Turki Ijinkan Siswi Sekolah Islam Memakai Jilbab

TURKI, muslimdaily.net, Turki telah mencabut larangan puluhan tahun lamanya terhadap pemakaian jilbab di sekolah-sekolah Islam, sementara kalangan sekularis melihat langkah itu sebagai bukti baru pada upaya pemerintah untuk "mengislamkan" negara.

"Mari kita ijinkan semua orang untuk memberi pakaian anak mereka seperti yang mereka inginkan, sesuai dengan kemampuan mereka," kata Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam sebuah konferensi di Madrid pada hari Selasa, 27 November, sebagaimana dilansir onislam.net.

"Semua langkah ini diambil sebagai hasil dari permintaan."

Dalam perubahan ini, siswa di sekolah-sekolah Islam, yang dikenal sebagai Imam Hatip, akan diizinkan untuk memakai jilbab. Murid di sekolah biasa juga akan dapat mengenakan jilbab dalam pelajaran Qur'an. Perubahan ini akan mulai berlaku dari tahun akademik 2013-2014.

Hijab, pakain wajib bagi muslimah, telah dilarang di gedung-gedung publik, universitas, sekolah dan gedung-gedung pemerintah di Turki sejak lama setelah kudeta militer tahun 1980. Elit sekuler Turki, termasuk militer, hakim dan rektor universitas, kukuh menentang meringannya larangan jilbab.

Pada tahun 2008, Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) dari Erdogan melakukan perubahan konstitusional mengurangi pembatasan jilbab di universitas.

Sekolah Imam Hatip, dimana Erdogan sendiri merupakan salah seorang lulusannya, saat ini didatangi oleh sekitar 240.000 dari sekitar empat juta siswa SMA di Turki.

Penolakan Sekuler

Namun langkah ditentang oleh kalangan sekularis sebagai langkah baru untuk mendorong agenda Islam di Turki.

"Ini akan berakhir dengan cadar," judul artikel pada surat kabar sekuler, Cumhuriyet .

Tapi kelompok Turki lainnya menyuarakan dukungan untuk reformasi ini.

Gurkan Avci, kepala Persatuan Pendidik Demokrat (DES), mengatakan bahwa langkah ini menghapus warisan kudeta militer 12 September 1980 dengan mengubah cara berpakaian.

"Kita tidak akan dapat menyelamatkan sistem pendidikan dari konsekuensi jahat dari penindasan, ritual, dogma dan pemikiran dari periode 'perang dingin' sampai guru dan murid dibebaskan," katanya. [rah]