Jum'at, 12 Rabiul Awwal 1447 H / 5 September 2025 07:38 wib
194 views
Rasulullah SAW Jelang Wafat: Inspirasi Meraih Ḥusnul Khatimah
Oleh: Badrul Tamam
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muḥammad ﷺ, sang teladan sepanjang masa.
Bulan Rabi‘ul Awwal memiliki kedudukan istimewa bagi umat Islam, karena di bulan ini Rasulullah ﷺ dilahirkan sekaligus berpulang ke rahmatullah. Wafat beliau pada 12 Rabi‘ul Awwal menjadi momen yang penuh pelajaran, terutama tentang bagaimana menjalani hidup hingga meraih husnul khātimah.
Peristiwa-peristiwa menjelang wafat Nabi ﷺ tidak hanya menyentuh perasaan, tetapi juga memberikan bimbingan nyata dalam usaha menggapai husnul khatimah. Menghadapi kematian dengan hati lapang. Yaitu hati teguh di atas akidah lurus, ibadah yang benar, dan mu‘amalah yang mulia.
[Baca: 12 Rabi'ul Awal Rasulullah Wafat]
Peristiwa Menjelang Wafat Nabi ﷺ
Syekh ‘Āiḍ al-Qarni menyampaikan di salah satu mudhadarahnya, Nabi ﷺ keluar menemui para sahabatnya dalam keadaan sakit keras, dengan kepala terbalut kain karena demam. Melihat kondisi tersebut, para sahabat menangis, bahkan masing-masing berharap dapat mengorbankan dirinya demi Rasulullah ﷺ.
Setelah melaksanakan shalat, beliau kembali menemui para sahabat dan bersabda:
معاشر المسلمين، أنا أنشدكم بالله وبحقي عليكم من كانت له قِبَلي مظلمة فليقم فليقتص مني
“Wahai kaum muslimin, aku memohon kepada kalian dengan nama Allah dan dengan hakku atas kalian: barang siapa yang memiliki tuntutan terhadap diriku, hendaklah ia berdiri dan menuntut haknya dariku.”
Beliau mengulangi seruan ini hingga tiga kali, namun tidak seorang pun sahabat yang berdiri. Rasulullah ﷺ ingin memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang merasa terzalimi olehnya, agar beliau kembali kepada Allah dengan jiwa yang bersih.
Makna dan Keteladanan dari Peristiwa Ini
Peristiwa tersebut mengandung banyak pelajaran berharga, di antaranya:
- Kesempurnaan akhlak Nabi ﷺ. Beliau, yang dijanjikan ampunan atas kesalahan yang lalu dan akan dating, namun tetap khawatir ada hak manusia yang belum tertunaikan.
- Pentingnya muhasabah diri. Setiap manusia wajib menjaga hubungannya dengan Allah sekaligus dengan sesama manusia. Hak Allah ditunaikan dengan ibadah, sedangkan hak manusia harus dijaga dengan adil dan amanah.
- Menjaga kebersihan hati. Dengan mengajak sahabat menuntut hak di dunia, Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa lebih baik menyelesaikan urusan di dunia sebelum kelak diadili di akhirat.
- Keteladanan menuju husnul khātimah. Nabi ﷺ wafat dengan keadaan ridha kepada Allah dan tidak menyisakan urusan dengan manusia, inilah contoh husnul khātimah yang sejati.
Relevansi bagi Umat Islam di Indonesia
Sebagai umat Islam di Indonesia, peringatan 12 Rabi‘ul Awwal hendaknya tidak hanya dijadikan tradisi seremonial, tetapi momentum untuk meneladani akhlak Nabi ﷺ:
- Menunaikan hak-hak orang lain (utang, janji, maupun tanggung jawab sosial).
- Menjaga persaudaraan dan menghindari kezhaliman.
- Menjalani kehidupan dengan amanah, jujur, dan berakhlak mulia.
Dengan demikian, kita berusaha agar ketika ajal tiba, kita dapat meraih husnul khātimah sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah ﷺ.
Penutup
Wafatnya Rasulullah ﷺ pada 12 Rabi‘ul Awwal bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi pengingat yang dalam bahwa setiap jiwa pasti akan menghadapi kematian. Rasulullah ﷺ memberikan keteladanan luar biasa dalam menghadapi ajal, yakni memastikan dirinya bersih dari tuntutan manusia dan tetap istiqāmah dalam mengingat Allah.
Semoga kita dapat meneladani beliau dalam beribadah, bermu‘āmalah, dan menjaga akhlak, sehingga kelak Allah menganugerahkan kepada kita husnul khātimah. Āmīn yā Rabbal-‘ālamīn. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!