4 Tips Agar Balita Tak Mencoreti Tembok

Tembok rumah menjadi artistik, penuh goresan warna-warni hampir di segala sisi dan sudutnya. Bisa dipastikan rumah tersebut ada anak kecil usia sekitar 2 atau 3 tahunan. Baru bisa berjalan dan memegang benda, si kecil berusaha menggoreskan apa saja di bidang luas termasuk tembok. Bukan hanya pensil atau crayon warna, bisa jadi pensil alis atau lipstik bunda (bila punya) menjadi alat untuk berkreasi.

Tak sekali dua, si kecil dibilangi dan dinasehati agar berkarya di tempatnya. Sayangnya buku gambar yang tersedia malah terabaikan begitu saja. Si kecil lebih senang menggambar di tembok karena hasilnya akan lebih sering disaksikan olehnya.

Bunda salihah, jangan emosi atau pun geram dengan ulah si kecil. Memang, rumah menjadi tak lagi terlihat bersih dan indah. Tapi ketahuilah, bahwa proses kreativitas yang memadukan antara kecerdasan, sensor motorik halus jari dan kemampuan visual sang buah hati sedang berkembang. Tak mempan kata-kata dan nasehat meskipun diucapkan berulang-ulang. Akan jauh lebih baik bila dicarikan jalan keluar agar rumah tetap bersih dan si kecil tetap bahagia dengan aktivitasnya.

Di bawah ini ada beberapa cara yang mungkin bisa bunda coba.

1. Lapisi dinding dengan kertas putih. Tidak usah semua, tapi sebatas dinding yang dalam jangkauan tangan mungil itu. Biarkan ia bebas berkreasi di atas kertas putih yang dikiranya dinding itu. Setelah penuh, dengan mudah kertas tersebut bisa diganti dengan yang baru. Dinding pun tetap bersih tanpa perlu dicat ulang lagi.
2. Mengecatnya. Bila sudah terlanjur karena belum sempat melapisi dinding dengan kertas, mengecat ulang bisa dilakukan bila dirasa perlu. Libatkan si kecil sambil diberi pemahaman bahwa itu akibatnya bila dinding dicoret-coret.
3. Mengalihkan perhatian. Carilah sesuatu yang membuat si kecil merasa bahwa menulis di tempat itu lebih menyenangkan daripada di tembok. Misalnya saja kardus besar bekas tempat membungkus TV atau lemari es. Sambil main rumah-rumahan, si kecil bisa menyalurkan kreativitasnya pada sisi-sisi kardus tersebut.
4. Reward dan Punishment. Metode memberi hadiah dan sanksi cukup efektif dalam mendidik kebiasaan pada anak. Berilah reward atau hadiah berupa pujian dan pelukan bila si kecil ikut menjaga kebersihan dinding. Begitu sebaliknya. Kasih sanksi misalnya jalan-jalan sore ke taman yang sangat disukainya, ditiadakan.

Keempat poin di atas semoga bisa meredam dan mendidik si kecil agar belajar mengontrol diri. Dengan kontrol diri, dia pun bisa belajar mengenal tempat dimana ia bisa bebas berkreasi. Bila keempat langkah di atas tetap tak membuat si kecil paham, bersabarlah bunda. Karena mendidik makhluk mungil itu memang membutuhkan kesabaran ekstra.

Apalah artinya rumah sedikit coreng-moreng dibandingkan dengan kemajuan dan perkembangan yang begitu membahagiakan hati. Ada saatnya nanti, kita sebagai orang tua akan  merindukan goresan tangan mungil itu lagi.

Oleh karenanya, nikmati saja momen ini sebagai satu fase yang harus dilewati. Selama aktivitasnya tak berbahaya, anggap saja dinding rumah sedang dihias oleh calon designer interior yang berjiwa seniman. Selebihnya, senyum dan lantunan doa bunda akan membantu si kecil memahami batas dan ruang, mana yang boleh dan mana yang terlarang. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Fiqih Muslimah lainnya:

• Kisah Mualaf Ami dari Amerika: Pengalaman Pertama Berhijab
• Berbagai Komunitas Kampanyekan Hijab Syari dalam Peringatan International Hijab Solidarity Day
• Dongeng Pertama untuk Si Buah Hati
• Jagalah Anak dari Pelecehan Seksual karena Akan Membekas hingga Ia Dewasa
• Bunda, Jagalah Anak Kita dari Predator Seksual
• Generasi Penerus Bangsa dalam Pusaran Prostitusi
• Kisah Mualaf Shariffa Carlos: Agen Misi untuk Menghancurkan Islam yang Takluk pada Kebenaran
• Generasi Berkualitas Lahir dari Sistem yang Berkualitas