Selasa, 13 Jumadil Awwal 1447 H / 30 November 2010 13:10 wib
  7.113 views
								
							
								
								MMI: Regulasi Pornografi Berdasarkan Syariat Islam Solusi Free Sex
								Jakarta (voa-islam.com) - Menanggapi santernya pemberitaan  Hasil survei Badan Kordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)  mengenai tingkat keperawanan remaja di Jabodetabek, MMI menilai Pemerintah tidak perlu menyalahkan pihak sekolah atau remaja soal banyaknya remaja yang melakukan hubungan pranikah. 
"Pemerintah  tidak perlu menyalahkan sekolah dan remaja, dan tidak perlu ada  pendidikan seks sejak dini," kata Majelis Mujahidin Indonesia, Sobarin  Sakur di Gedung MUI, Selasa (30/11/2010). 
...perlu  adanya ketegasan pemerintah dalam regulasi soal pornografi  yang jelas  dan Indonesia harus memakai Syariat Islam," imbuhnya...
Sebaliknya lanjut  Sobarin, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan akhlak karena  dalam pendidikan akhlak diatur hubungan pria dan wanita. "Lainnya  adalah perlu adanya ketegasan pemerintah dalam regulasi soal pornografi  yang jelas dan Indonesia harus memakai Syariat Islam," imbuhnya
Keperawanan Tak Terkait Moralitas  
Hasil survei Badan Kordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)  mengenai tingkat keperawanan remaja di Jabodetabek memicu polemik berkepanjangan.
Sekretaris  Solidaritas Perempuan, Komisi Perlindungan AIDS Divisi Migrasi  Tracfiking HIV AIDS Thaufeik Zulbahary mengatakan hasil survei tersebut  tidak ada kaitannya dengan moralitas remaja.
...“Yang  terpenting  adalah membangun moralitas remaja itu sendiri. Karena remaja  berhak  mendapatkan informasi seputar kesehatan reproduksinya,” katanya... 
“Yang terpenting  adalah membangun moralitas remaja itu sendiri. Karena remaja berhak  mendapatkan informasi seputar kesehatan reproduksinya,” katanya Selasa (29/11/2010).
Lebih  jauh dia juga mempertanyakan metodologi dan validitas survei yang telah  digelar BKKBN. Bagi dia, hal penting yang harus dilakukan adalah  menghilangkan stigma negatif bahwa perempuan tidak perawan adalah remaja  nakal. Bukan sekadar mengekspose data tingkat keperawanan remaja.
Selain  itu diperlukan kesadaran orang dewasa untuk mau mendengarkan dan  memberikan masukan yang positif serta kepercayaan kepada remaja. "Tanpa  semua itu mereka semakin menutup channel, cendrung defensif dan mencoba-coba,” tutupnya. (Ibnudzar/ozo)
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!