Fahrurrizal bin Darmin Saiman: Anak Yatim Korban Kerusuhan Ambon Butuh Uluran Anda

AMBON (idc.voa-islam.com) – Bisa jadi, warga Muslim Ambon orang yang paling bersedih akibat konflik dengan pihak Salibis adalah Rita dan Fahrurrizal.

Rita menjadi janda, setelah suami tercintanya, Darmin Saiman, meninggal tragis di perkampungan Kristen. Sedangkan Fahrurrizal, menjadi anak yatim, karena bocah berusia 6 tahun ini adalah anak semata wayang buah pernikahan Darmin dan Rita.

Senin malam, (10/9/2011) sang ayah Darmin Saiman yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga tewas mengenaskan di perkampungan Kristen, ketika sedang mengais nafkah sebagai tukang ojek.

Tubuh Darmin ditemukan tak bernyawa di tempat sampah di Gunung Nona Ambon. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka lebam/memar seperti bekas dianiaya. Punggungnya terdapat lubang bekas tusukan pisau atau benda tajam, pundaknya terdapat luka sayat, dan pelipisnya terdapat luka tusuk.

Fahrurrizal bersama ayahnya, Darmin Saiman semasa hidup

Dua lapis baju Darmin yang berwarna putih, berubah menjadi merah terkena banjir darah dari tubuhnya. Keduanya terdapat lubang bekas tusukan pisau, tepat ke arah lubang tusukan punggung Darmin.

Duka keluarga semakin menjadi, ketika aparat, dokter forensik dan Komnas HAM menyatakan Darmin tewas murni akibat kecelakaan sepeda motor. Logika sederhana para keluarga, tidak bisa menerima klaim sepihak ini, karena kecelakaan sepeda motor tidak mungkin menyisakan lubang tusukan pisau dan luka lebam di sekujur tubuh Darmin.

Sanak keluarga, para tetangga, teman-teman dan warga kampung sangat berduka dan kehilangan atas kematian Darmin. Maklum, di kampungnya, Darmin adalah sosok Muslim yang baik, lembut, shalih dan taat beragama. Ia jauh dari kebiasaan mabuk-mabukan. Sebagai tukang ojek, Darmin juga tak pernah ugal-ugalam.

Wajar jika kematian Darmin Saiman menjadi  perhatian kaum muslimin di Ambon. Kaum muslimin tidak rela saudaranya yang shalih itu dizalimi dan ditumpahkan darahnya secara biadab. Pasca pemakaman Darmin yang diantar ratusan jamaah pada Ahad (11/9/2011), meletuslah kerusuhan Ambon yang dikenal dengan insiden Ambon 9/11.

Menurut Ustadz Abu Imam Abdurrahim, Pimpinan Ponpes Al-Ansor Ambon, Darmin adalah Muslim taat yang bertanggungjawab. Hal itu dibuktikan dengan menyekolahkan Fahrurrizal, anak semata wayangnya di Pesantren Al-Ansor. “Darwin ingin agar anaknya menjadi santri dan menimba ilmu agama di pesantren,” jelas Abu Imam yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Propinsi Maluku itu kepada voa-islam.com.

Sampai berita ini ditulis, insiden 9/11 sudah berlalu tiga pekan. Namun aparat belum bisa mengungkap siapa pelaku pembunuhan dan penganiayaan terhadap almarhum Darmin.

Apapun itu, tidak akan dapat mengembalikan Darmin hidup kembali. Bocah Fahrurrizal yang sedang ceria-cerianya menjalani masa kecilnya, harus menatap masa depan tanpa didampingi seorang  ayah.

Saat ditemui voa-islam.com di rumah Lakanima, kakeknya, Ical –panggilan akrab Fahrurrizal– menyampaikan keinginannya untuk bisa terus sekolah sampai selesai dan menjadi orang pintar agar bisa membantu ibu tercintanya.

Tanpa didampingi suami tercinta, Rita yang kini berpredikat janda, mau tidak mau harus  banting tulang menafkahi anaknya. Di tengah situasi Ambon yang masih tegang, ia bekerja di sebuah koperasi seharian penuh. Ia berangkat pagi-pagi dan baru pulang larut malam, sehingga voa-islam.com kesulitan untuk mewancarainya.

Lakanima, orangtua Rita menuturkan, semenjak kematian suaminya, Rita tak bisa menahan air mata jika teringat sosok Darmin yang menikahinya di pengungsian Waihaong saat kerusuhan RMS tahun 2004.

Keluarga Rita sebenarnya mengkhawatirkan aktivitas kerja Rita yang setiap hari pulang larut malam. Karena saat ini sudah tak ada lagi sang suami yang mengantar dan menjemputnya usai bekerja.

Meski dengan berat hati, namun semuanya harus dijalani, agar roda kehidupan keluarga berputar, mengingat kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi.

Meski dengan penghasilan minim yang diperoleh dengan susah payah, istri almarhum Darmin memiliki obsesi yang tinggi terhadap anak tunggalnya. Rita ingin agar anaknya bisa menamatkan di Pesantren Al-Ansor Dewan Dakwah Islamiyah (DDII).

Bahkan Rita ingin agar Ical yang kini duduk di kelas 2 SD Ponpes Al-Anshor, kelak sukses menggapai pendidikan di perguruan tinggi agar menjadi pemuda yang shalih dan alim yang bermanfaat bagi umat dan dakwah Islam.

Melalui tulisan ini, ibunda dan keluarga anak yatim Fakhrurrizal berharap agar kaum muslimin dan agniya' terketuk hatinya untuk membantu meringankan beban mereka.
Rasulullah SAW bersabda: “Aku dan pengasuh anak yatim kelak di surga seperti dua jari ini” (HR. Bukhari).

Beliau bersabda sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya.

“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk” (HR. Ibnu Majah). [taz/ahmed widad]

CATATAN REDAKSI:

Bila pembaca yang budiman ingin membantu masa depan anak yatim Fahrurrizal bin Darmin Saiman, silakan menyalurkan dana melalui voa-islam.com dengan no rekening:

  1. BANK SYARIAH MANDIRI, no.rek: 0120043587 a.n. budi Haryanto;
  2. BANK MANDIRI, no.rek: 0060006012623 a.n. Budi Haryanto;
  3. BCA. no.rek: 6310230497 a.n. Budi Haryanto.

Demi kelancaran amanah, untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan dana lainnya, silahkan tambahkan nominal Rp 2.000 (dua ribu rupiah). Misalnya: Rp 5.002.000,- Rp 302.000,- Rp 502.000, dan seterusnya.

INFO:

  1. Kang Yopi (0878.9787.0467)
  2. Kangbud (0813.2058.2868).