Selasa, 7 Rabiul Akhir 1447 H / 30 September 2025 10:06 wib
623 views
Propaganda Nyanyian Perdamaian FKUB: Kerukunan Umat atau Kerusuhan Aqidah?
Berbagai cara dilakukan untuk merajut toleransi antarumat beragama. Mengusung faham Pluralisme dalam propaganda lagu "Nyanyian Perdamaian" yang disosialisasikan secara massif untuk kerukunan umat justru menimbulkan kerusuhan aqidah.
BEKASI (voa-islam.com) - Dalam beberapa tahun ini FKUB gencar sosialisasi lomba paduan suara lagu Nyanyian Perdamaian.
Di Bekasi Jawa Barat setiap tahun digelar Lomba Paduan Suara Nyanyian Perdamaian. Acara perdana digelar pada Ahad (27/8/2023) di Saung Keramba Preto Rawa Lumbu, bertajuk “Lomba Paduan Suara Kerukunan Umat Beragama Nyanyian Perdamaian Antar Ormas."
Di laman Pemkot Bekasi, disebutkan bahwa Nyanyian Perdamaian merupakan lagu bertema toleransi yang penting untuk diresapi dan diamalkan oleh warga masyarakat.” (bekasikota.go.id).
Tahun berikutnya FKUB Kota Bekasi menggelar Lomba Lagu Kerukunan di Rhema Building and Convention Centre, Rabu (14/8/2024). Tak mau ketinggalan, Forwala FKUB Kabupaten Bekasi menggelar even yang sama di Graha Pariwisata Kabupaten Bekasi pada Sabtu (31/8/2024) yang dimenangkan oleh Paduan Suara Paroki Gereja Ibu Teresa Cikarang.
Tahun ini, Lomba Lagu Kerukunan Tingkat Kota Bekasi kembali digelar di Rhema Building and Convention Centre, Selasa (2/9/2025) dengan tema “Satu Suara Untuk Kerukunan, Satu Irama Untuk Indonesia.” Penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba dilaksanakan dengan meriah di Plaza Pemkot Bekasi pada Senin (8/9/2025).
Apa yang dilakukan FKUB Bekasi itu sebetulnya bukan hal baru. Beberapa tahun sebelumnya, lagu ini sudah dinyanyikan pada Perayaan Paskah Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ) Dermolo Jepara, Ahad (04/4/2021). Bahkan jauh sebelumnya, lagu yang digadang-gadang sebagai lagu perdamaian lintas iman itu sudah dikumandangkan di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban pada Jumat (3/11/2017).
Polemik Karya Musisi Jalanan Blok M atau Pendeta Jimmy?
Dalam berbagai kanal Youtube, lagu berjudul “Nyanyian Perdamaian” (Kerukunan Antar Umat Beragama) ini diklaim sebagai ciptaan DR KH Nuril Arifin Husen (Gus Nuril) dan Pendeta DR Jimmy Boaz Oentoro.
Video awal lagu ini diunggah dalam kanal Youtube Anggun Entertainment Salatiga (31/7/2018). Disebutkan bahwa ia menggubah lagu Pesantren Soko Tunggal Semarang yang sering dinyanyikan oleh Pendeta Jimmy Oentoro & Gus Nuril sejak 2010.
“Terimakasih untuk inspirasinya: Jimmy Oentoro & Gus Nuril. Kami sangat terinspirasi dengan lagu ini, dan kami ingin lagu ini membumi di negeri tercinta indonesia. Oleh karena itu mohon ijin kami sedikit menggubah lirik lagu ini sehingga timbul semangat kebanggaan terhadap nilai luhur Pancasila sebagai ideologi negara kita yang sangat mengakomodir kebebasan seluruh rakyat untuk beragama menurut kepercayaannya.
Tapi dalam kolom komentarnya, akun Blok M Channel memprotes bahwa lirik lagu itu diubah dari aslinya. “Waduh syairnya ada yg dirubah. Aslinya dan penciptanya dichanel saya,” tulisnya.
Menurutnya, lagu itu Lagu ini diciptakan oleh Yulis Dian, seorang musisi jalanan Blok M Jakarta. Dalam video yang diunggah di channelnya, liriknya memang jauh berubah. Lirik aslinya berbunyi: “Hindu Buda tak suka bertengkar. Bicara lintas agama. Hukum serta moral bangsa. Hanya ada di negri tercinta. Indonesia Raya Indonesia Jaya.”
Anggun merombaknya menjadi: “Hindu suka ketentraman. Budha sumber kebajikan. Mari kita hidup berdampingan. Bicara lintas agama. Di taman hati yang indah. Pancasila perekat hidup bangsa.”

Menjajakan Aqidah Pluralisme Agama
Secara garis besar, lirik lagu ini ingin menyampaikan pesan toleransi antarumat beragama, untuk hidup berdampingan dengan cinta, damai, dan kasih sayang. Tak ada yang salah dengan lirik awalnya: “Nyanyikan lagu tentang cinta. Nyanyikan lagu tentang damai. Nyanyikan lagu tentang kasih sayang. Saling menghormati antar umat beragama. Mari ciptakan kedamaian dunia. Walau berbeda suku bangsa. Dan berbagai macam agama. Bagai taman Bhineka Tunggal Ika. Tetaplah berkasih sayang di dalam kehidupan.”
Bagi umat Islam, soal damai, kasih sayang, toleransi dan ukhuwah tak perlu digurui lagi. Disebut Islam karena ajarannya adalah din as-salam (agama perdamaian), rahmatan lil alamin (rahmat untuk seluruh alam), dan berkeadilan kepada semua orang termasuk kepada non-Muslim (Qs Al-Mumtahanah 8).
Tapi lirik berikutnya yang menyatakan bahwa “Surga neraka urusan Tuhan” yang diiringi dengan menyebut semua agama setara yang sama-sama baik, justru menjadi problem teologis yang berbahaya dalam pandangan syariah Islamiyah.
Ungkapan ini berpotensi menihilkan prinsip dakwah Islam yang menegaskan kebenaran jalan Islam sebagai satu-satunya yang diridhai Allah (Qs Ali Imran 19, 85). Seolah-olah penggubah lagu ingin menyatakan bahwa semua agama sama saja, karena itu bebas memilih dan nanti di akhirat soal surga dan neraka adalah urusan Tuhan
Secara teologis, penyamaan nilai agama bisa menjerumuskan pada paham Pluralisme Agama, yang sudah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Fatwa nomor 7/Munas VII/MUI/11/2005 tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama.
Menurut MUI, Pluralisme agama adalah faham yang menganut relativisme, yaitu menganggap kebenaran suatu agama bersifat relatif dan tidak absolut, bahkan menyamakan semua agama. Paham ini dapat berujung pada pengaburan akidah dan dianggap menyamakan tauhid dengan syirik atau iman dengan kufur. Karenanya, pluralisme agama adalah paham sesat, berbahaya dan haram bagi umat Islam.
“Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.”
Berbeda halnya dengan pluralitas agama yang diterima sebagai keniscayaan sosial. Pluralitas agama adalah kenyataan bahwa ada banyak agama dan umat beragama harus hidup berdampingan secara toleran dan damai, menghormati identitas masing-masing, tanpa harus membenarkan doktrin dan aqidah agama lain.
Umat Islam harus menerima adanya Pluralitas Agama, sebuah kemajemukan atau keanekaragaman agama yang ada di masyarakat. Ini adalah sebuah keniscayaan sosial yang harus diterima dan disikapi dengan toleransi dan perdamaian, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Kafirun ayat 6 (Lakum diinukum waliya diin). Karenanya, MUI menganjurkan umat Islam untuk menyikapi pluralitas agama dengan sikap saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai (mu'ahadah).
Surga Neraka Urusan Tuhan, Tapi Pilihan Muslim Kafir Urusan Manusia
Kalimat “Surga neraka urusan Tuhan” kalau dijadikan slogan liar sangat berbahaya bagi akidah. Karena memberi kesan semua agama bebas memilih apa saja, nanti urusan akhirat biar Tuhan yang menentukan.
Padahal Islam sudah jelas-jelas menegaskan bahwa orang mukmin adalah penghuni surga (Qs An-Nisa 57, Al-Baqarah 25); dan orang kafir adalah penghuni neraka yang kekal (Qs Al-Baqarah 39, Al-Bayyinah 6).
Jadi, surga dan neraka adalah urusan Allah. Tugas kita beramal sesuai syariat, hasilnya pasti sesuai ketetapan Allah: surga bagi orang beriman, neraka bagi yang kafir.
Sumber Kebajikan yang Hakiki itu Islam, bukan Budha!
Perhatikan lirik lagu berikutnya yang perlu dikritisi dengan kacamata aqidah Islam:
“Surga neraka urusan Tuhan
Islam cinta kedamaian
Kristen penuh kasih sayang
Khonghucu sabar pengertian
Hindu suka ketentraman
Budha sumber kebajikan”
Konsep surga-neraka dalam Buddhisme sama sekali tidak identik dengan teologi Abrahamik, sehingga penyamaan kebajikan dalam Budha dan Islam pasti menimbulkan dampak reduktif.
Tanpa bermaksud mendiskreditkan agama Budha, menurut aqidah Islam, sumber kebajikan yang hakiki (al-birr) adalah Islam bukan Budha. Karena kebajikan yang hakiki adalah iman taat kepada Allah, mengikuti Rasul, dan amal shalih.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi; dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang-orang yang meminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat, menunaikan zakat; orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Qs Al-Baqarah 177).
Kebajikan sejati tidak sebatas ritual lahiriah saja, melainkan kombinasi Aqidah (iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab & nabi); amal sosial (sedekah, bantu yatim, miskin, musafir, memerdekakan budak); ibadah ritual (shalat dan zakat); akhlak pribadi (menepati janji); dan mental spiritual (abar dalam kesulitan dan jihad).
Jadi, tanpa Islam, semua kebaikan hanya bernilai sosial, bukan kebaikan hakiki yang membawa keselamatan akhirat. Islam adalah sumber kebajikan yang universal, sempurna, dan abadi karena Islam adalah agama yang sempurna mencakup seluruh aspek kebaikan aqidah, akhlak, ibadah, muamalah (Qs Al-Maidah 3); Islam juga petunjuk kebajikan yang sejati yaitu jalan yang paling lurus (Qs Al-Isra 9).
Karena ada keterkaitan antara amal kebajikan dan tauhid, maka di luar Islam tetap ada kebajikan, tapi semua kebajikan itu hanya bermanfaat sosial di dunia, tidak bisa menjamin keselamatan di akhirat.
Spirit menjalin toleransi untuk perdamaian, persaudaraan, kebersamaan, kebangsaan dan kerukunan umat beragama adalah hal yang positif dan patut dihargai. Tapi jangan demi kerukunan umat beragama lantas menukar aqidah Islam menjadi aqidah Pluralisme Agama yang bertentangan dengan faham semua agama.
Islam mengajarkan tasamuh (toleransi) tapi melarang mencampuradukkan agama. Demi menjalin kerukunan umat beragama, jangan membuat kerusuhan aqidah.!! Wallāhu a‘lam. [A Ahmad Hizbullah MAG]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!