Selasa, 7 Rabiul Akhir 1446 H / 9 September 2014 06:44 wib
9.476 views
Menteri Luar Negeri AS John Kerry : AS Ikut Mengenang Kematian Munir
WASHINGTON (voa-islam.com) - Posisi AS menjadi sangat jelas, terhadap kasus yang menimpa Munir, di mana Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan AS ikut mengenang 10 tahun kematian aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib.
Hari ini 10 tahun yang lalu, Munir dinyatakan meninggal dunia di atas pesawat Garuda Indonesia tujuan Amsterdam, Belanda. Otopsi menunjukkan adanya kandungan arsenik dalam jumlah besar di tubuhnya.
"Sepuluh tahun yang lalu, seseorang membunuh Munir, karena mereka khawatir ia akan berhasil membuat negaranya menjadi lebih demokratis, lebih bebas dan lebih manusiawi," kata John Kerry dalam pernyataan tertulis yang diterima AFP.
"Hari ini kami bergabung dengan rakyat Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib dan kami menyerukan perlindungan untuk mereka yang bekerja demi perdamaian, demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia," demikian kata pernyataan itu.
Kerry juga mengatakan bahwa keadilan belum sepenuhnya ditegakan. "Pada 2004, Presiden SBY mengakui bahwa resolusi kredibel terhadap kasus Munir akan menjadi ujian kunci bagi demokrasi Indonesia. Hal itu masih berlaku sampai sekarang. Kami mendukung semua upaya untuk membawa siapa pun yang memerintahkan Munir dibunuh ke meja hijau."
Sementara itu, istri mendiang Munir dalam wawancara dengan BBC Indonesia beberapa waktu lalu mengatakan kasus ini belum selesai.
"Kalau hanya pelaku lapangannya saja sih, itu mah gampang saya pikir. Tapi dalangnya? Sampai sekarang masih bebas. Dan kita bisa lihat itu. Selama kasusnya tidak terselesaikan, yah kita (Suciwati dan aktivis pegiat hak asasi manusia) akan tetap minta, pemenuhan keadilannya," kata Suciwati.
Di Indonesia sendiri, berbagai kegiatan memperingati kematian Munir juga marak diadakan dengan slogan "Munir ada dan berlipat ganda."
Sementara itu masyarakat Indonesia di Australia sejak awal bulan September mengadakan berbagai acara memperingati kematian Munir.
Sejumlah kegiatan seperti diskusi, pemutaran film, doa bersama serta aksi diselenggarakan di sejumlah kota besar seperti Canberra, Sydney, Brisbane, Melbourne serta kemungkinan di beberapa kota lainnya di Australia.
Munir Said Thalib meninggal dunia pada usia 39 tahun dalam perjalanan ke Amsterdam untuk menempuh pendidikan S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht.
Seharusnya, bukan hanya Munir yang diperjuangkan, tapi seperti kasus Talangsari Lampung, dan korbannya lebih banyak lagi. Bukan satu orang. Pegiat HAM harus berbicara tentang kasus Talangsari, Lampung. [jj/dbs/voa-islam.co]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!