Kamis, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 7 Desember 2023 23:00 wib
5.260 views
Menuntaskan Masalah Trend Bunuh Diri pada Anak
Oleh: Shella Syahdina
Sungguh tragis seorang anak berusia 10 tahun, memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamar pada 22 November. Diduga kuat penyebabnya karena merasa kecewa usai ditegur orang tuanya akibat terus menerus bermain handphone. Banyak yang menganggap keputusan bunuh diri karena korban tampak pendiam. Ternyata tidak demikian, ia dikenal sebagai anak yang ceria. Beberapa jam sebelum kejadian ia masih asik bermain dengan teman-temannya, demikianlah informasi yang didapat dari guru di sekolahnya.
Dilansir dari media muslimah media center, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak bukan kali ini saja terjadi, kasus bunuh diri anak di sepanjang 2023 sudah 10 kali terjadi. Kasus ini 10% lebih tinggi dibandingkan tahun 2022. Perundungan menjadi faktor dominan alasan bunuh diri anak. Kasus ini harus menjadi perhatian mengingat usia anak yang memutuskan bunuh diri masih sangat belia. Apalagi bunuh diri sudah mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijawab tentang penyebab bunuh diri, dan mengetahui sumber bagaimana anak mengetahui cara bunuh diri, serta kondisi anak terutama mental yang dibangun. Maka membentuk karakter generasi agar menjadi generasi yang kuat dan tangguh adalah menjadi tanggung jawab banyak pihak diantaranya keluarga, masyarakat dan negara. Namun dalam system ini, semua peran seperti nonaktif dan tidak menjalankan peran sepenuhnya untuk membangun, membentuk serta menjaga kualitas generasi yang ada.
Saat ini banyak keluarga mengawali rumah tangga tidak disertai kesiapan menjadi orang tua, alhasil ketika memiliki anak tidak ada gambaran yang jelas karakter anak yang akan dibentuk dan bagaimana upaya mewujudkannya. Di sisi lain, masyarakat yang terbentuk hari ini adalah masyarakat yang memisahkan agama dari kehidupan dan mengutamakan materi atau uang saja yang disebut sebagai masyarakat sekuler kapitalis.
Dalam masyarakat sekuler kapitalis, mereka terbentuk dengan sifat individualisnya, cenderung membiarkan kebiasaan buruk yang dilakukan oleh anak saat ini, seperti bermain gadget hingga mengakses konten- konten yang tidak mengedukasi atau merusak. Anak pun tumbuh menjadi individu yang bebas dan mengambil keuntungan materi dengan berbagai cara tanpa memikirkan boleh atau tidak boleh dalam pandangan syari’at.
Dan peran terbesar yang mempengaruhi trend bunuh diri pada anak adalah negara. Sebab negara adalah pihak yang mengatur jalannya sistem pendidikan negeri ini dan mengatur media yang diakses oleh masyarakatnya. Kurikulum pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan sungguh telah menjauhkan generasi dari pemahaman terhadap aturan Allah SWT. Hasilnya generasi terdidik dengan cara pandang yang salah.
Adapun media sangat berperan dalam mempengaruhi dan mendorong anak melakukan tindakan bunuh diri. Dalam beberapa kasus ada beberapa anak melihat cara - cara bunuh diri di internet sebelum menerapkannya di kehidupan nyata. Hal ini menunjukkan gagalnya negara dalam melakukan kontrol dan pengawasan media dalam menyebarkan informasi dan tontonan. Tak ada tindakan tegas dari negara dalam melarang tayangan yang bebas, sehingga mempertontonkan perilaku-perilaku yang fatal dan buruk. Tentu semua ini sangat berperan dalam pembentukan kesehatan mental anak.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan pembentukan generasi dalam sistem pemerintahan islam yakni Khilafah. Khilafah akan menjadikan aturan islam dan syariat islam sebagai satu-satunya sumber aturan dalam mengatur individu, masyarakat maupun negara. Keluarga, masyarakat dan negara adalah tiga pilar yang wajib memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak. Tak boleh ada satupun pilar yang mengabaikan pembentukan generasi berkualitas sebab generasi adalah estafet peradaban.
Keluarga akan menjalankan perannya dengan baik yaitu mengasuh, menyayangi dan mendidik anak sesuai dengan akidah islam sehingga anak tak akan kurang kasih sayang dan tumbuh menjadi pribadi taqwa. Masyarakat juga akan menjalankan fungsi yang baik dengan aktivitas amar ma’ruf nahyi munkar sehingga suasana di lingkungan masyarakat akan diwarnai nasehat yang baik.
Selain itu khilafah akan menerapkan sistem pendidikan islam berasaskan aqidah Islam tujuan dari kurikulum pendidikannya dibangun atas asas tersebut sehingga remaja akan dicetak agar berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam dan mumpuni dalam ilmu pengetahuan serta teknologi.
Negara juga akan mengelola media sosial sehingga informasi yang beredar dimasyarakat adalah perkara dakwah dan kebaikan. Informasi tentang bunuh diri dan segala sesuatu yang melanggar syariat tidak akan dibiarkan tayang dan mindset generasi akan tersuasanakan dalam kondisi taqwa. Generasi akan paham jati dirinya sebagai hamba. Ia akan beramal sesuai syariat karna paham bahwa segala hal yang ia lakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan.
Mereka akan tumbuh menjadi individu yang bersyukur atas kehidupan yang diberikan oleh Allah sehingga tidak terbesit untuk melakukan bunuh diri. Apalagi bunuh diri merupakan dosa besar yang akan diganjar dengan siksa oleh Allah SWT. Sungguh hanya Khilafah yang mampu membentuk generasi bermental kuat atas dorangan yang shahih yakni aqidah Islam. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!