapa, saya tidak tahu, saya tidak seberani Gusnur. 

Ini ancaman yang nyata yang terjadi saat ini di depan mata kita. Apa yang sebenarnya terjadi: sekarang cuma masalah syahwat kekuasaan penjajahan. Artinya mereka benar-benar panik karena apa yang terjadi 411 dan 212 itu di luar hitungan mereka sehingga mereka membuat langkah-langkah yang panik, yang di luar logika mereka sendiri. Dan bagi kita tidak masalah. Dakwah tetap jalan. Mau Firaun yang jadi Presiden, maupun sekelas nabi Sulaiman yang menjadi presiden, dakwah tetap jalan dan kita tidak ada masalah. Tidak ada yang bisa menghentikam dakwah ini karena disuruh siapa pun, karena ini disuruh langsunh oleh Allah subhana wa ta’ala. Jadi kita tidak akan berhenti. 

*Pendakwah, Felix Siauw

JAKARTA (voa-islam.com)- Jika bicara agama, maka tidak ada satupun agama selain Islam yang berpotensi untuk mengatur segala sesuatunya, karena memang mereka tidak punya aturan-aturan itu. 

Nah, kalau kita berbicara tentang ideologi, baru ada beberapa ideologi-ideologi selain Islam yang punya potensi untuk mengatur segala sesuatu. Dan kita sudah tahu, bahwa ada ideologi selain Islam, kalau gak sekulerisme atau gak sosialisme. 

Nah, maka, ciri daripada ideologi itu adalah selalu disebarkan. Dia harus terus menerus dikembangbiakan ke tempat-tempat yang lain. Sejak kemudian runtuhnya ideologi sosialis itu, maka ideologi sekelurisme seolah-olah tak punya tanding. Mereka pun akan mengembangbiakan dirinya, dan menyebarkan ke mana-mana. Dan metode  penyebarannya ini pasti melalui metode yang namanya penjajahan. Itu yang harus kita tangkap dulu: metode penjajahan, karena itulah satu-satunya penyebaran ideologi sekulerisme yang dipahami oleh mereka.

Maka sejak dulu, tahun 1600-an, 1700-an ketika Eropa sudah bangkit, mereka keluar dengan kapal-kapal mereka dan menyebarkan ideloginya, menjajah negeri-negeri lain dengan simbol 3G: Gold, Glory, Gosfel. Inilah yang harus dipahami bahwa ada penjajahan di sini. 

Dengan cara apa penjajahan belakangan ini dikembangkan? Yakni lewat slogan, yang dari tahun 2001, sekitar 17 tahun lalu, itu dikenal dengan nama war on terorism. Jadi ketika ditabraknya WTC tahun 2001 itu, tanggal 11 bulan 9 itu, di situlah diperkenalkan satu panggung baru: war on terorism. Sehingga penjajahan itu dilegitimasi atas nama war on terorism. Maksud dilegitimasi itu seperti, apa pun yang Anda lakukan, dianggap lebih sedikit bersalah daripada lebih dari itu. Inilah yang dinamakan legitimasi. War on terorism ini menjadi legitimasi penjajahan hampir di seluruh dunia dari tahun 2001-2008. 

Tahun 2008, dari war on terorism menjadi war on radicalism. Jadi sejak zamannya Barack Obama, partau Demokrat yang ada di AS pergantian ini terjadi. Hal demikian dilakukan untuk meluaskan kontrol mereka. Kalau di awal, tempat-tempat yang bisa mereka kontrol adalah tempat-tempat yang mereka sudah bidik, yang di situ ada seolah-olah ada kekacauan fisik maka ketika kekacauan fisik itu terjadi baru bisa masuk yang namanya war on terorism. Tapi ketika bicara war on radicalism, yang disebut Obama berkali-kali itu maka mereka mulai masuk bukan dalam ranah fisik saja, tapi juga masuk ke ranah pemikiran. Kalau dipahami baik, kondisi sekarang ini, seperti apa dan bagaimana keluar dari kondisi tesebut.

Nah, jadi war on radicalism ini masuk ke dalam ramah pemikiran, maka pemikiran bisa dihubungi, pemikiran bisa dikasih benar atau salah, gara-gara berpikit orang bisa dilarang, gara-gara berpikir orang bisa dihukum, gara-gara berpikir orang bisa dikerangkeng, dan seterusnya.

Inilah yang dibawa ke Indonesia pada tahun 2012. Jadi kalau Anda tidak percaya, Anda cari di internet, Anda buka dan ketik di situ (Google) akan kapan muncul slogan-slogan NKRI harga mati, kapan muncul slogan-slogan anti radicalism, dan lainnya seperti slogan-slogan sekarang ini dan semua itu muncul tahun 2012 ke belakang. Yang tidak ada sebelumnya. Yang tidak pernah terjadi di Indonesia sebelumya slogan-slogan seperti ini. Untuk apa? Untuk supaya ketika mereka melaksanakan penjajahan mereka itu, mereka bisa bersembunyi di balik war on radicalism ini. 

Persis ketika seperti kemarin, Amerika menghabisi Irak, Amerika menghabisi Aghanistan, dan banyak sekali di situ jiwa yang meninggal dibanding dengan, taruhlah 11/9, tapi itu orang malah melihat seolah-olah perang di Irak itu dilegitimasi, dijustifikasi dengan war on terorism. Karena seolah-olah Amerika mengatakan: “Tidak ada masalah yang lebih besar di dunia ini daripada war in terorism”. Sama seperti di Indonesia, dibuat war on radicalism itu supaya apa pun yang terjadi, keburukan di negeri ini, semuanya boleh dilegitimasi, semuanya dijustifikasi atas nama war on radicalism. 

Jadi contohnya begini. Anda koruptor, gak apa-apa. Anda bunuh orang, gak apa-apa. Anda pezina, gak apa-apa. Anda maling, gak apa-apa. Anda tawuran, gak apa-apa, asal Anda jangan HTI. Paham maksud saya? 

Disebutkan seperti itu karena sudah masuk ke dalam ranah radikalisme tadi. Dan radikalisme itu mesti ada simbol. Siapa simbol yang paling bagus? Ustaz Ismail Yusanto. Kalau ustaz Munarman simbolnya bukan radikalisme tapi terorism. Jadi, justifikasi harus diambil. Ada simbol diambil dan dibikin kartu mati. Supaya penjajahan-penjajahan ini bisa terus dilanjutkan.

Kalau bicara NKRI, kalau bicara Indonesia dan pengerusakan-pengerusakan di dalamnya maka bahaya-bahaya tadi sudah di dapan mata. Dari segi apa pun yang kita lihat, itu sudah semuanya. Sudah di depan mata. Dari segi keluarga. Dari segi ekonomi. Dari segi pergaulan. Dari segi budaya. Dari segi sumber daya alam (SDA). Dan seterusnya. Itu sudah banyak orang yang menyadari. Tetapi semuanya sekali lagi, bisa dijustifikasi selama pelakunya bukan orang HTI, karena yang dianggap paling berbahaya adalah yang ingin mengganti dasar Negara. Inilah narasi-narasi yang dibuat dan perlu diketahui terlebih dahulu. Namun jika narasi ini tidak ada, pasti orang akan mengarahkan ke sana, namanya dengan menggunakan teknik penyesatan politik. Jadi supaya orang itu tidak melihat ini parah, maka dikasih lihat yang ini (lain)/lebih parah. Contoh, dulu bensin naik, muncul kolor ijo. Naik bensin lagi, muncul peristiwa Hambalang dan seterusnya. Justifikasi-justifikasi, yang sehingga problem yang utama itu tidak bisa dilihat. Dari sinilah kita bisa melihat masalah-masalah persekusi selama ini. Jadi masalah persekusi seperti ini adalah masalah yang wajib mereka lakukan dalam agenda mereka untuk menjajah Indonesia. Untuk menjajah negeri-negeri kaum muslimin. Maka akan mereka lakukan ini terus menerus. Kalau tidak, maka Islam akan bangkit dan akan menjadi penangkal utama penjajahan. 

Sebab kita tahu bahwa Islam itu punya sebuah yang disebut ‘alamiah’. Islam itu punya satu hal yang natural. Yang natural dalam Islam adalah setiap orang yang beragama Islam sudah tertanam dalam dirinya satu hal yang namanya KEADILAN. Orang Islam tidak akan bisa diam bila melihat ketidakadilan. Orang Islam tidak akan bisa diam ketika melihat kezaliman. Maka, di manapun orang Islam berada, begitu mereka melihat sesuatu yang tidak adil, mereka  akan bangun. Mereka akan bicara, karena melihat ada sesuatu yang aneh dan akan memperjuangkan keadilan itu. Itu sudah ada di dalam diri orang Islam.

Supaya ini tidak terasa, maka Islam itu harus dibubarkan. 

Terakhir, saya ingin menyampaikan, lihatlah sejarah. Dan saya merasakan ini seperti kembali ke sejarah 56-59. Ini persis. Bahkan pemain-pemainnya hampir sama. 

Bisa terjadi seperti itu, dulu ketika tahun 55, Pemilu yang menang Masyumi. Ketika yang menang itu ada Masyumi, di situ juga ada PKI. Di situ ada PNI. Dari dulu ke dulu Indonesia dikenal dengan pemisahan-pemisahan seperti ini. Tengah, kiri, kanan. Kiri, sosialis. Tengah adalah nasionalis. Kemudian kanan adalah partai yang melambangkan Islam. Kemudian terhadi kisruh dan seterusnya. 56-59 ada perjuangan dari hasil kesadaran kaum muslimin yang sangat luar biasa, itu adalah Sidang Konstituante. 

Di sidang itu kemudian dibentur-benturkan antara Islam dan Pancasila. Antara Islam dengan Negara. Antara Islam dengan nasioanalisme. Dan seterusnya. Itu dibentur-benturkan terus. Seolah-olah yang ingin disampaikan di situ, “Kalau Anda ingin Indonesia, Anda tidak boleh Islam. Kalau Anda ingin Islam, Anda tidak boleh bicara Indonesia”. Seolah-olah dibenturkan seperti ini. 56-59 akhirnya muncul Dekrit Presiden dan kemudian muncul di situ ujung-ujungnya Masyumi dibubarkan. 

Kekuatan dibubarkannya dengan Nasakom (nasionalis, agama, komunis). Mereka meyakini bisa menyatukan itu dalam satu tempat. 

Kita sudah tahu, bahwa kiri itu diwakili oleh PKI. Tengah diwakili PNI. Dan grup kanan pada waktu itu diwakili, ini ada dalam sejarah, sekali lagi sejarah yang tidak bisa disalahkan, diwakili oleh NU. Jadi, kalau Anda lihat sejarah, itu episode-episodenya sudah mulai tertata dengan baik. 

Dibubarkannya tokoh-tokoh Masyumi, Masyumi itu dibuat HTI seperti sekarang ini. Persis sama. Jadi, orang tuh gak boleh bilang Masyumi. Orang gak boleh ini anak dari tokoh Masyumi. Bahkan yang pernah terjadi di Sumatra Barat, kita baca sejarah, orang sampai mengganti namanya dengan nama-nama berbau Jawa agar tidak ditangkap yang namanya Pamswakarsa, atau disebut Angkatan ke-V karena mereka ingin menghindari simbolisasi radikalisme itu, yang dulu ada pada Masyumi, yang dulu ada pada PRRI, dan Permesta. 

Ada teman saya orang Minang namanya John Kennedy, panggilannya Ned. Ada misalkan nama orang Padang namanya Tukimin. Padahal orang Padang dulu terkenal dengan nama Samsul, Zainuddin (Tenggalamnya Kapal Van Der Witjk), dan lainnya. 

Ini terjadi dan bisa kita lihat sekarang-sekarang ini, di mana 59, kemudian 60 Masyumi dibubarkan, ditangkapi orang-orangnya, Buya Hamka masuk penjara, Moh. Natsir masuk penjara. Ulama-ulama yang memagang Islam dan dirasa berbahaya bagi kepentingan penjajahan itu semuanya dimasukkin.

Tahun 65 PKI melakukan pemberontakan, yang NU dibunuhi, yang PNI juga dibunuhi. Ini adalah sejarah yang harus kita pahami sekarang. Kita tidak berharap sejarang berulang, tapi gaya-gayanya sudah mulai mirip. HTI sudah muncul sebagai simbol radikalisme. Siapa pun tokoh yang terkait dengan HTI, akan terjadi sebuah kartu mati. Gusnur belain orang HTI, dapat. 2019 ganti presiden ditunggangi, HTI. Anak-anak bawa bendera laa ila hailallah ditunggangi, HTI. Pakai topi laa ila hailallah ditunggangi, HTI. Semuanya diantar seperti itu. Dan ini lucu. 

Lebih lucu lagi, video beredar HTI sama dengan PKI. Padahal dulu orang yang sama bilang bahwa PKI itu tidak ada, ketika isu PKI itu ke mereka. Tapi kemudian HTI ingin dikriminalisasi langsung disamakan dengan PKI. 

Baca sejarah, PKI itu partai pemerintah. Jika kalau kita lihat episode-episodenya sudah sama. HTI dan Masyumi sama-sama dikriminalisasi. Ulama-ulama ditangkapi. Kalau Masyumi jadi HTI, kalau NU siapa, saya tidak tahu, saya tidak seberani Gusnur. 

Ini ancaman yang nyata yang terjadi saat ini di depan mata kita. Apa yang sebenarnya terjadi: sekarang cuma masalah syahwat kekuasaan penjajahan. Artinya mereka benar-benar panik karena apa yang terjadi 411 dan 212 itu di luar hitungan mereka sehingga mereka membuat langkah-langkah yang panik, yang di luar logika mereka sendiri. Dan bagi kita tidak masalah. Dakwah tetap jalan. Mau Firaun yang jadi Presiden, maupun sekelas nabi Sulaiman yang menjadi presiden, dakwah tetap jalan dan kita tidak ada masalah. Tidak ada yang bisa menghentikam dakwah ini karena disuruh siapa pun, karena ini disuruh langsunh oleh Allah subhana wa ta’ala. Jadi kita tidak akan berhenti. 

*Pendakwah, Felix Siauw

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Berita Dakwah Indonesia lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X