Ahad, 11 Rabiul Akhir 1446 H / 25 Juli 2021 14:27 wib
4.520 views
Buruknya Mentalitas Penguasa Sekuler di Tengah Pandemi
Oleh: Siti Saodah, S. Kom
Krisis mental ternyata bukan hanya milik para penyandang gangguan jiwa namun juga dimiliki oleh para penguasa sekuler. Mereka telah kehilangan mentalitas sebagai seorang pemimpin negeri. Bahkan diantara mereka banyak yang memilih menyelamatkan diri sendiri daripada berjuang bersama rakyat menghadapi pandemi.
Mentalitas Penguasa Sekuler
Hal ini bisa dibaca dari cuitan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yaitu Mahfud MD. Menurutnya PPKM telah memberinya waktu untuk dapat menonton serial sinetron yang sedang trending. Bahkan ia pun berkomentar terkait penegakan hukum dalam sinetron tersebut.
Sontak saja, cuitan ini menuai berbagai komentar miring dari netizen. Salah satunya dilontarkan oleh bintang Emon yang mengkritik bahwa pak Menteri tak memiliki empati di tengah kondisi PPKM saat ini. Saat rakyat sedang kesulitan akibat pandemi Covid-19, Pak Menteri malah asyik membahas sinetron yang tak ada hubungannya dengan keprihatinan rakyat. Sungguh tak etis seorang menteri yang seharusnya memberikan teladan tapi malah bersikap sebaliknya, ia merasa nyaman dan santai di tengah rakyat yang sedang kesusahan.
Lihatlah keluarga Menteri Perekonomian yaitu Airlangga Hartanto yang sedang asyik plesiran ke luar negeri saat PPKM diberlakukan. Menanggapi hal tersebut Ketua Departemen Politik DPP PKS Nabil Ahmad Fauzi mengatakan bahwa tidak ada rasa empati dari para menteri terkait rakyat yang kesusahan akibat pandemi Covid-19. (suara.com)
Hilangnya Empati Para Penguasa Kepada Rakyat
Fakta di atas menggambarkan bagaimana buruknya mental penguasa yang memimpin sebuah negeri. Buruknya mental tersebut rupanya diturunkan kepada keluarga mereka. Terbukti dengan asyiknya keluarga pejabat plesiran ke luar negeri walaupun sedang dilakukan PPKM oleh pemerintah. Rupanya sudah hilang empati mereka kepada rakyat, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan keluarganya. Tak peduli rakyat di bawah nasibnya apakah sudah makan atau belum.
Mental buruk didapatkan dari penerapan sistem sekuler saat ini, yang sejatinya telah memisahkan agama dari kehidupan. Persoalan yang menimpa rakyat dianggapnya hanya menjadi persoalan pribadi bukan menjadi urusan para penguasa itulah wajah sistem kapitalis. Penguasa hanya sebatas membuat kebijakan dan menekan rakyat untuk dapat mengikuti kebijakan mereka. Sedangkan penguasa sibuk melayani para kapital yang haus akan materi.
Rusaknya Penerapan Sistem Kapitalis
Sistem kapitalis adalah sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh kepada para semua orang untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dan menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Alhasil penerapan sistem ini hanya memberikan keuntungan kepada mereka yang memiliki modal besar. Sedangkan rakyat kecil mereka akan merasakan dari kerasnya persaingan ekonomi kapitalis.
Menurunnya perekonomian akibat pandemi Covid-19 semakin menunjukkan keterpurukan dan mengalami kegoncangan besar. Sistem ekonomi adalah tulang punggung dari sistem kapitalis, maka jika ekonomi goyah dipastikan sistem kapitalis akan goncang. Maka tak ayal jika pemerintah dalam melakukan pemulihan akibat pandemi Covid-19 adalah menaikkan perekonomian agar semua bidang dapat berjalan. Namun disayangkan ekonomi kapitalis sudah menunjukan kerusakannya dengan ditopang oleh para penguasa sekuler yang bermental buruk.
Islam Melayani Rakyat dengan Pemimpin Amanah
Pemimpin dalam Islam memiliki tanggung jawab besar, bukan kepada mahluk namun kepada sang pencipta-Nya. Mereka yang ditunjuk sebagai pemimpin akan merasakan ketakutan kepada Allah jika tak mampu memberikan pelayan kepada umat secara amanah dan adil. Seperti kisah Abu Bakar As Sidiq yang takut akan jabatan, tatkala ia ditunjuk sebagai khalifah sepeninggalan Rasulullah SAW. Menurut Abu Bakar jabatan adalah sebuah beban berat yang tak sanggup di pikul kecuali dengan pertolongan Allah. Namun karena dorongan keimanan, ia pun menerima tanggungjawab sebagai khalifah pertama.
Sedangkan Umar Bin Khatab yang sebagai amirul mukminin dikenal sebagai sosok yang tegas dan merakyat. Kisahnya yang masyhur adalah ketika terjadi bencana kelaparan dan wabah di Madinah sehingga menyebabkan banyak kematian. Di saat kondisi seperti itu ia bersumpah bahwa tidak akan memakan daging dan minyak samin di tengah kondisi rakyat yang kelaparan. Ia pun berkata bahwa “Kalau negara makmur biar saya yang terakhir menikmatinya, namun jika negara dalam kesulitan biar saya yang merasakan pertama kali.” Bahkan ketika ada rakyatnya yang tak memiliki beras untuk makan, ia rela menggendong berasnya sendiri ke tempat rakyatnya.
Pemimpin amanah dan adil seperti para sahabat hanya akan kita dapati jika Al Quran dan As Sunah diterapkan secara sempurna dalam kehidupan. Waalahualam bisshowab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!