Selasa, 3 Rajab 1447 H / 23 Desember 2025 15:05 wib
210 views
Pahala Tetap Tercatat Saat Amal Terlewat, Kapan Itu?
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah ﷺ dan keluarganya.
Di antara bentuk rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah bahwa siapa saja yang memanfaatkan waktu dan umurnya untuk menaati Rabb-nya, lalu terhalang dari melakukan amal-amal ketaatan tersebut karena suatu uzur seperti sakit atau bepergian, maka Allah Ta‘ala tetap mencatat baginya pahala secara sempurna sebagaimana yang biasa ia lakukan ketika dalam keadaan sehat dan menetap.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy‘ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Apabila seorang hamba sakit atau bepergian, maka dicatat baginya pahala seperti apa yang biasa ia lakukan ketika bermukim dan dalam keadaan sehat.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه اللهdalam Fathul Baari menjelaskan: “Hadits ini berlaku bagi orang yang terbiasa melakukan ketaatan, lalu ia terhalang dari (mengerjakan)-nya, sementara niatnya adalah tetap melakukannya seandainya tidak ada penghalang.”
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memberitahukan bahwa orang yang tidak memanfaatkan waktu sehat dan waktu luangnya untuk menaati Allah berarti telah merugikan dan menzalimi dirinya sendiri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu (merugi) karenanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari dan Ahmad dari Ibnu Abbas radliyallah 'anhuma).
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Makna hadits ini adalah bahwa seseorang merugikan dirinya sendiri dalam dua nikmat tersebut, karena ia tidak memanfaatkannya dengan baik dan tidak mensyukuri Allah atas keduanya.”
[Baca: Menyia-nyiakan Umur Menyesal di Alam Kubur]
Oleh karena itu, apabila Allah menganugerahkan kepada seorang hamba waktu ketika tubuhnya sehat dan ia memiliki waktu luang, maka hendaklah ia memanfaatkan kedua nikmat tersebut untuk menaati Rabb-nya. Sebagaimana firman Allah Ta‘ala kepada Rasul-Nya:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), bersungguh-sungguhlah (dalam ibadah). Dan hanya kepada Tuhanmu hendaklah engkau berharap.” (QS. Asy-Syarh: 7–8)
Ibnu Katsir رحمه الله menjelaskan:
إِذَا فَرَغْتَ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا وَأَشْغَالِهَا وَقَطَعْتَ عَلَائِقَهَا، فَانْصِبْ فِي الْعِبَادَةِ، وَقُمْ إِلَيْهَا نَشِيطًا فَارِغَ الْبَالِ، وَأَخْلِصْ لِرَبِّكَ النِّيَّةَ وَالرَّغْبَةَ
“Yaitu, apabila engkau telah selesai dari urusan-urusan dunia dan kesibukannya, serta telah memutus keterikatan dengannya, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan kosongkan pikiran serta ikhlaskanlah niat dan keinginanmu hanya untuk Tuhanmu.”
[Baca: Agar Tidak Berkata: Kembalikan Aku ke Dunia, Aku Mau Beramal Shalih!]
Mari kita manfaatkanlah waktu dan umur untuk hal-hal yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah. Besar harapan, kita akan meraih kebaikan dunia dan akhirat. Janglah menyia-nyiakan waktu, karena kelak kita akan menyesalinya pada saat penyesalan tidak lagi bermanfaat. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!