Kamis, 30 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Maret 2017 13:37 wib
90.692 views
Tak Patut Jokowi Ajak Terdakwa Ahok Sambut Raja Saudi Salman!
Oleh : Ferdinand Hutahaean
AHOK SAMBUT RAJA SALMAN BERSAMA JOKOWI, PEMERINTAH TIDAK MENGHORMATI RAJA SAUDI
Kunjungan Yang Mulia Raja Saudi King Salman bin Abdulazis Al Saud ke Indonesia yang masih menumpuk banyak pertanyaan tentang misi kunjungan Raja sesungguhnya dan belum terjawab, kembali dihantam deras oleh informasi dan berita disebuah media on line yang diposting pagi tadi pukul 05.55 WIB yang menyatakan bahwa Ahok akan turut serta menyambut kedatangan Raja Salman bersama Presiden Jokowi atas undangan istana.
Sungguh pemberitaan ini mengagetkan, mendadak dan sangat tidak patut terjadi. King Salman bin Abdulaziz Al Saud adalah penguasa dan pemimpin tertinggi negara Saudi Arabia yang menjadi asal muasal dan titik awal lahirnya Islam.
Disanalah Islam lahir, bertumbuh dan berkembang hingga menyebar keseluruh sudut dunia. King Salman juga identik dengan Islam karena Pemimpin tertinggi Saudi itu adalah penjaga dua kota suci umat Islam yaitu Mekkah dan Medinah. Mekkah adalah kota tujuan umat muslim seluruh dunia untuk menyempurnakan keislamannya.
King Salman justru menjadi identik sebagai pemimpin Islam meski gelar itu tidak pernah ada namun King Salman adalah pemimpin yang disegani dan dihormati serta dimuliakan oleh dunia.
Kita melihat bagaimana sibuknya pemerintah mempersiapkan acara penyambutan terhadap kedatangan Raja Salman dengan segala keperluan Raja. Pemerintah bekerja keras untuk mempersiapkan segala permintaan pihak Saudi untuk memenuhi standar pelayanan dan standar kebututuhan Raja Salman. Indonesia bekerja keras bahkan tidak pernah mempersiapkan penyambutan kepala negara lain seperti mempersiapkan penyambutan kedatangan Raja Salman kali ini.
Kita patut apresiasi kerja keras tersebut karena memang kedudukan Raja Salman sebagai pemimpin sebuah negara patut menerima itu semua.
Namun kesalahan yang harus saya sebut dengan kebodohan harus terjadi dan merusak serta menodai semua upaya keras pemerintah untuk menunjukkan rasa hormat kepada Saudi dan Raja Salman yaitu diundangnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam rombongan bersama Presiden Jokowi yang akan menyambut secara langsung Raja Salman di Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta.
Inilah noda hitam yang ditumpahkan pemerintah kepada kerja kerasnya menyambut Raja Salman.
Kehadiran Ahok nanti dalam penyambutan Raja Salman bersama Presiden adalah sesuatu yang tidak layak dilakukan oleh pemerintah, karena Ahok berstatus TERDAKWA PENODAAN AGAMA ISLAM, yaitu Agama yang dianut oleh Raja Salman yang datang dari negara asal Agama Islam.
Selain itu, mengikut sertakan seorang terdakwa dalam rombongan penyambutan seperti ini bersama presiden adalah bentuk rasa tidak menghormati dan bahkan bisa dikategorikan sebagai sebuah sikap menghina bagi Raja Salman dan hinaan bagi pemerintah sendiri karena ternyata status terdakwa adalah status biasa dan tidak menjadi sebuah masalah bahkan terdakwa bisa satu mobil dengan presiden.
Tidak sepatutnya Ahok turut serta dalam rombongan penjemput Raja Salman apapun alasannya, meski sebagai Gubernur karena status terdakwa Ahok adalah atas ketetapan negara dan negara saat ini yang sedang berupaya untuk menghukum Ahok sebagai pelaku penodaan agama.
Lantas mengapa pemerintah menjadi tidak menghormati tugas negara?
Mestinya pemerintah bersikap lebih menunjukkan penghormatan kepada Raja Salman yang agamanya dinodai oleh Ahok. Betapa ternyata demi sebuah kepentingan politik, rejim ini mampu dan tega tidak menghormati Raja Saudi serta menghinakan diri dengan menyertakan seorang terdakwa menyambut tamu besar yang agamanya dinodai sang terdakwa.
Anda sehat tuan presiden?
Jakarta, 01 maret 2017
-------
Sehari sebelumnya sebagai terdakwa Ahok jalani sidang ke 12 dalam kasus penistaan agama,
Habib Rizieq Sebut Enam Ungkapan Ahok yang Menjadi Bukti Menistakan Agama di Kepulaun Seribu
Persidangan kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama ke-12, Habib Rizieq menyebut ada enam ungkapan yang salah dilakukan oleh Ahok.
“Saya melihat video yang diputar di kepulauan seribu, dan saya melihat ada enam kesalahan yang dilakukan oleh Ahok,” kata Habib Rizieq dalam ruang persidangan, Selasa (28/02).
Pembina GNPF-MUI tersebut menegaskan ada enam ungkapan yang salah dilontarkan oleh Ahok di kepulauan seribu.
“Yang pertama, jangan percaya, kedua engga pilih saya, ketiga dibohongi pake surat Al-Maidah ayat 51, keempat macam-macam itu, kelima karena saya takut masuk neraka, keenam dibodohi,” tutur Habib Rizieq menirukan gaya Ahok.
Habib menilai, pernyataan yang disampaikan oleh saudara Ahok bukan hanya merupakan urusan pribadi akan tetapi sudah mencakup masyarakat luas, khususnya umat Islam.
“Ini bukan hanya urusan pribadi, ini mencakup masyarakat luas, dan ini masalah hukum, masalah penodaan agama,” papar Habib Rizieq dalam persidangan.
Ungkapan “jadi jangan percaya sama orang”, kata habib, maka itu merupakan sebuah ajakan kepada masyarakat agar jangan percaya siapa pun yang menggunakan surat Al-Maidah ayat 51.
“Ungkapan itu merupakan sebuah ajakan untuk melarang umat Islam memilih pemimpin,” ungkapnya.
Kedua, lanjut habib, “kata-kata tidak pilih saya memperjelas bahwa itu dalam konteks pilkada dan tidak ada hubungannya dengan kunjungan kerja”.
“Kata dibohongi pake Al-Maidah itu memunculkan pertanyaan, siapa yang dibohongi? Tentu umat Islam, tentu maksudnya kalau dibohongi berarti surat al maidah dijadikan sebagai sumber kebohongan,” jelas Habib.
Imam Besar FPI ini menilai bahwa jelas hal itu merupakan penodaan terhadap Islam.
“Ini sebuah penodaan, jadi Al-Qur’an itu diartikan sebagai sumber kebohongan. Siapa yang dibohongi, ya umat Islam siapa pun yang menggunakan al maidah 51 agar tidak memilih pemimpin umat Islam,” ujar Habib Rizieq. *
Abu Khadijah
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!