Muallaf Mantan Rentenir Kristen Butuh Modal Usaha Rp 11,5 Juta untuk Hidup Halal. Ayo Bantu!!!

 

Jalan hidup muallaf Kanisius Anwaruddin tak pernah surut dari ujian. Sejak usia SD sudah jadi anak yatim. Berbagai profesi pernah dilakoninya dari pemain sepakbola, satpam, hingga rentenir, namun kesulitan ekonomi terus menghimpit. Mantan Katolik fanatik ini butuh modal usaha untuk hidup yang mandiri, halal dan berkah.

BANDUNG, Infaq Dakwah Center (IDC) – Kanisius Jatajo dilahirkan 29 tahun silam di Nuabosi, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timurdari pasangan keluarga fanatik Katolik, Yacobus Bajo dan Elisabeth.

Di usia sebelas tahun, sang ayah meninggal dunia dan ia pun berstatus yatim. Sebagai anak sulungdari empat bersaudara, Kanisuis mulai hidup prihatin karena harus memikul kewajiban membantu mencari nafkah untuk ketiga adiknya.

Menginjak remaja, Kanisius pindah ke Bandung, tinggal di rumah saudara sepupunya di kawasan Dayeuh Kolot. Di Kota Kembang ini, Kanisius melanjutkan sekolah ke SMA Sandhy Putra Bandung.

Selayaknya sekolah umum yang lain, di sekolah ini tidak mewajibkan siswa non Muslim untuk mengikuti pelajaran Agama Islam. Makanya saat mata pelajaran Agama Islam, para siswa Kristen memilih meninggalkan kelas. Tapi berbeda dengan Kanisius, terdorong oleh rasa ingin tahu, ia lebih memilih untuk mengikuti pelajaran di kelas. Dari sinilah titik pencerahan imannya bermula.

Karena seringnya mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah, sedikit demi sedikit Kanisius mulai mengenal Islam. Bahkan tanpa disengaja, ia hafal bacaan dua kalimat syahadat dan surat Al-Fatihah, meski saat itu belum terpikir untuk masuk Islam.

“Setiap kali pelajaran agama Islam itu dimulai dengan membaca Al-Fatihah saya selalu dengar, sampai saya hafal. Waktu itu saya juga sudah bisa membaca syahadat, teman-teman juga suka mencandai saya, ‘Eh kamu sudah masuk Islam.’Saya hanya tertawa saja, belum ada kepikiran mau pindah agama,” kenangnya.

Setamat SMA, Kanisius tak bisa melanjutkan kuliah karena ketiadaan biaya. Dengan modal ijazah SMS, pikirannya pun hanya mencari kerja untuk menyambung hidup. Teman akrab Kanisius yang beragama Islam dengan sukarela mengajaknya tinggal bersama keluarga Muslim di Pangalengan sambil mencari pekerjaan. Ia pun numpang tinggal di rumah temannya, kawasan Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Meskipun saat itu menganut Katolik, Kanisius dianggap seperti keluarga sendiri. Keluarga temannya itu tak pernah mengusik atau mempermasalahkan keyakinan Kanisius.

...Untuk memperbaiki nasib agar tidak dicemooh saudara-saudaranya yang masih Kristen, Kanisius Anwar ingin hidup mandiri dengan menjual sayur-mayur...

Tinggal di lingkungan Islam, Kanisius merasa amat terharu setiap mendengar suara azan. Hatinya terenyuh melihat satu keluarga Muslim itu melaksanakan ibadah shalat maghrib berjamaah di Masjid. Sedangkan dirinya hanya bisa menonton karena bukan seorang Muslim.

“Tinggal selama satu tahun di sana, mereka menganggap saya sebagai keluarga meskipun saya seorang Katolik. Tiap kali saya dengan azan shalat Jum’at dan maghrib hati saya berkecamuk, sedih dan iri melihat orang taat beribadah shalat,” ujarnya kepada Relawan IDC.

Merasa teduh hidup damai di lingkungan relijius islami, hati kecil Kanisius mulai tertarik untuk mengetahui Islam lebih jauh. Selain belajar dari televisi, ia pun mulai intens menanyakan perihal Islam kepada teman akrabnya.

Setelah mantap meyakini Islam, Kanisius memberanikan diri untuk menyatakan ingin masuk Islam kepada teman-teman di sekitarnya. Anehnya, mereka tidak percaya kalau Kanisius benar-benar ingin masuk Islam. Sampai empat kali niat masuk Islam diutarakan, kawan-kawannya tidak menanggapi serius, menganggap Kanisius ingin masuk Islam karena tidak enak dengan tuan rumah yang telah menampungnya secara gratis.

“Sampai saya bilang empat kali kalau saya mau masuk Islam. Tapi ditanggapi sama keluarga teman saya, “Tidak apa-apa, kamu ngga usah gitu, kami tidak mempersoalkan agama. Kamu sudah dianggap anak sendiri,” tuturnya.

Karena tekadnya sudah bulat, Kanisius pun mencari ustadz di kampung tempat tinggalnya untuk membimbingnya masuk Islam. Alhamdulillah, ia pun mendapatkannya, hingga akhirnya ia resmi mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 2005. Sejak saat itu, ia diberi nama hijrah Anwaruddin.

Sebelum masuk Islam, ustadz di kampung itu menegaskan, “Kalau kemauan kamu murni bukan karena materi, bukan karena perempuan, bukan karena dipaksa atau iming-iming materi, insya Allah kita akan islamkan.”

...Karena sang pemilik pabrik selalu mengajak para karyawan kebaktian di gereja, maka demi menyelamatkan aqidah Kanisius Anwar mengundurkan diri dari satpam pabrik....

JALANI PROFESI DARI PESEPAKBOLA, SATPAM HINGGA RENTENIR

Meski hidup menumpang gratis, tapi Kanisius Anwaruddin bukanlah tipe pemalas. Ia adalah pekerja keras dan tahan banting. Berbagai profesi dilakoninya untuk mencari rezeki yang halal dan mandiri.

Ia pernah mengadu nasib sebagai atlit sepakbola di Persatuan Sepakbola Indonesia Kabupaten Bogor (Persikabo) dan Arema Malang. Tapi karirnya di dunia sepak bola tak berjalan mulus karena beberapa kali cedera.

“Dulu saya pernah aktif di Persikabo dari Porda sampai Divisi Satu, waktu itu dilatih sama Pak Deny Syamsudin tahun 2006. Pernahjuga ikut seleksi di Arema tahun 2007, tapi saya dicoret karena cedera engkel kanan. Akhirnya balik ke Bandung dan menikah,” paparnya.

Kanisius Anwar juga sempat menjadi satpam (security) di sebuah pabrik pampers di kawasan Bogor, Jawa Barat. Namun tak berlangsung lama lantaran sang pemilik pabrik selalu mengajak para karyawan kebaktian di gereja. Demi mempertahankan aqidah Islam, Anwar pun mengundurkan diri dari pabrik. Bagi Anwar, dirinya rela hidup susah asal bisa menjaga aqidah.

“Yang punya perusahaan itu orang Cina Katolik, waktu ada pemberkatan di pabrik saya selalu diperhatikan terus. Saya tidak nyaman, karena identitas saya sudah Islam. Akhirnya saya keluar,” ungkapnya.

Berbekal fisik yang atletis, Anwar pun bekerja sebagai debt collector sebuah koperasi simpan pinjam dengan ijazah asli sebagai jaminan. Setelah bekerja beberapa bulan, Anwar baru menyadari kalau dia diperalat sebagai rentenir berkedok koperasi. Ia tidak tega menagih orang-orang yang kesusahan dengan bunga riba yang berlipat-lipat.

Tak tahan dengan kehidupan ribawi, Anwar pun keluar dari pekerjaan, dengan konsekuensi kehilangan ijazah asli. Tanpa ijazah ini, Anwar makin kesulitan mencari pekerjaan hingga saat ini.

...kesulitan ekonominya tak juga berubah meski sudah berupaya ke mana-mana. Kontrakan sempit seharga Rp 300.000 perbulan saja sudah beberapa bulan tak sanggup ia bayar...

EKONOMI SULIT BEBAN BERAT MENGHIMPIT

Setelah menikah dengan Desi Kurnia (22), Muslimah mojang Bandung, Anwar makin relijius dan dewasa. Kehadiran sang putra, Welgyansyah (4) menambah harmonis rumah tangganya. Tapi sayang, kesulitan ekonominya tak juga berubah meski sudah berupaya ke mana-mana. Padahal beban kebutuhan keluarga terus meningkat.

Kontrakan sempit seharga Rp 300.000,- perbulan yang ditempatinya sudah beberapa bulan tak sanggup ia bayar. Parahnya, di bulan Ramadhan lalu, mencari makan untuk sekedar sahur dan berbuka puasa saja ia kewalahan.

Berbekal nomor kontak dan alamat IDC yang diperoleh dari kawannya, Anwar nekad datang ke Bekasi. Karena tidak punya dana, ia numpang mobil bak terbuka yang mengirim sayur-mayur ke Bekasi. Masya Allah…!!!

Akhir bulan Oktober lalu, Anwar kelimpungan mencari dana untuk biaya persalinan istrinya. Alhamdulillah, dengan dana bantuan program Infaq Darurat IDC sebesar Rp 3.200.000, anak kedua berjenis pria.

...Untuk memulai usaha itu, Kanisius Anwar hanya butuh modal usaha Rp 11.500.000, untuk membeli sepeda motor bekas, gerobak dan belanja dagangan...

BUTUH MODAL DAGANG SAYUR-MAYUR

Untuk melamar kerja di pabrik atau kantor jelas tidak mungkin, karena ketiadaan ijazah. Mau bercocok tanam juga tidak mungkin karena tidak punya lahan. Untuk memperbaiki nasib agar tidak dihinakan keluarga besarnya yang masih Katolik, Kanisius Anwar punya cita-cita untuk membuka usaha sendiri. Pangalengan, kampung tempat tinggalnya saat ini merupakan daerah penghasil sayur-mayur.

Ia bisa mendapatkan sayur-mayur langsung dari petani di Pangalengan dengan harga murah untuk dijual ke Pasar Gedebage Kota Bandung, Jawa Barat.

Namun terkendala modal usaha dan sepeda motor untuk operasional dan transportasi membawa dagangan.

“Rencananya saya mau jualan kecil-kecilan. Di Pangalengan ini daerah penghasil sayur. Di sini banyak sayuran kol, sawi, tomat dan wortel. Mau saya jual ke pasar Gedebage,” ujarnya optimis.

Untuk memulai usaha itu, Kanisius Anwar hanya butuh modal usaha sekitar Rp 11.500.000 (sebelas juta lima ratus ribu rupiah), dengan rincian:

  1. Beli sepeda motor bekas dan gerobak Rp 7.000.000,-
  2. Belanja dagangan untuk tiga kali berdagang Rp 4.500.000

Melalui Infaq Dakwah Center (IDC) Kanisius Anwar berharap ada muhsinin yang bisa membantunya memberikan modal usaha untuk hidup yang mandiri, halal dan berkah.

“Beban hidup makin berat. Saya cuma pasrahkan ke Allah, tiap kali shalat saya berdoa, meski banyak cobaan saya yakin pasti ada jalan keluar,” pungkasnya.

...Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...

PEDULI KASIH UNTUK MUALLAF

Beban berat yang harus dipikul Kanisius Anwaruddin adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Infaq untuk membantu meringankan beban Kanisius Anwaruddin insya Allah akan mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Infaq untuk membantu muallaf Kanisius Anwaruddin bisa disalurkan dalam program Infaq Produktif IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006  a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  7. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497  a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
  • Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
  • Bila biaya program ini sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan kepada muallaf atau program IDC lainnya.
  • Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0