Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
7.996 views

Pembakaran Bendera Tauhid, Persekusi HTI, dan Pilpres 2019

Tony Rosyid

(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

HTI diorbitkan jadi musuh bersama. Dicabut ijinnya oleh Kemenkumham dan distigmakan sebagai ormas terlarang, anti Pancasila dan mengancam NKRI. Oknum Banser dijadikan sebagai barisan terdepan untuk mempersekusinya.

Masalah utamanya bukan pada HTI dan Banser. HTI dicabut ijinnya, semua kantornya tutup, tak lagi ada gerakan dan semua identitasnya tak lagi muncul ke publik. Tahu diri. Begitu juga dengan Banser, tak ada masalah organisasional dengan HTI. Banser adalah aset umat dan bangsa. Kecuali sejumlah elit yang sengaja memanfaatkan kepolosan sebagian anggota Banser dan menjadikannya oknum. Tujuannya? Tak jauh-jauh dari agenda pilpres 2019.

Kenapa HTI dan Banser yang dibenturkan? Pertama, karena HTI dengan "mimpi khilafahnya" paling potensial dibenturkan dengan Pancasila dan NKRI. Di Indonesia, ide khilafah itu ahistoris. Dianggap melawan kesepakatan keberagamaan umat Islam secara umum. Maka, mudah distigmakan negatif. Kedua, HTI adalah ormas kecil. Sementara Ansor dengan Bansernya adalah bagian dari organisasi NU. Ormas terbesar di Indonesia. Jika perang opini, HTI pasti nyungsep. Dan NU-lah pemenangnya. Ini faktor mayoritas melawan minoritas. Ketiga, HTI diidentifikasi sebagai bagian dari pendukung oposisi. Dalam konteks ini adalah Paslon no 2. Jadi, memperburuk citra HTI akan berimbas pada buruknya citra Paslon no 2.

Point yang ketiga ini salah dan fatal. HTI menolak demokrasi. Tidak pernah ikut dalam pemilu. Bagi HTI, demokrasi itu haram. Mereka selama ini golput. Mengidentifikasi HTI bagian dari pendukung Paslon No 2, itu menggelikan. Opini menyesatkan. Bahasa agamanya "fitnah'. HTI tidak mendukung Paslon manapun. Itulah opini. Adu kuat isu di media.

HTI berhasil didesign jadi "target antara". Target utamanya adalah Paslon No 2. Dan Banser, oleh "pihak tertentu" dimanfaatkan untuk menjadi penahan arus gelombang massa oposisi, dengan isu HTI mengancam NKRI. Sejumlah oknum Banser marah, HTI dihajar.

Publik perlu tahu, umumnya ormas di Indonesia menolak paham khilafah ala HTI. Bagi sejumlah ormas, ide khilafah di Indonesia tak lebih dari "impian langit" yang sulit dibayangkan punya kesempatan berjejak di bumi Nusantara. Hanya saja, ormas-ormas itu bersikap lebih soft. Cenderung mengutamakan persaudaraan dan menghargai potensi dakwah yang dilakukan kader HTI.

Jika ingin proporsional, kita perlu buka kembali sejarah. Drama ini dimulai sejak kasus Ahok. Jokowi harus menghadapi gelombang oposisi umat Islam yang kecewa. Lalu, Jokowi merapat ke pimpinan PBNU dan Ansor. Ini bagian dari strategi untuk mengimbangi kekuatan massa oposisi. Bahkan mengambil Ma'ruf Amin sebagai cawapres adalah bagian dari langkah strategis ini. Dengan segala dinamika yang sangat  dramatis. Hubungan Jokowi-PBNU plus Ansor adalah hubungan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Jokowi butuh massa Nahdliyyin (termasuk Ansor dan Banser) semata-mata sebagai penyeimbang gerakan massa umat Islam yang berada di kubu oposisi. PBNU dan Ansor, bagaimanapun akan sangat menguntungkan jika dekat dengan pemerintah.

Hubungan pimpinan PBNU dan Ansor dengan Jokowi adalah hubungan politis, bukan ideologis. Ungkapan Mahfudz MD, jika Jokowi tidak ambil Ma'ruf Amin, NU akan tarik dukungan. Ungkapan ini clear sekaligus menegaskan bahwa hubungan Pimpinan PBNU-Jokowi itu politis, bukan ideologis. Begitu juga dengan pimpinan Ansor. Karena hubungannya yang bersifat politis, maka ajakan ketum PBNU kepada Nahdliyyin untuk dukung Jokowi tak sepenuhnya berhasil. Bahkan mendapat teguran dan protes keras dari "dhurriyat" K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Wahab Hasbullah, para pendiri NU. Karena dianggap merusak khittah, dan terlalu jauh menyeret NU dalam politik praktis.

Hubungan Jokowi PBNU dan Ansor itu ada pada level pemimpin, bukan NU, Ansor (dan Banser) secara organisatoris. Sebab, NU, Ansor dan Banser adalah ormas, bukan organ politik. Sesuai AD/ARTnya, NU dan semua underbownya punya khittah non partisan. Hal ini ditegaskan oleh para "dzurriyat" pendiri NU.

Menyoal kasus bendera, meski sangat disesalkan karena menyinggung "perasaan keberagamaan umat', tetap saja tak lepas dari komoditas politik. Banyak yang menduga itu bagian dari simbiosis mutualisme elit.

Dalam kasus ini telah terjadi adu jumlah massa dan benturan opini. Kemana gelombang opini bertiup, maka akan jadi pertimbangan utama untuk mengkalkulasi elektabilitas capres-cawapres. Kalau sinyalnya bagus, pembelaan terhadap pelaku pembakaran bendera diteruskan. Kalau tak menguntungkan, pembelaan dihentikan.

Nampaknya gelombang protes menguat, opini makin memburuk untuk pelaku dan para pendukungnya. Inilah yang dibaca oleh Jusuf Kalla (JK). Dalam konteks ini, JK netral atau punya agenda? Sebagai wapres atau  penasehat timses Jokowi? Allahu A'lam.

[Baca: Benci Kalimat Tauhid Batalkan Iman]

JK melihat situasinya mulai tidak kondusif. Lalu, langkah sigap dan cepat ia ambil. Kumpulkan semua pimpinan ormas, dan membuat pernyataan bersama. Diantara pernyataan itu adalah bahwa pimpinan Ansor dan PBNU menyesalkan peristiwa pembakaran itu. Oh ya?

Kok JK yang mewakili NU dan Ansor ya? Publik mulai mempertanyakan. Kenapa JK yang membacakan pernyataan itu. Kenapa bukan ketua PBNU atau ketua Muhammadiyah yang hadir di konferensi pers itu?

Tersisa keraguan publik: apakah betul pimpinan Ansor dan PBNU menyesalkan pembakaran bendera itu? Mengingat beberapa hari sebelumnya, pimpinan Ansor dan PBNU justru seolah memberi pembelaan, terkesan melindungi dan menjustifikasi kebenaran yang sedemikian tegas dan tegar terhadap pelaku. Apakah publik salah paham terhadap pernyataan ketua Ansor dan PBNU? Atau ketua Ansor dan ketua PBNU sudah berubah pendapatnya? Qaul qadim dinasakh qaul Jadid? Atau JK yang salah kutip? Masih perlu diklarifikasi.

Sikap cepat JK dianggap reaktif. Kemana JK pada saat para ulama dipersekusi? Kemana JK saat terjadinya ujaran kebencian di Surabaya yang bebas dari tuntutan hukum? Tidakkah itu semua berpotensi jadi pemicu konflik dan kegaduhan nasional? Kenapa baru sekarang JK muncul ketika terjadi gelombang protes? Kenapa pemerintah, termasuk JK tidak melakukan langkah-langkah pro-aktif?

Kita akan lihat, apakah reaksi cepat JK efektif, atau sudah terlambat? Apapun jawabannya, pembakaran bendera hanya salah satu dari sekian banyak letupan emosional yang remote controlnya terhubung dengan pilpres 2019. Tidak ada urusannya dengan HTI dan Banser. [PurWD/voa-islam.com]

Jakarta, 30/10/2018

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Editorial Insight lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Sahabat, Ulurtangan mari kirimkan dukungan terbaikmu untuk warga Palestina di Gaza demi menguatkan mereka menghadapi situasi mencekam ini. Mari dukung mereka dengan berdonasi dengan cara:...

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Saat ini, Ulurtangan bersama Yayasan An Najjahtul Islam Jonggol sedang merintis pembangunan Rumah Qur’an dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) An Najjah dan Gedung Majelis Taklim di Jonggol,...

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Mari bergabung dalam memperkuat jaringan kebaikan di pelosok negeri dengan Wakaf Al-Qur'an. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Abadikan harta dengan wakaf Al-Qur'an dan saksikan...

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Hidup Naura Salsabila dipenuhi dengan rintangan yang sangat berat. Meskipun baru berusia sepuluh bulan, bayi yang imut ini harus menghadapi penyakit yang dahsyat, yaitu tumor pembuluh darah berukuran...

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah yang ditinggali keluarga yatim Ibu Turyati (34) ludes terbakar saat ditinggal berbuka puasa bersama dan sholat Tarawih. Kebakaran pada Kamis malam (23/3/2023) itu tak menyisakan barang...

Latest News
Rahasia Qana’ah: Melihat ke Bawah, Bukan ke Atas

Rahasia Qana’ah: Melihat ke Bawah, Bukan ke Atas

Selasa, 19 Aug 2025 17:23

KH Cholil Nafis: AI Tidak Bisa Dijadikan Mufti dalam Hukum Islam

KH Cholil Nafis: AI Tidak Bisa Dijadikan Mufti dalam Hukum Islam

Selasa, 19 Aug 2025 14:29

Anak Mogok ke Pondok, Lakukan 5 Langkah ini!

Anak Mogok ke Pondok, Lakukan 5 Langkah ini!

Selasa, 19 Aug 2025 13:41

Derita Haji Maksum, Tanah Sah Disita, Pemilik Ditahan

Derita Haji Maksum, Tanah Sah Disita, Pemilik Ditahan

Selasa, 19 Aug 2025 13:02

Sejarah Panjang Israel Menolak Perdamaian Palestina

Sejarah Panjang Israel Menolak Perdamaian Palestina

Selasa, 19 Aug 2025 12:40

Presiden Suriah Al-Shara: Israel Dalang Krisis Druze untuk Pecah Belah Negara

Presiden Suriah Al-Shara: Israel Dalang Krisis Druze untuk Pecah Belah Negara

Selasa, 19 Aug 2025 00:31

Akhir Era Password: Teknologi Biometrik Siap Ambil Alih Keamanan Digital

Akhir Era Password: Teknologi Biometrik Siap Ambil Alih Keamanan Digital

Senin, 18 Aug 2025 18:53

Louisiana Gugat Roblox: Platform Game Anak Dituduh Jadi Sarang Predator Online

Louisiana Gugat Roblox: Platform Game Anak Dituduh Jadi Sarang Predator Online

Senin, 18 Aug 2025 17:15

Misi Bersejarah: Indonesia Rayakan HUT RI dengan Airdrop Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Misi Bersejarah: Indonesia Rayakan HUT RI dengan Airdrop Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Senin, 18 Aug 2025 13:58

Genosida Israel di Gaza: Lebih dari Satu Anak Juta Alami Trauma, 40 Ribu Tewas atau Terluka

Genosida Israel di Gaza: Lebih dari Satu Anak Juta Alami Trauma, 40 Ribu Tewas atau Terluka

Senin, 18 Aug 2025 12:29

Posisi Telapak Kaki Saat Sujud: Menempel atau Merenggang?

Posisi Telapak Kaki Saat Sujud: Menempel atau Merenggang?

Senin, 18 Aug 2025 10:01

Demo Raksasa di Tel Aviv: Ratusan Ribu Warga Israel Tuntut Akhiri Perang Gaza

Demo Raksasa di Tel Aviv: Ratusan Ribu Warga Israel Tuntut Akhiri Perang Gaza

Senin, 18 Aug 2025 09:36

Aksi Solidaritas Palestina di Bogor, UBN: Merdeka Bukan Hanya Hak Kita, Tapi Juga Palestina!

Aksi Solidaritas Palestina di Bogor, UBN: Merdeka Bukan Hanya Hak Kita, Tapi Juga Palestina!

Ahad, 17 Aug 2025 00:15

Hati Merdeka, Hidup Mulia

Hati Merdeka, Hidup Mulia

Sabtu, 16 Aug 2025 21:26

SPI 11 Bandung Resmi Dibuka, Aktivis Dakwah Siap Jadi Pelopor Pemikiran Islam Berkeadaban

SPI 11 Bandung Resmi Dibuka, Aktivis Dakwah Siap Jadi Pelopor Pemikiran Islam Berkeadaban

Sabtu, 16 Aug 2025 20:15

Gaza Butuh 1.000 Truk Bantuan Setiap Hari untuk Penuhi Kebutuhan Warga

Gaza Butuh 1.000 Truk Bantuan Setiap Hari untuk Penuhi Kebutuhan Warga

Sabtu, 16 Aug 2025 19:30

Belajar dari Kasus Pati, Ketua MUI Imbau Pemerintah Hati-Hati Berkomunikasi

Belajar dari Kasus Pati, Ketua MUI Imbau Pemerintah Hati-Hati Berkomunikasi

Sabtu, 16 Aug 2025 19:00

Ribuan Jihadis dari 12 Negara Termasuk Indonesia Minta Kewarganegaraan dari Pemerintahan Baru Suriah

Ribuan Jihadis dari 12 Negara Termasuk Indonesia Minta Kewarganegaraan dari Pemerintahan Baru Suriah

Sabtu, 16 Aug 2025 11:34

PBB Ungkap Fakta Mengejutkan: Ribuan Tewas Saat Berburu Bantuan Kemanusiaan di Gaza

PBB Ungkap Fakta Mengejutkan: Ribuan Tewas Saat Berburu Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Sabtu, 16 Aug 2025 10:30


MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X