Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
9.354 views

Ha... Kontrak Surveinya 52%?

Tony Rosyid

Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Survei abal-abal! Bohongi publik! Cari duit dengan cara ngapusi! Itulah kira-kira kalimat "marah" rakyat terhadap sejumlah lembaga survei. Pasalnya, sejumlah lembaga survei "terlalu sering" tak tepat prediksi. Margin errornya 2,5-5%, fakta errornya ada yang di atas 20%. Jauh melampaui margin error yang dihitungnya sendiri. Yang error surveinya, atau orangnya? Begitulah kira-kira bahasa yang sampai ke kita.

Parah! Anehnya, pasca pemilu, mereka ngilang. Tak ada sepatah kata maaf ke publik. Padahal, saat rilis hasil survei, mereka bersemangat! Sebanyak-banyaknya undang awak media. Masif ciptakan opini. Bila perlu, buatin meme plus puisi. Biar makin mantab dan makin sedap. Giliran surveinya keliru, bersembunyi. Tak tercium lagi bau surveinya oleh media.

Kasus ini terjadi diantaranya di Pilgub Jawa Tengah 2018. Sudirman Said-Siti Fauziyah dalam survei beberapa lembaga, elektabilitasnya 13-22,6%. Faktanya 41,22%. Besar sekali margin errornya. Dan di pilgub Jawa Barat 2018, elektabilitas Sudrajat-Saikhu berdasarkan banyak lembaga survei, hasilnya 6,1-10,7%. Faktanya 28,74%. Juga di putaran pertama Pilgub DKI Jakarta 2017.

Hasil survei LSI Denny JA, AHY-Silvi akan jadi pemenang di putaran pertama Pilgub DKI. Faktanya, AHY-Silvi tersingkir lebih awal, karena hanya dapat 17,02%. Sementara Anies 39,95% dan Ahok 42,99%.

Rakyat bertanya-tanya: lembaga-lembaga survei yang "langganan salah" itu bener gak surveinya? Bertahap mulai tak percaya. Kalau rakyat tak percaya, ini akan jadi hukuman terberat bagi lembaga-lembaga survei itu.

Tapi, kok masih tetap laku? Maksudnya "laku"? Kenapa masih ada yang berminat untuk teken kontrak dengan lembaga-lembaga survei itu? Ini hanya soal bagaimana cara menjual dan meyakinkan client. Cas cis cus, transaksi ditanda tangani. Anda juga bisa melakukan itu. Keahlian ilmu marketing berperan disini. Apalagi jika lembaga survei itu mau nuruti hasil pesanan -dan pandai menghibur- pihak yang membayar, tentu akan lebih laku. Soal harga? Ah, mau tahu aja! Begitulah kira-kira apatisme publik yang terbaca hampir setiap hari di medsos. Ya, namanya juga publik. Beragam pendapat. Wajar! Gak usah ambil hati!

Lepas dari sejumlah lembaga survei "yang dicurigai" telah menjual diri dengan mengabaikan integritas dan kompetensi keilmuannya, masih ada lembaga-lembaga survei yang punya nurani. Tetap berbisnis, tapi tak mengorbankan prinsip-prinsip moral dan komitmen keilmuan yang mereka miliki. Ojo gebyah uyah, kata orang Jawa. Jangan dipukul rata.

Yang harus dipahami publik, bahwa lembaga survei berhak salah. Itu prinsip. Namanya juga manusia. Ikhtiarnya tak selalu sama dengan pikiran Tuhan. Karena itu, keliru dalam survei itu hal biasa. Jangan dikutuk, jangan dilaknat, jangan pula dibully. Tetapi, harus dengan catatan: pertama, selama kesalahan itu tak disengaja dan bukan bagian dari rekayasa politis. Bukan pula pesanan -atau hanya untuk menghibur- si pemberi kontrak. Jika kesalahan itu "human error biasa, harus dimaafkan.

Moso’ kesalahan sampai 20% lebih? Sekali lagi, kalau itu tak disengaja, kata maaf tetap berlaku.  Ini hanya soal keteledoran data, atau kesalahan metode pengambilan sample. Salah responden! Belum tentu terkait kapasitas dan kompetensi. Mungkin lagi apes. Atau kemampuannya hanya segitu? Artinya, gak kredibel. Jangan buru-buru menyimpulkan!  Tetap "husnudhan".

Kedua, kesalahannya tidak terus menerus. Tidak selalu berulang-ulang. Dan hasilnya "tidak sering" terlampau jauh melesetnya.

Jika dua catatan ini tak ditabrak, survei-survei itu harus dihargai sebagai bagian dari ijtihad ilmiah dalam dunia sosial, khususnya politik. Kita mesti pandai apresiasi pihak yang mau merawat tradisi ilmiah dalam kajian sosial-politik di Indonesia.

Survei di DKI salah. Lanjut di Jateng dan Jabar, salah lagi. Salahnya fatal. Gimana mau memaafkan? Sabar! Kita kasih kesempatan sekali lagi untuk survei pilpres. Ini "the last opportunity". Kesempatan terakhir sebelum didiskualifikasi. Kalau masih salah, dan kesalahannya fatal, maka anda boleh bilang "aneh dan lugu (lucu dan wagu) kalau masih percaya sama mereka.” Yang lebih aneh lagi adalah pihak yang masih mau kerjasama dengan mereka. Jangan bilang "dungu". Hindari kata itu supaya tak kena delik aduan. Hati-hati! Lagi musim orang diadukan. Kecuali jika anda ada di pihak kekuasaan, aman!

Yang menjadi masalah, bahkan ini sangat serius, kalau kesalahan itu disengaja dan menjadi bagian dari kontrak politik. Sengaja didesign untuk membangun opini kemenangan Paslon tertentu. Ini sudah menyangkut soal integritas. Jika terbukti, ini akan jadi sebuah kesalahan fatal! Apapun alasannya, ini perilaku tak beradab. Sebab, pertama, mencemari dunia ilmiah. Kedua, menipu publik. Lembaga atau orang seperti ini mesti dikutuk sebagai "pelaku kebohongan publik". Layak untuk dikritik keras dan dicabut ijin penelitiannya.

Santer kabar, ada sejumlah survei yang diantara isi kontraknya adalah memasang hasil survei 52% untuk Paslon tertentu. Pokoknya minimal 52%. Mau ditambah berapa lebihnya terserah. Kalau ada "koma"-nya akan lebih meyakinkan. Seolah-olah bener dan serius. Yang penting hasil minimalnya 52%. Walaupun faktanya di bawah 52%. Abaikan fakta itu! Karena, yang dibutuhkan bukan fakta, tapi "penggiringan opini".

Fakta hanya diperlukan untuk melihat sebaran suara berbasis wilayah, identitas pemilih, dan isu apa yang paling berpengaruh. Dari peta itu, strategi dibuat. Termasuk juga bagaimana membuat isu dan permainan opini yang tepat. Tapi hasil survei? Tetap harus disimpan. Keluarin yang hoax. Ini juga bagian dari strategi.

Gawat! Kalau "ilmu pengetahuan" sudah tunduk pada -dan menjadi budak- kepentingan politik, maka peradaban akan berada di ujung kehancuran. Dalam jangka panjang, masyarakat akan hidup tanpa moral, karena diasah maindsednya terus menerus oleh kebohongan. Kelak akan tiba saatnya orang tak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Salah benar sudah dianggap tak penting lagi. Ini mengingatkan kita pada ungkapan Hitler yang sangat populer: "kebenaran adalah kesalahan yang terulang seribu kali". Bahaya!

Kalau kontrak 52% itu nyata, kebohongan publik oleh lembaga-lembaga survei ini benar adanya dan terbukti, maka dunia survei di Indonesia betul-betul telah rusak. Sain menjadi alat politik yang akan menebar virus kebiadaban. Sungguh benar-benar tak  bermoral. Semoga ini tak benar. [PurWD/voa-islam.com]

Jakarta, 13/3/2019

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Editorial Insight lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Sahabat, Ulurtangan mari kirimkan dukungan terbaikmu untuk warga Palestina di Gaza demi menguatkan mereka menghadapi situasi mencekam ini. Mari dukung mereka dengan berdonasi dengan cara:...

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Saat ini, Ulurtangan bersama Yayasan An Najjahtul Islam Jonggol sedang merintis pembangunan Rumah Qur’an dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) An Najjah dan Gedung Majelis Taklim di Jonggol,...

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Mari bergabung dalam memperkuat jaringan kebaikan di pelosok negeri dengan Wakaf Al-Qur'an. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Abadikan harta dengan wakaf Al-Qur'an dan saksikan...

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Hidup Naura Salsabila dipenuhi dengan rintangan yang sangat berat. Meskipun baru berusia sepuluh bulan, bayi yang imut ini harus menghadapi penyakit yang dahsyat, yaitu tumor pembuluh darah berukuran...

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah yang ditinggali keluarga yatim Ibu Turyati (34) ludes terbakar saat ditinggal berbuka puasa bersama dan sholat Tarawih. Kebakaran pada Kamis malam (23/3/2023) itu tak menyisakan barang...

Latest News
KH Cholil Nafis: AI Tidak Bisa Dijadikan Mufti dalam Hukum Islam

KH Cholil Nafis: AI Tidak Bisa Dijadikan Mufti dalam Hukum Islam

Selasa, 19 Aug 2025 14:29

Anak Mogok ke Pondok, Lakukan 5 Langkah ini!

Anak Mogok ke Pondok, Lakukan 5 Langkah ini!

Selasa, 19 Aug 2025 13:41

Derita Haji Maksum, Tanah Sah Disita, Pemilik Ditahan

Derita Haji Maksum, Tanah Sah Disita, Pemilik Ditahan

Selasa, 19 Aug 2025 13:02

Sejarah Panjang Israel Menolak Perdamaian Palestina

Sejarah Panjang Israel Menolak Perdamaian Palestina

Selasa, 19 Aug 2025 12:40

Presiden Suriah Al-Shara: Israel Dalang Krisis Druze untuk Pecah Belah Negara

Presiden Suriah Al-Shara: Israel Dalang Krisis Druze untuk Pecah Belah Negara

Selasa, 19 Aug 2025 00:31

Akhir Era Password: Teknologi Biometrik Siap Ambil Alih Keamanan Digital

Akhir Era Password: Teknologi Biometrik Siap Ambil Alih Keamanan Digital

Senin, 18 Aug 2025 18:53

Louisiana Gugat Roblox: Platform Game Anak Dituduh Jadi Sarang Predator Online

Louisiana Gugat Roblox: Platform Game Anak Dituduh Jadi Sarang Predator Online

Senin, 18 Aug 2025 17:15

Misi Bersejarah: Indonesia Rayakan HUT RI dengan Airdrop Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Misi Bersejarah: Indonesia Rayakan HUT RI dengan Airdrop Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Senin, 18 Aug 2025 13:58

Genosida Israel di Gaza: Lebih dari Satu Anak Juta Alami Trauma, 40 Ribu Tewas atau Terluka

Genosida Israel di Gaza: Lebih dari Satu Anak Juta Alami Trauma, 40 Ribu Tewas atau Terluka

Senin, 18 Aug 2025 12:29

Posisi Telapak Kaki Saat Sujud: Menempel atau Merenggang?

Posisi Telapak Kaki Saat Sujud: Menempel atau Merenggang?

Senin, 18 Aug 2025 10:01

Demo Raksasa di Tel Aviv: Ratusan Ribu Warga Israel Tuntut Akhiri Perang Gaza

Demo Raksasa di Tel Aviv: Ratusan Ribu Warga Israel Tuntut Akhiri Perang Gaza

Senin, 18 Aug 2025 09:36

Aksi Solidaritas Palestina di Bogor, UBN: Merdeka Bukan Hanya Hak Kita, Tapi Juga Palestina!

Aksi Solidaritas Palestina di Bogor, UBN: Merdeka Bukan Hanya Hak Kita, Tapi Juga Palestina!

Ahad, 17 Aug 2025 00:15

Hati Merdeka, Hidup Mulia

Hati Merdeka, Hidup Mulia

Sabtu, 16 Aug 2025 21:26

SPI 11 Bandung Resmi Dibuka, Aktivis Dakwah Siap Jadi Pelopor Pemikiran Islam Berkeadaban

SPI 11 Bandung Resmi Dibuka, Aktivis Dakwah Siap Jadi Pelopor Pemikiran Islam Berkeadaban

Sabtu, 16 Aug 2025 20:15

Gaza Butuh 1.000 Truk Bantuan Setiap Hari untuk Penuhi Kebutuhan Warga

Gaza Butuh 1.000 Truk Bantuan Setiap Hari untuk Penuhi Kebutuhan Warga

Sabtu, 16 Aug 2025 19:30

Belajar dari Kasus Pati, Ketua MUI Imbau Pemerintah Hati-Hati Berkomunikasi

Belajar dari Kasus Pati, Ketua MUI Imbau Pemerintah Hati-Hati Berkomunikasi

Sabtu, 16 Aug 2025 19:00

Ribuan Jihadis dari 12 Negara Termasuk Indonesia Minta Kewarganegaraan dari Pemerintahan Baru Suriah

Ribuan Jihadis dari 12 Negara Termasuk Indonesia Minta Kewarganegaraan dari Pemerintahan Baru Suriah

Sabtu, 16 Aug 2025 11:34

PBB Ungkap Fakta Mengejutkan: Ribuan Tewas Saat Berburu Bantuan Kemanusiaan di Gaza

PBB Ungkap Fakta Mengejutkan: Ribuan Tewas Saat Berburu Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Sabtu, 16 Aug 2025 10:30


MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X