
Mas Bowo, pertama saya ucapkan selamat berjuang, sampai hari ini sudah 317 hari memikul amanah menjadi presiden Republik Indonesia. Ini adalah sebuah tugas yang tidak ringan. Karena harus memimpin 285 juta penduduk Indonesia. Mayoritas beragama Islam. Tentu dalam memimpin Bapak tidak boleh menindas baik yang mayoritas maupun minoritas.
Dalam memimpin sebuah bangsa yang besar, Mas, harus mempunyai kekuatan spiritual yang hebat. Mas tidak cukup hanya mengandalkan otak belaka. Mas harus mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya. Mas harus melaksanakan shalat lima waktu, shalat tahajud dan shalat sunnah lainnya. Dengan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, Nurani Mas akan hidup dan diberi Allah Cahaya dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa.
Para ahli psikologi banyak yang berpendapat bahwa kekuatan spiritual adalah kekuatan yang terbesar yang dimiliki manusia. Saya lihat Mas selalu bangga tampil pidato di belakang pahlawan tanah air, Jenderal Besar Sudirman. Pak Dirman, adalah tokoh yang sangat dekat dengan Allah. Ia tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Itulah yang memberinya kekuatan hebat sehingga jiwa raganya dipersembahkan untuk mengusir penjajah dari tanah air. Dalam keadaan lemah sakit paru-paru Pak Dirman terus memimpin gerilya melawan penjajah jahat Belanda.
Mas Bowo, tokoh yang terhebat dalam kepemimpinan umat manusia adalah Nabi Muhammad. Nabi Muhammad adalah pemimpin yang mempunyai kekuatan spiritualitas yang sangat hebat. Mungkin Mas sudah membaca pendapat para cendekiawan Islam, bahkan orientalis-orientalis Barat pun mengakui kehebatan kepemimpinannya. Dengan ilmu/wahyu dan teladan akhlak Rasulullah SAW, akhirnya Islam bisa memimpin peradaban dunia lebih dari 1000 tahun lamanya.
Maka untuk memimpin bangsa yang besar ini Mas Bowo harus mengikuti Rasulullah SAW. Jangan mengikuti pemimpin lain yang akhlaknya tidak bisa ditiru, seperti Kemal Attaturk, Lenin, Mao Tse Tung dan lain-lain. Pemimpin hebat harus mengikuti pemimpin yang paling hebat memimpin manusia. Mungkin Mas perlu membaca lagi sejarah Nabi Muhammad SAW dalam memimpin peradaban manusia, sehingga melahirkan peradaban yang hebat yang Barat pun banyak belajar darinya.
Mas Bowo, salah satu teladan yang diberikan Nabi dalam memimpin negara adalah kehidupannya yang sederhana. Nabi tidak mengajarkan kehidupan yang mewah sebagai pemimpin. Kehidupan yang sederhana (zuhud) ini nanti diteladani para khalifah setelah Rasulullah SAW meninggal.
Dengan kehidupan yang sederhana itu, Nabi SAW memberikan teladan. Nabi merasakan penderitaan orang-orang miskin. Nabi tidak hanya pidato pentingnya menolong orang miskin, tapi Nabi memberikan teladan.
Inilah sifat Nabi SAW yang kini jarang dimiliki oleh para pejabat di negara kita. Kebanyakan pejabat di negara kita bila menduduki jabatan tinggi, berubah pola hidupnya. Mereka bermewah-mewah dan kurang peduli kepada kaum miskin di sekitarnya. Mereka membangun rumah dengan pagar-pagar tinggi agar tidak diketahui kemewahan, kehedonisan yang dikerjakannya di rumah.
Penyakit kemewahan ini menular. Bila satu pejabat bergaji tinggi (milyar atau ratusan juta), maka pejabat lain akan meminta yang sama. Lihatlah kemewahan yang dimiliki menteri, DPR, pejabat-pejabat tinggi BUMN, kepala daerah, DPRD dan lain-lain. Maka jangan heran masyarakat-masyarakat kecil kemarin yang sehari-hari bergelut dalam kemiskinan marah dan menjarah sebagian rumah-rumah mereka. Tentu perbuatan anarkis ini tidak dibenarkan. Tapi itu memberi pelajaran kepada kita bahwa jurang antara si miskin dan si kaya di negeri ini adalah sangat besar.
Ini tidak disadari para presiden di negeri ini sebelumnya. Mas harus menyadarinya. Mas Bowo harus berani mengadakan perubahan sehingga jurang si kaya dengan si miskin di negeri ini tidak menganga. Bayangkan Mas jurang perbedaan gaji antara pejabat tinggi dengan guru/buruh. Para pejabat tinggi menerima ratusan juta tiap bulannya, para guru/buruh hanya menerima gaji 3 atau 4 juta tiap bulannya. Bahkan guru honorer mungkin hanya menerima gaji 1 juta tiap bulan.
Apakah tanggungjawab pejabat tinggi itu lebih besar dari guru? Tidak. Apakah pejabat tinggi itu lebih keras kerjanya dari guru? Tidak. Pejabat tinggi dan guru sama-sama kerja kerasnya. Pejabat tinggi memikirkan tiap hari tugas kantornya, guru juga begitu. Bahkan guru mungkin lebih berat, karena selain mengajar guru (yang baik) juga harus memikirkan tingkah laku murid-muridnya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Jadi mas Bowo kalau mau membuat negara ini adil dan makmur, mas harus mengadakan revolusi penggajian di negeri ini. Mas harus berani mengurangi drastis gaji pejabat tinggi. Misalnya tetapkan paling tinggi gaji (dan tunjangan) yang diterima maksimal 100 juta (harusnya 50 juta saja). Kini gaji para pejabat tinggi ugal-ugalan. Ada yang 300 juta, 500 juta, bahkan ada yang menerima 1 milyar sebulan. Sehingga para ahli menyebut kita itu negara kaya, tapi kekayaan negara itu yang menikmati adalah para pejabat. Kekayaan negara menjadi bancakan para pejabat. Sedangkan rakyat menerima sisa kecilnya dalam bentuk Makan Bergizi Gratis atau sembako.
Mas harus berani melakukan revolusi penggajian, menurunkan dengan drastis gaji-gaji mereka. Kalau tidak, jangan bermimpi negeri ini adil makmur. Negeri ini akan terus menjadi pesta pora pejabat dan isak tangis rakyat.
Mas Bowo, para pejabat tinggi itu harus dididik hidup sederhana. Bukan dididik dengan kemewahan dan gaya hidup yang hedonis. Kemewahan dan kesederhanaan adalah kebiasaan. Bila mereka biasa hidup mewah, maka mereka biasanya menjadi hedonis dan tidak peka terhadap kehidupan rakyat. Yang ada difikiran mereka adalah bagaimana selalu naik gaji (meski gaji sudah besar) dan bagaimana membeli barang-berang mewah. Padahal kemewahan itu sebenarnya memberikan pendidikan yang buruk kepada keluarga dan anak-anaknya.
Mas sebagai pemimpin harus berani mengadakan revolusi perubahan gaya hidup ini. Bila tidak, jumlah orang miskin di tanah air tidak akan berkurang. Menurut BPS memang jumlah orang 23 juta, tapi menurut Bank Dunia jumlah orang miskin lebih dari 100 juta. Jumlah 23 juta pun sebenarnya tidak kecil. Apakah adil para pejabat menikmati gaji di atas 100 juta sementara jumlah rakyat yang miskin masih puluhan juta? Apakah adil? Renungkan mas Bowo.
Mas Bowo, bila mas pelajari gaya hidup para founding fathers kita maka mereka adalah tokoh-tokoh yang berani hidup sederhana. Agus Salim, Natsir, Tjokroaminoto, Sjafruddin Prawiranegara dan lain-lain. Mereka berprinsip memimpin itu menderita. Leiden is lijden. Memimpin itu pengabdian, pelayanan. Pemimpin itu mendulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi atau keluarganya. Begitulah mereka memberi teladan.
Tapi para pejabat sekarang lain. Mereka berprinsip memimpin itu Bahagia. Memimpin itu kesempatan untuk menjadi kaya raya. Di ‘kalangan para aktivis’ beredar kata-kata, DPR itu kerja minimal gaji maksimal. Para buruh itu kerja maksimal, gaji minimal.
Bila ingin kaya raya, janganlah jadi pejabat negara. Jadilah swasta. Jadilah orang-orang yang gajinya ditentukan perusahaan atau diri sendiri, bukan diambil dari pajak rakyat.
Pejabat negara adalah gajinya diambil dari keringat rakyat. Ia tidak boleh memperkaya diri sendiri, sementara jutaan rakyat dalam kemiskinan. Menteri Keuangan harusnya membagi adil kekayaan negara ini kepada semua rakyat. Bukan membagi jatah besarnya kepada para pejabat, sedangkan rakyat hanya memperoleh jatah sisanya yang sangat kecil.
Mas Bowo, dalam sejarah peradaban Islam, dua pemimpin yang dianggap sukses membawa negara kepada kemakmuran adalah Umar Bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Mengapa keduanya sukses? Karena pemimpin dan para pejabatnya hidupnya sederhana. Gaya hidup para pemimpin yang sederhana ini menjadikan rakyatnya mau menyumbangkan infak (pajak) untuk negara. Gaya hidup pejabat yang bermewah-mewah itu tentu saja menjadikan rakyat malas untuk membayar pajak kepada negara.
Ciri negara yang makmur, adalah para pejabatnya hidup sederhana dan kas negara berlimpah. Sedangkan ciri negara yang gagal adalah para pejabatnya hidup bemewah-mewah, kas negaranya kosong bahkan hutang.
Itulah mas Bowo surat dari saya. Surat ini akan saya muat akan saya edarkan di website dan medsos. Semoga mas membaca dan merenungkannya. Saatnyalah mas membawa perubahan untuk bangsa ini dan memberikan keteladanan.
Saya sebagai rakyat hanya berdoa. Semoga para pemimpin bangsa ini sadar, bahwa jabatan itu adalah Amanah. Amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan Allah di hari Akhir nanti. Kita semua akan meninggal, dan akan kembali kepada Allah Yang Maha Mencipta.
Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah Maha Adil. Allah Maha Mengetahui yang dilakukan hamba-hambaNya. Wallahu ‘Aalimun Hakim. [PurWD/voa-islam.com]
Depok, 2 September 2025
Nuim Hidayat (Direktur Forum Studi Sosial Politik
__________________________________________
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com