Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
19.546 views

Hubungan antara manusia dengan kuda sudah dikenal sejak zaman purba

Sejarah  Olah Raga  Berkuda

Hubungan antara manusia dengan kuda sudah dikenal sejak zaman purba, seperti kita dapat melihat dari kesenian dan sastra yang berasal dari negeri Ukraine, China, Mesir, Persia dan Yunani kuno.

Manusia purba memburu kuda dan menyantap dagingnya. Walaupun sulit untuk menentukan secara pasti mengenai siapa yang pertama kali menjinakkan kuda dan melatihnya untuk ditunggang, penemuan ilmiah menunjukkan bahwa manusia telah menunggang kuda sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Suku Yunani dan Romawi kuno merupakan ahli tunggang dan menggunakan kuda untuk pacuan dan olahraga. Tentara Yunani dan Romawi menunggang kuda dalam perang, dan suku Yunani (Xenophon) menulis tentang prinsip-prinsip berkuda sedini 400 S.M. Hingga kini prinsip-prinsip mereka masih digunakan untuk berkuda.

Pada zaman Renaissance, banyak bangsawan mendatangi sekolah menunggang besar di Eropa untuk belajar seni tunggang.

Akademi berkuda pertama didirikan oleh Federico Grisone 1532 di Napoli, Itali, kemudian pada akhir abad 16 sebuah akademi equestrian berkembang di Versailles, Perancis, tetapi kemudian menghilang karena revolusi Perancis. Sebuah sekolah menunggang “kuno” yang bertahan hingga kini adalah Spanish Riding School yang didirikan 1572 di Wina, Austria.

Sekolah kavaleri Perancis yang didirikan 1768 di Saumur, dengan pakar Pluvinel dan La Guérinière, juga memberikan kontribusi besar kepada seni equestrian modern, terutama Dressage/ Tunggang Serasi. Olahraga berkuda yang kita kenal di zaman sekarang, berkembang pada bagian kedua abad 19.

Di Indonesia peranan kuda sampai meningkat untuk keperluan olahraga, tidak banyak berbeda dengan negara-negara lain. Awalnya peranan kuda di Indonesia lebih dekat dengan masyarakat petani, dari pada keluarga Raja. Dahulunya oleh para petani, kuda disamping untuk keperluan angkutan, juga untuk menarik bajak di sawah, disamping kerbau di beberapa daerah.

Sedang cikal bakal olahraga ketangkasan berkuda di Indonesia berawal dari menunggang kuda sambil berburu di hutan-hutan. Kesenangan berburu dengan menunggang kuda ini masih banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur. Di pulau Jawa, kuda di abad 16 sebelumnya menjadi simbol kemegahan para Raja dan dipergunakan untuk peperangan, yang pada gilirannya dijadikan untuk olahraga sebagai tontonan. Pada zaman Belanda, olahraga berkuda dikenal rakyat melalui pacuan kuda, yang dilakukan pada hari-hari pasar atau ulang tahun Ratu Belanda. Hampir setiap daerah menjadi pusat kegiatan pacuan kuda, dan dari situlah tumbuh peternakan tradisional, yang melahirkan kuda-kuda pacu lokal, yang dikenal dengan kuda Batak, kuda Padang Mangatas, kuda Priangan, kuda Sumba, kuda Minahasa dan kuda Sandel. Daerah-daerah yang dikenal mempunyai ternak-ternak kuda tradisional adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Lomba ketangkasan berkuda mulai dikenal melalui serdadu-serdadu Belanda dengan lomba lompat rintangan (Jumping). Salah satu pusat kavaleri berkuda waktu itu terletak di kota Cimahi, 10 km dari Bandung ke arah barat.

 

Jenis kompetisi  Olah Raga  Berkuda

Olahraga berkuda yang di pertandingkan di dunia ini terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah:

Dressage / Tunggang Serasi

Dressage adalah dasar semua pelatihan kuda dan dibutuhkan untuk semua nomor ketangkasan, tetapi dressage juga dinilai sebagai „Master“ berkuda karena nilai seni tinggi yang dimilikinya.

Tujuan  Dressage atau Tunggang Serasi adalah pengembangan fisik kuda dan keserasian penunggang dengan kuda. Keterampilan dan mutu yang baik terlihat dari ayunan langkah yang bebas dan sama rata, seolah kuda bergerak mudah dan tanpa beban. Kudanya memberi kesan bahwa ia melakukan semua gerakan dengan sendiri, karena pertolongan yang ringan dari penunggang tidak dapat terlihat lagi.

Dalam semua kompetisi, kuda harus menunjukkan tiga cara berjalan: Walk, Trot dan Canter, dan juga transisi dari dan ke berlainan cara berjalan dan dalam cara berjalan sendiri (collection – extension – collection).

Adapun tes dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Tes tingkat mudah mencakup gerakan seperti Halt (berhenti), Rein-Back (mundur), lingkaran kecil, Walk-Pirouette (berputar di tempat) dan gerakan menyamping. Tingkat sedang juga mencakup flying changes (ganti kaki di udara) di canter. Dalam tingkat Grand-Prix, yaitu yang paling sulit yang juga dipertandingkan dalam Olimpiade, adapun gerakan seperti Piaffe, dimana kuda memberi kesan seolah ia berjalan di tempat, dan Passage, yaitu trot dengan langkah yang lebih diayun, dengan “suspensi” dan  ke atas.
 
Dalam tes Freestyle to Music penunggang dapat menentukan sendiri lagu, koreografi dan urutan gerakan yang wajib diperlihatkan. Dalam Freestyle tersebut yang dinilai adalah kemampuan teknis dan pertunjukan yang artistik. Dalam bagian artistik juga sangat penting agar kuda dapat melakukan semua gerakannya seiring dengan irama musik.

Inilah cara judge Mrs.Clem Kelly (AUS) mendefinisi tunggang serasi:

Dressage adalah cabang olahraga olimpik – dan merupakan dasar dari semua nomor ketangkasan berkuda.

Selain menjadi olahraga yang sangat kompetitif, dressage juga merupakan kesenian. Yang dilihat adalah keindahan dan keanggunan seekor kuda yang atletis, lentur dan luwes yang bergerak sesuai dengan pertolongan yang sangat halus dari penunggangnya. Ia melakukan serangkaian gerakan yang diberikan nilai antara 0-10, mirip dengan olahraga senam lantai/ gymnastics. Dengan peningkatan kemampuan kuda yang  dicapai dalam waktu berberapa tahun, keselarasan dalam keserasian dan kepercayaan total didapatkan diantara kombinasi kuda-penunggang. Test dressage tingkat tinggi mengandalkan kesenian para master dressage klasik dengan tujuan akhir -  kesempurnaan total.

Menuju kesempurnaan dalam dressage harus melalui perjalanan yang sulit dan membutuhkan waktu berjam-jam penuh kesabaran selama bertahun-tahun. Pelatih/ penunggang harus mahir dalam ajaran kesenian dressage klasik dan kudanya pun harus memiliki bentuk fisik, cara bergerak dan kepribadian yang sesuai. Pelatih kuda/ penunggang juga harus dibekali oleh predeposisi psikologis yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir yang menjadikan dressage sebuah kesenian: Grand Prix de Dressage.

Tidak cukup bahwa si penunggang harus memiliki kemahiran dan kudanya berbakat, mereka harus benar-benar menjadi sebuah kesatuan. Hubungan yang harmonis diantara kuda dan penunggang sangat tergantung dari kekuatan perasaan/ intuisi si penunggang dan kondisi mental kuda, hingga kiranya suatu tingkatan keselarasan yang mendekati kesempurnaan dapat tercapai.

Endurance

Endurance merupakan kompetisi melawan waktu untuk menguji kecepatan dan kemampuan ketahanan kuda, yang sekaligus diharapkan dapat menunjukkan pengetahuan si penunggang mengenai kecepatan dan penggunaan kudanya melalui lintas alam. Prestasi kuda yang ditunjukkan melalui berbagai macam permukaan dan halangan alam sangatlah penting untuk menentukan kepandaian berkuda si penunggang dan sikap kudanya sendiri.

Sebuah kompetisi terdiri dari berberapa tahap. Setelah setiap tahap (pada prinsipnya setiap 40 km), diadakan sebuah inspeksi kesehatan hewan yang diatur sebagai gerbang veteriner yang menuju kawasan pemberhentian yang diambil waktunya (waktunya terhitung dari saat detak jantung kuda menunjukkan 64 detak/ menit; sampai saat itu waktu dianggap sebagai waktu menunggang). Tahap-tahap endurance dapat berlangsung hingga dua hari atau lebih.

Perjalanannya tidak boleh mengandung lebih dari 10 persen permukaan jalanan keras. Bagian yang lebih sulit sebaiknya tidak terdapat di bagian akhir kompetisi.

Untuk kompetisi yang berlangsung lebih dari satu hari, rata-rata jarak minimum untuk pertandingan internasional biasa adalah 80 km dan dalam pertandingan resmi 100 km. Untuk kejuaraan satu hari, jaraknya biasanya 160 km dengan waktu tempuh sekitar sepuluh sampai duabelas jam.

Endurance race adalah semacam Pacuan Marathon Berkuda dimana seorang penunggang bersama seekor kuda menempuh jarak jauh (antara 20 km “Baby Race” sampai 160 km/ hari atau 2 hari à 100 km) dalam waktu sesingkat-singkatnya. Adapun titik pemberhentian yang ditentukan untuk minum (Water Point), inspeksi dan istirahat kuda. Peserta dibantu oleh tim pendukung atau Crew yang terdiri dari dua orang yang mengurusi kuda dan satu pengemudi kendaraan pendukung.

Yang penting adalah menjaga kondisi kuda agar ia dapat lulus pemeriksaan tim dokter hewan dimana detak jantung kuda tidak boleh melampaui 64 detak/ menit, kuda tidak boleh pincang, dehidrasi, anemia, kulit lecet/ sensitive dan kram atau kolik. Kuda yang menunjukkan tanda kelelahan dan kiranya kesehatannya terancam apabila ia melanjutkan pacuan, dieliminasi oleh tim veteriner dan keputusan mereka tidak dapat diganggu gugat.

Peserta yang menyelesaikan pacuan dalam waktu tersingkat dan dengan kuda berkondisi baik hingga 2 jam setelah pacuan berhenti dinyatakan menang. 

 

Endurance dinilai sangat cocok untuk masyarakat berkuda Indonesia karena beberapa faktor, antara lain: 

-          relatif rendah biaya dan membutuhkan fasilitas minim

-          kuda apa saja dapat mengikutinya asal sehat

-          kuda Indonesia, terutama asal Padang sangat cocok untuk jenis olahraga ini yang menuntut ketahanan dan stamina kuda yang baik

-          tidak memerlukan kuda bersilsilah, peralatan canggih atau mahal

-          kemampuan ekuestrian tidaklah harus terlalu tinggi sehingga pemula segala umur pun dapat ikut serta asalkan ia dapat mengontrol   kuda

-          kita berpeluang besar untuk mendapatkan tempat di peta berkuda internasional

 

Dengan bangga ECI dapat mengumumkan bahwa disiplin berkuda yang masih muda, yaitu Endurance telah diperkenalkan dan dipertandingkan di Indonesia. Pada tahun 2001 atau tepatnya beberapa bulan sebelum SEA Games XXI Kuala Lumpur, Winson Pola mempelajari bidang Endurance dan mewakili Indonesia bersama Surmin dan cadangan Yudi Irianto di ajang bergengsi tersebut. Yudi sempat memperdalami Endurance di Trijaya Jerudong Equestrian Center Brunei Darussalam, dan kecintaan Winson kepada Endurance ini telah membawanya ke mancanegara seperti Malaysia dan Uni Emirates Arab dimana ia dapat menjalin hubungan erat dengan para pakar dan penunggang-penunggang terbaik dunia.

Selain pengembangan penunggang, bidang ini juga memberikan kesempatan untuk pengembangan ofisial. Misalnya dokter hewan, dapat mengikuti FEI Endurance Vet Clinic dan kiranya menjadi ofisial yang sangatlah penting untuk Endurance.

 

Show Jumping ( Lompat Rintangan )

Melompat rintangan adalah hal yang biasa dilakukan oleh kuda-kuda di alam bebas ketika mereka menghindar atau lari dari pemangsa. Zebra di kebun binatang juga terlihat melompati pohon tumbang dan rintangan lain untuk kesenangan mereka. Kemampuan lompat rintangan seekor kuda ketangkasan antara lain tergantung bakatnya dan membutuhkan pelatihan yang sesuai dan secara bertahap untuk mengajarkan teknik yang baik. Lompat rintangan melengkapi pendidikan dasar si penunggang maupun seekor kuda tunggang, dan pada umumnya latihan jumping dijadwalkan sebanyak dua atau tiga kali dari enam hari latihan per minggu.  

Nomor olahraga berkuda Showjumping atau Lompat Rintangan berasal dari kegemaran para penunggang Irlandia pada zaman dahulu. Karena tanah pertanian mereka sangat luas dan infrastruktur di „pulau hijau“ itu saat itu masih minim, mereka sering „potong jalan“ dengan melompati pagar, tembok dan rintangan alam yang membatasi dan memisahkan tanah-tanah pertanian mereka. Kebiasaan itu kemudian berkembang dan menjadi sebuah kompetisi tersendiri. Pada tahun 1752, kompetisi jenis Steeplechase pertama diselenggarakan. 

Pada kompetisi showjumping yang kita kenal sekarang, tujuan utama adalah menyelesaikan course atau lintasan yang telah ditentukan tanpa menjatuhkan rintangan. Course designer merancang lintasan yang berbeda untuk setiap pertandingan showjumping, dan dapat menyesuaikan tingkat kesulitan lintasan dengan jenis atau level pertandingan. Panjang lintasan minimal 150m, maksimal 1200m. Luas arena standar internasional adalah 90×45 meter, dengan alas/ ground pasir atau rumput.

Jenis rintangan merupakan rintangan lompat tinggi (misalnya vertical, upright, wall,  dengan tinggi maksimal 1,60m), lompat jauh (water jump, dengan lebar 2,5m sampai 4,5m) dan tinggi-jauh (oxer, triple-bar, tinggi maksimal 1,60m, lebar maksimal 2m dan 2,20m), dan rintangan-rintangan tersebut dapat berdiri sendiri atau digabungkan dalam kombinasi yang terdiri dari dua sampai tiga rintangan dengan jarak diantara dua rintangan minimal 6,5m dan maksimal duabelas meter.

Poles atau batang kayu/ dolken dengan panjang 3,5m atau 4m, berdiameter +/- 10cm, diletakkan pada cups  yang dipasang di sayap rintangan dan dapat jatuh apabila tersentuh kaki kuda.

Masing-masing rintangan diberikan nomor, dan arah melompat ditandakan dengan dua bendera yang dipasang di atas sayap rintangan, sebelah kanan merah dan sebelah kiri putih.

Peta lintasan atau course plan dipajang di papan informasi pertandingan. 

Sebelum bertanding, para penunggang berbusana pertandingan lengkap, terkadang bersama pelatih, menjalankan lintasan terlebih dahulu. Hal tersebut membantu penunggangnya untuk menghafalkan urutan rintangan dan mengukur jarak diantara rintangan guna menentukan strategi yang diambil untuk menyelesaikan lintasan sebaik-baiknya. Walaupun lintasan dibangun dengan ukuran metrik, yang dihitung pada saat walk the course adalah langkah penunggang empat banding satu, yaitu empat langkah penunggang sama dengan satu langkah atau stride kuda. Sebagai contoh: Dalam ukuran metrik jarak diantara dua rintangan misalnya merupakan sepuluh sampai sebelas meter. Kalau jarak yang diukur oleh penunggang adalah duabelas langkah, duabelas dikurangkan empat langkah untuk landing sama dengan delapan langkah atau dua stride kuda. 

Kebanyakan tipe kompetisi lompat rintangan mengandalkan kecepatan – ketepatan – kegesitan: tim penunggang-kuda harus mengatasi lintasan dengan 6 sampai 14 rintangan, dalam waktu tertentu, dengan kesalahan minimal.

Buku peraturan lompat rintangan cukup tebal, tetapi sebagai informasi dasar kami akan mengulas beberapa peraturan utama: Apabila seorang kompetitor melakukan kesalahan seperti menjatuhkan sebuah rintangan, menolak atau melebihi waktu yang diperbolehkan ia dikenakan faults atau angka kesalahan. Untuk setiap rintangan yang jatuh, dikenakan empat faults, begitu pula kalau kuda menyentuh air di water jump dan untuk penolakan. Peserta hanya diperbolehkan menolak satu kali. Pada penolakan kedua, judge bunyikan lonceng yang menandakan bahwa pesertanya eliminated atau tersisihkan dari putaran yang sedang dijalankan. Eliminasi juga terjadi apabila penunggang melompati rintangan sebelum lonceng menandakan start, apabila kuda enggan melewati garis start atau finish, dan kalau melompati rintangan yang salah atau dari arah yang salah. Jatuh dari kuda dan jatuh bersama kuda, juga menyebabkan eliminasi.

Untuk melebihi waktu yang diperbolehkan (time allowed), faults diberikan per satuan detik, tergantung tipe kompetisi. Waktu yang diperbolehkan didapatkan dari perhitungan panjang lintasan dengan speed atau kecepatan yang bervariasi antara 300m/ menit hingga 400m/ menit. Batas waktu (time limit) adalah dua kalinya waktu yang diperbolehkan, dan melewatinya menyebabkan eliminasi juga. 

Pemenang kompetisi adalah ia yang memiliki angka kesalahan yang paling kecil, dapat meyelesaikan lintasannya dalam waktu tercepat atau mengumpulkan point tertinggi, tergantung daripada tipe kompetisi. Salah satu jenis kompetisi lain adalah puissance atau adu lompat tinggi, dimana tinggi rintangan dapat mencapai dua meter lebih, atau kompetisi lompat jauh. 

Apapun jenis kompetisinya, showjumping selalu membuat para penonton tegang. Keaneka ragaman dan variasi kompetisi menambahkan segi atraksi baik untuk kompetitor maupun penonton.

 

Eventing

Eventing atau Trilomba adalah pertandingan kombinasi yang mengandalkan pengalaman penunggang dalam semua nomor berkuda. Kuda maupun penunggang, harus memiliki kecekatan dan serba bisa.

Pesertanya mengikuti pertandingan kombinasi yang terdiri dari tiga tes: dressage, cross-country – sebagai tes utama - dan jumping, dengan kuda yang sama selama pertandingan berlangsung. Hal itu tentunya membutuhkan kerjasama antara kedua atlit yang saling percaya, dan juga pelatihan yang terstruktur dan sistematis dalam semua disiplin tadi. Hanya pelatihan yang baik dan teratur menghasilkan atlit yang mahir dalam semua disiplin dan berstamina cukup untuk menghadapi pertandingan yang dinilai cukup berat ini.

 

Perhitungan trilomba dilakukan dalam sistem penalty points. Artinya, para peserta berusaha mendapatkan angka penalti sesedikit mungkin untuk mengungguli pertandingan yang pada umumnya berlangsung selama  satu (One Day Event) sampai tiga hari (Three Day Event). Tingkat kesulitan dibagikan dalam level One Star hingga Four Star Eventing. Bagi para penonton, menanti hasil pertandingan hari per hari atau tes demi tes sangat menegangkan, bagaikan hiburan mini seri di layar kaca.

 

Setelah diawali dengan inspeksi kesehatan kuda oleh dokter hewan, pertandingan Eventing selalu dimulai dengan Dressage Test. Walaupun terlihat sangat mudah, dressage adalah bagian pertandingan yang cukup sulit untuk para peserta eventing karena kuda yang sebenarnya dipersiapkan secara maksimal untuk menghasilkan power and speed pada tes-tes berikutnya, disini dituntut untuk tampil bagaikan penari, dengan gerakan yang hanya dapat dihasilkan secara baik apabila kuda cukup lentur. Disisi lain tes dressage tentunya memperlihatkan baik buruknya basic training, yaitu sebaik apa kuda dan penunggang terlatih dalam disiplin dasar berkuda.

Tes tunggang serasi terdiri dari berberapa gerakan yang telah ditentukan, yang dipertandingkan di sebuah arena yang berukuran 20×60 meter. Seperti dalam pertandingan tunggang serasi biasa, juri memberikan nilai pada setiap gerakan yang dilakukan masing-masing peserta, dan good points yang dikumpulkan itu dijadikan angka persentase. Hasil persentase rata-rata yang diperoleh masing-masing peserta dikurangi dari angka 100, kemudian dikali 1,5 untuk mendapatkan angka penalti yang akan dibawa oleh pesertanya ke babak kedua, yaitu cross-country, yang biasanya dilakukan keesok harinya.

Walaupun ketiga disiplin dalam trilomba sama pentingnya, fokus pertandingan adalah tes kedua, babak cross country atau rintangan alam, yang menguji kecepatan, keberanian, daya tahan dan kemampuan melompat si kuda serta keberanian dan kemampuan si penunggang. Cross country ini dinilai sebagai tes yang memiliki risiko tertinggi untuk kuda maupun penunggang, dan keduanya biasanya akan mengenakan perlengkapan pelindung seperti boots khusus untuk kuda dan body protector untuk penunggang. Mengenal risiko yang dihadapi peserta itu, adalah hal yang biasanya sangat menegangkan para penonton.

Menurut peraturan, test cross country terdiri dari empat fase: Fase A dan C: Roads and Tracks, fase B: Steeple-chase, dan fase D: Cross-country Obstacles. Pada One Day Event, fase B dan C tidak diikutsertakan dan fase A juga optional. One Day Event boleh diselenggarakan dalam 1, 2 atau 3 hari.

Pada umumnya, cross country terdiri dari 25-45 rintangan yang solid. Diantara rintangan biasanya juga ada salah satu dimana kuda harus melompat kedalam air. Panjang lintasan adalah antara 2.500m-7.410m di lapangan alam yang bergelombang. Tergantung fasenya, kecepatan kuda antara 220-690 meter per menit.

Apabila peserta melakukan kesalahan di rintangan, akan dikenakan penalti sebagai berikut: Pada rintangan yang sama, penolakan pertama, melewati atau melingkari rintangan: 20 penalti, kedua kali ditambah dengan 40 penalti, ketiga kali peserta tereliminasi. Pada fase D baru tersisihkan pada penolakan keempat (di rintangan yang berbeda). Apabila penunggang jatuh dari kuda pertama kali pada sebuah rintangan, dikenakan 65 penalti. Jatuh kedua kalinya atau apabila kuda jatuh, mengakibatkan peserta tereliminasi.

Berdasarkan panjang lintasan dan kecepatan kuda yang sudah ditentukan, juri mengkalkulasikan Optimum Time. Peserta yang menyelesaikan tes dengan waktu yang paling mendekati optimum time adalah yang terbaik, tetapi apabila telah melampaui optimum time, peserta akan dikenakan penalti, tergantung fase yang mana, antara 0,4 dan 1 penalti per detik.

Semua penalti tadi akan dibawa bersama penalti dari hasil tes dressage ke babak berikutnya, yaitu tes Jumping.

Tes Jumping berlangsung pada hari terakhir setelah kembali diadakan inspeksi kesehatan hewan. Maksud daripada tes jumping tersebut adalah membuktikan bahwa setelah melalui tes pertama dan kedua, kuda masih cukup gemulai dan bertenaga untuk melompati sebuah lintasan rintangan dengan panjang 350-600m berisi 10-16 rintangan show jumping dengan kecepatan 350-375 meter per menit. Peraturan yang berlaku adalah peraturan Showjumping, kecuali bahwa dalam eventing peserta boleh jatuh dari kuda satu kali yang akan dikenakan 8 penalti.

Setelah melalui semua tes diatas, peserta yang berhasil mendapatkan penalti paling kecil menjadi pemenang.

 

Sumber:www.equestrian-indonesia.org

             www.inhorse.wordpress.com

Potho   :www.sleights-cottage.co.uk

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Jihad Fie Sabilillah lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X