Jadi Tulang Punggung Keluarga Besar, Muallaf Siska Masyitoh Butuh Modal Usaha Rp 13 Juta. Ayo Bantu!!

 

Proses hijrah meninggalkan agama kafir menjadi seorang Muslimah dilaluinya dengan mulus tanpa tantangan berarti. Tapi paska masuk Islam dan istiqamah di jalan Allah, ujian datang begitu berat. Sejak sang suami terkena stroke, ia harus banting tulang menafkahi suami, kelima anaknya yang masih sekolah dan sang ibunda yang telah diislamkannya. Upah sebagai buruh cuci yang hanya 15 ribu rupiah jauh dari cukup untuk bertahan di ibukota.

 

JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Siska Turangan, wanita berdarah Manado ini dilahirkan 40 tahun silam dalam keluarga Kristen Protestan. Ketertarikannya terhadap Islam mulai bersemi sejak tinggal di komunitas Muslim di rumah bibinya di Palu, Sulawesi Tengah. Tak heran, meski masih menganut Kristen, di usia SD Siska sudah hafal surat Al-Fatihah menirukan bacaan teman-temannya. Akibat pergaulan dalam komunitas Muslim ini, ia pun terbiasa membaca basmalah sudah ia lakukan ketika akan memulai pekerjaan apapun, meski ia belum tahu artinya.

“Dulu waktu sekolah di Palu, waktu SD pun saya sudah hafal surat Al-Fatihah, karena teman saya banyak yang Muslim. Ketika saya tinggal di rumah tante, lucunya saya kalo disuruh angkat barang yang berat-berat saya suka sebut bismillah, karena ngikutin teman-teman,” kenangnya dengan logat Manado, kepada Relawan IDC saat mengunjunginya di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur pada Kamis (13/11/2014).

Singkat cerita, menjelang dewasa, pada tahun 1996 ia masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Masyitoh, terinspirasi dari nama tukang sisir putri Fir’aun yang syahid bersama anaknya demi menyelamatkan iman. Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Rasulullah SAW mencium baru harum sebuah makam. Malaikat Jibril AS menginformasikan bahwa itu adalah makam Masyitoh bersama anak-anaknya.

Setelah masuk Islam, Masyitoh pun menunaikan separuh agamanya, dipersunting Lukman, pemuda Muslim satu suku dari Manado, Sulawesi Utara. Dari pernikahan ini dikaruniai lima orang anak, Nia Oktavia (18), Nuraini (12), Salman Al-Farisi (10), Muhamad Ihsan (5) dan Muhammad Raihan (2).

Meski sang suami hanya berprofesi sebagai kuli bangunan, tapi keluarganya sangat bahagia dan religius di kerasnya pergaulan ibukota.

...Sebagai wanita pekerja keras yang menjaga kehormatan, ia tak berharap santunan biaya konsumtif. Ia butuh modal usaha kuliner untuk menafkahi keluarganya...

DAKWAH MENGISLAMKAN IBU DAN KAKAK KANDUNG

Hidup di bawah garis kemiskinan tak membuat Masyitoh lemah iman, justru ia makin taat beragama. Ia aktif mengaji bersama ibu-ibu sekitar, maupun mengikuti kajian-kajian di luar.

Salah satu kajian favoritnya adalah tema kristologi yang disampaikan oleh Ustadz Insan Mokoginta, muallaf Cina Manado yang kini aktif berdakwah mengungkap kebatilan aqidah Nasrani.

“Pak Insan itu kan orang Manado, sama-sama orang Manado jadi akrab. Subhanallah, dia juga sering bantu saya. Dari apa yang disampaikan Pak Insan Mokoginta, saya semakin yakin Islam itu benar dan saya punya bekal mendakwahi keluarga saya,” ungkapnya.

Pengetahuan agama itulah yang menguatkan imannya di tengah derasnya ujian hidup yang datang silih berganti. Ditambah dengan pengetahuan kristologi yang dimilikinya, Masyitoh giat berdakwah kepada keluarga besarnya yang masih menganut Kristen. Di antara dakwah yang disampaikannya adalah kebatilan doktrin yang menganggap Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat penebus dosa.

“Nabi Isa itu Nabi, bukan Tuhan! Kalo dia Tuhan nggak mungkin disalib, lalu mati dibunuh oleh makhluknya. Kalau tuhan mati gimana mau jaga dunia. Jadi dirinya aja nggak bisa dia tolong, gimana mau jadi juru selamat?” terangnya.

Menurut Injil Matius pasal 27 ayat 6, pada jam 3 Yesus berteriak-teriak memanggil Tuhan ketika hendak mati di tiang salib: “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Menurutnya, menjadikan Yesus sebagai Tuhan itu tidak bisa dibenarkan, karna Bibel sendiri memerintahkan untuk mentauhidkan Allah semata.

“Di Alkitab itu nggak ada ayat untuk sembah Yesus. Sepuluh Perintah Allah dalam Perjanjian Lama saja katakan tidak boleh menyembah selain Allah,” urainya.

“Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu,” terangnya, mengutip Kitab Keluaran 20:3-4.

...Di Alkitab itu nggak ada ayat untuk sembah Yesus. Sepuluh Perintah Allah dalam Perjanjian Lama saja katakan tidak boleh menyembah selain Allah...

Seruan untuk bertauhid, kata Masyitoh juga ada dalam Perjanjian Baru.

“Yesus sendiri ketika ditanya apa hukum yang paling utama, dia menjawab bertauhid kepada Allah bahwa Tuhan itu Esa atau Ahad,” tegasnya.

“Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12:29).

Salah satu keunggulan Islam dibandingkan Kristen, jelas Masyitoh, adalah risalahnya yang luas untuk seluruh alam. Berbeda dengan Kristen yang hanya dikhususkan untuk orang Israel.

“Nabi Muhammad itu diutus untuk seluruh umat manusia. Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Sedangkan Yesus hanya diutus untuk kaumnya sendiri, yaitu Bani Israel,” simpulnya sembari menyitir Injil Matius 15:24, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Dampak dari akhlak yang baik dalam bergaul dan kegigihannya dalam berdakwah pun membuahkan hasil yang baik. Salah seorang kakaknya pun mengikuti jejaknya masuk Islam.

Dan berita yang paling menggembirakan dalam hidupnya, Cori Nongka (69), sang ibunda tercinta mengucapkan dua kalimat syahadat setahun yang lalu di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng Jakarta Pusat.

“Alhamdulillah, ibu saya Cori Nongka masuk Islam  di Masjid Sunda Kelapa bulan September 2013 kemarin. Sekarang namanya Fatimah Nongka,” ujarnya bangga.

...Saya kadang puasa, dari pagi nggak ketemu nasi, isi pulsa listrik aja saya ngutang. Abis gimana kita nggak punya apa-apa, ada mau diapain, kita niat saja puasa...

BADAI DATANG MENGHANTAM

Ujian berat keluarga Masyitoh bermula ketika Lukman (51), sang suami mengalami sakit stroke. Otomatis, sang nahkoda bahtera rumah tangga tak lagi bisa memberi nafkah kepada keluarganya.

Mau tidak mau, Masyitoh harus banting tulang mencari nafkah untuk menghidupi kelima anaknya. Beban terberatnya adalah biaya sekolah anak-anaknya. Kondisi sang ibu, Fatimah Nongka (69) yang sudah lanjut dan juga terserang stroke semakin menambah berat beban Masyitoh mengurus keluarganya.

Selama ini, Masyitoh hanya bekerja sebagai buruh cuci bagi tetangga di sekitarnya. Selain itu jika ada hajatan tetangga sekitarnya, ia diajak untuk ikut memasak. Penghasilannya yang sangat minim, membuat hidup Masyitoh terlunta-lunta.

“Mata pencaharian saya cuma itu, sekali cuci nggosok pakaian tetangga paling diupah Rp 10 ribu atau Rp 15 ribu rupiah,” tuturnya.

Penghasilan sekecil itu di Ibu Kota Jakarta, tentu amat sulit dijadikan sandaran menghidupi kelima anak yang masih kecil dan merawat ibu kandungnya yang terbaring sakit.

“Saya kadang puasa, dari pagi nggak ketemu nasi, isi pulsa listrik aja saya ngutang. Abis gimana kita nggak punya apa-apa, ada mau diapain, kita niat saja puasa,” ucapnya memelas.

Bahkan Masyitoh belum lama ini diusir dari rumah kontrakan lantaran tak mampu membayar biaya sewa yang sudah nunggak beberapa bulan.

“Saya sempat diusir dari kontrakan, karena sudah dua bulan nggak kuat bayar. Sekarang numpang di rumah teman, kebetulan yang punya rumah sedang tugas ke Batam, jadi sementara ini saya dikasih tinggal,” ungkapnya.

Beban ekonominya makin berat ditambah biaya sekolah anak-anaknya, khususnya anak pertamanya yang duduk di kelas 3 sebuah SMK swasta di Jakarta. Saat ditemuai Relawan IDC,  ia sedang tertekan untuk meluniasi tunggakan SPP, biaya ujian dan biaya sekolah lainnya sekitar empat juta rupiah. Bila tak segera dilunasi, sang anak terancam tak bisa ikut Ujian Nasional dan tidak lulus.

...Ujian berat datang ketika sang suami mengalami sakit stroke. Mau tidak mau, Masyitoh harus banting tulang menafkahi suami, kelima anaknya dan sang ibu yang telah diislamkannya...

PEDULI KASIH UNTUK MUALLAF

Meski perlu banyak suntikan dana untuk bertahan hidup di ibukota, Masyitoh tak berharap santunan biaya konsumtif. Keinginan wanita pekerja keras ini cukup sederhana, ia hidup mandiri dan punya usaha kuliner untuk menafkahi keluarganya. Ia butuh modal usaha sekitar 13 juta rupiah untuk beli Etalase, kulkas dan modal awal.

“Keahlian saya cuma memasak, terutama masakan Manado. Jadi ingin sekali kalau ada yang membantu modal saya mau jual makanan Manado, bisa punya etalase biar bisa dagang di luar,” tuturnya. “ Terus ingin punya lemari es untuk bikin es mambo, mau saya taro di sekolah-sekolah. Yah, nggak papa untungnya dikit, asal bisa buat tambahan sekolah dan kasih jajan anak-anak,” tutupnya.

Beban berat yang harus dipikul Siska Masyitoh Turangan adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Infaq untuk membantu meringankan beban Siska Masyitoh insya Allah akan mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Donasi yang diinfakkan untuk keluarga Siska Masyitoh sangat diharapkan. Selain membantu dua orang muallaf, juga membantu masa depan lima generasi anak-anak sang muallaf.

Infaq untuk membantu muallaf Siska Masyitoh bisa disalurkan dalam program Infaq Produktif IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006  a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  7. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497  a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

 

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
  • Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
  • Bila biaya program ini sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
  • Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0

BERITA TERKAIT:

  1. Jadi Tulang Punggung Keluarga Besar, Muallaf Siska Masyitoh Butuh Modal Usaha Rp 13 Juta. Ayo Bantu!!
  2. Bantuan Modal Usaha Muallaf Siska Masyitoh Rp 30 Juta Telah Diserahkan, Semoga Berkah dan Mandiri