Sabtu, 8 Jumadil Akhir 1446 H / 23 Januari 2010 06:50 wib
20.795 views
Yang Gagal Menjadi Mujahid
Dalam mengomentari berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 270 Hijriyah, Ibnul Jauzi menyebutkan adanya seorang lelaki murtad yang bernama Abdullah bin Abdurrahim. Orang yang sengsara ini merupakan salah seorang mantan mujahid yang pernah berjihad bersama kaum muslimin dalam memerangi bangsa Romawi.
Dalam sebuah peperangan, ketika kaum muslimin sedang mengepung salah satu perkampungan milik Romawi, tiba-tiba pandangan Abdullah bin Abdurrahim tertuju kepada seorang perempuan Romawi yang berada dalam benteng pertahanan mereka. Akhirnya dia sangat bernafsu ingin memilikinya.
Dia lupa, tak seorangpun terjamin untuk tidak su-ul khatimah (akhir hayat yang buruk). Dia lupa bahwa maksiat menjadi duta pada kekufuran dan pandangan haram penghantar kepada zina, sementara wanita tetaplah fitnah terberat bagi kaum Adam. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ.
"Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita." (Muttafaq ‘alaihi)
Selanjutnya dia mengirimkan sepucuk surat cinta kepada perempuan yang telah menambat hatinya. Isi suratnya menanyakan, "bagaimana caranya supaya saya bisa sampai ke pangkuanmu?"
Perempuan itu membalas, "kamu harus masuk agama Nashrani dulu, baru kamu bisa naik menjumpaiku?"
Si murtad itu memenuhi permintaannya. Dia memeluk agama Nashrani dan meninggalkan agamanya, lalu dia naik ke atas bentengnya dan menikahinya.
Kaum muslimin sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Mereka sangat terguncang, seakan-akan keadaan berkata, "bagaimana mungkin hati yang sudah memahami Al Qur'an, sekarang menjadi hamba salib dan meningalkan Allah?"
Beberapa waktu kemudian, ketika kaum muslimin melintas di hadapannya ketika dia bersama perempuan kafir pujaannya dalam benteng miliknya, mereka bertanya, "Wahai Ibnu Abdirrahman, apa yang dilakukan oleh AlQur'an, kitabmu?"
"Wahai Ibnu Abdirrahman, apa yang telah dilakukan ilmumu?"
"Wahai Ibnu Abdirrahman, apa yang telah dilakukan shalat, puasa, dan jihadmu?"
Maka dia menjawab, "adapun Al Qur'an, sungguh saya telah dijadikan lupa padanya, dan hanya dua ayat saja yang masih teringat hingga sekarang. Seakan-akan Allah membuat saya tetap mengingat keduanya. Yaitu firman Allah Ta'ala,
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
"Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)." (QS. Al Hijr: 2-3)
"Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. . . ." al Ayat
Kemudian dia berkata kepada kaum muslimin, "sesungguhnya saya telah memiliki anak dan harta yang melimpah ruah bersama mereka!"
Maksudnya, dia tidak dapat lagi kembali meninggalkan mereka dan kembali ke pangkuan agama Islam. Aِِِِkhirnya lelaki murtad mantan mujahid itu berada dalam kerugian nyata dan larut dalam kekufuran. Cahaya iman dalam hatinya telah padam, padahal cahaya itu sebelumnya menjadi pelita dalam sanubarinya.
Aِِِِkhirnya lelaki murtad mantan mujahid itu berada dalam kerugian nyata dan larut dalam kekufuran. Cahaya iman dalam hatinya telah padam, padahal cahaya itu sebelumnya menjadi pelita dalam sanubarinya.
Untuk itu janganlah sekali-kali tertipu dengan jihah yang telah kita lakukan. Seharusnya kita senantiasa memanjakan doa,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ , يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu. Wahai Dzat yang mengendalikan hati, arahkan hati kami untuk mentaati-Mu."
(PurWD/voa-islam)
*Sumber: DI Bawah Kilatan Pedang (101 Kisah Heroik Mujahidin), karya DR. Hamid Ath-Thahir.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!