Selasa, 20 Rabiul Awwal 1447 H / 9 September 2025 19:31 wib
2.590 views
Wasiat Akhir Hayat Rasulullah: Berbaik Sangka kepada Allah
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah ﷺ dan keluarganya.
Husnudzan (berbaik sangka) kepada Allah adalah bukti kesempurnaan iman dan baiknya Islam seseorang, sekaligus bukti bersihnya hati dan jiwanya. Pantaslah disimpulkan bahwa husnudzan ini merupakan jalan yang menghantarkan ke surga.
Sifat ini hanya lahir dari pengetahuan akan kebesaran Allah, keluasan ampunan-Nya, dan besarnya rahmat-Nya. Bahkan, ia juga menjadi pertanda dari akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah).
Karena itulah, datang wasiat dari Nabi ﷺ untuk selalu berbaik sangka kepada Allah. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ
“Aku mendengar Nabi ﷺ, tiga hari sebelum wafatnya, bersabda: ‘Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.’” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi (w. 676 H) menjelaskan:
هذا تحذير من القنوط، وحث على الرجاء عند الخاتمة، ومعنى حُسْنِ الظَّنِّ بِاللَّهِ: أنْ يظن أنه يرحمه ويعفو عنه، ويتدبر الآيات والأحاديث الواردة في كرم الله سبحانه وتعالى وعفوه ورحمته، وما وعد به أهل التوحيد وما ينشره من الرحمة لهم يوم القيامة
“Hadits ini merupakan peringatan agar tidak berputus asa, sekaligus dorongan untuk selalu berharap kebaikan pada akhir hayat. Makna berbaik sangka kepada Allah adalah meyakini bahwa Allah akan merahmatinya dan memaafkannya, serta merenungkan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keluasan karunia, ampunan, dan rahmat Allah, juga janji-Nya kepada orang-orang yang bertauhid serta kasih sayang-Nya pada mereka di hari kiamat.”
وفي حالة الصحة يكون خائفاً راجياً، ويكونان سواء، وقيل: يكون الخوف أرجحَ، فإذا دَنَتْ أمارات الموت، غُلِّب الرجاء، لأنَّ مقصود الخوف الانكفافُ عن المعاصي والقبائح، والحرص على الإكثار من الطاعات والأعمال، وقد تعذر ذلك أو معظمه في هذه الحال، فاستُحِب إحسانُ الظن المتضمِّن للافتقار إلى الله تعالى، والإذعان له
“Dalam keadaan sehat, seorang hamba hendaknya menyeimbangkan rasa takut dan harap. Sebagian ulama mengatakan, dalam kondisi sehat rasa takut lebih ditekankan agar menjauhi maksiat dan giat beramal. Namun ketika tanda-tanda kematian sudah dekat, rasa harap lebih diutamakan, karena tujuan dari rasa takut adalah mencegah maksiat dan memperbanyak ketaatan, sementara hal itu tidak lagi mungkin dilakukan menjelang kematian. Maka, saat itulah berbaik sangka kepada Allah sangat dianjurkan, sebab ia mencerminkan ketundukan dan ketergantungan penuh seorang hamba kepada Rabb-nya.” (Syarh Muslim, Imam al-Nawawi: 17/210)
Seorang penyair berkata:
وإنّي لأرجو الله حتّى كأنّني ... أرى بجميل الظَّنِّ ما الله صانع
“Aku begitu berharap kepada Allah sehingga seakan-akan, dengan baik sangka aku sudah melihat apa yang Allah perbuat.”
Namun perlu diingat, ada perbedaan besar antara berbaik sangka dan tertipu (ghurur). Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H) berkata: “Berbaik sangka kepada Allah itu benar apabila mendorong kepada amal, memotivasi, dan menuntun ke arah kebaikan. Tetapi jika berbaik sangka membuat seseorang malas dan tenggelam dalam maksiat, maka itu hanyalah tipuan. Hakikat berbaik sangka adalah harapan. Siapa yang harapannya menuntunnya kepada ketaatan dan menjauhkannya dari maksiat, maka harapannya benar. Sebaliknya, siapa yang menjadikan kemalasan sebagai bentuk harapan, maka ia adalah orang yang tertipu.” ()
Allah Ta’ala berfirman:
إنَّ الذين آمنوا والذين هاجروا وجاهدوا في سبيل الله أولئك يرجون رحمة الله
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah—mereka itulah yang berharap akan rahmat Allah.” (QS. Al-Baqarah: 218)
Perhatikanlah! Allah menjadikan harapan mereka berhubungan dengan amal taat yang mereka kerjakan. (Al-Jawab al-Kaafi: 38)
Kesimpulannya, rahasia dari husnuzhan (berbaik sangka) dan raja’ (harap) adalah: keduanya harus disertai dengan usaha nyata sesuai hikmah Allah dalam syariat-Nya, takdir-Nya, janji pahala, dan kemuliaan dari-Nya. Seorang hamba berusaha dengan amal, lalu berbaik sangka kepada Rabb-nya, berharap agar Allah tidak menyerahkan hasilnya kepada amal semata, tetapi menjadikannya sebagai jalan untuk meraih manfaat dan menolak segala keburukan. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!