
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Islam adalah agama yang  memuliakan lingkungan. Tak hanya dengan berceramah saja di mimbar, ulama  dan Muslim di kota kecil Norderstedt, Jerman, menerjemahkannya dalam  karya nyata: masjid ramah lingkungan. 
Listrik masjid, dihasilkan  dari energi terbarukan; pembangkit listrik mini bertenaga angin. Menara  masjid, selain difungsikan sebagai 'rumah' pengeras suara, juga  dipasang kincir angin yang tersambung dengan turbin pembangkit di  bawahnya. 
"Kami berpikir tentang bagaimana kita bisa  menggabungkan elemen simbolis penting dari arsitektur religius dan  memanfaatkannya dengan fungsi baru," kata arsitek Selcuk Unyilmaz,  seperti dimuat harian The National edisi Kamis. 
Norderstedt  adalah sebuah kota kecil dekat Hamburg. Muslim di kota ini sebagian  besar beretnik Turki. Beberapa datang dari Asia dan Afrika. 
Masjid  ini memiliki dua menara. Artinya, akan ada dua turbin yang terpasang.  Di atas dua menara setinggi 22 meter itu, angin 'ditangkap' oleh dua  baling-baling besar. Turbin ini bertujuan untuk menghasilkan 30 persen  dari kebutuhan energi masjid.
"Fungsi menara dalam pengertian  klasik sudah surut di Eropa karena muadzin tidak menyuarak adzan mereka  melalui pengeras suara lagi,"  kata Unyilmaz.
Menghemat dana,  menara dimanfaatkan sebagai tiang kincir. Kini, jamaah menikmati listrik  dengan gratis, karena tak perlu membayar biaya langganan. 
"Lingkungan merupakan isu penting saat ini, jadi ini masuk akal," kata Unyilmaz.
Kanselir  Jerman Angela Markel telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan  pangsa pembangkit listrik terbarukan untuk 80 persen tahun 2050, dari 17  persen yang ada saat ini. "Setiap warga Jerman memiliki kewajiban untuk  melindungi lingkungan, dan menyukseskan program ini" kata Unyilmaz.
Jerman memiliki  4,3 juta Muslim,  sekitar 5 persen dari populasi yang total berjumlah 82 juta jiwa. 
Ada  sekitar 200 masjid yang saat ini dalam pembangunan atau yang sedang  direncanakan di Jerman.Semua akan dibangun dengan konsep ramah  lingkungan.
Muslim Jerman sekarang tengah mengumpulkan 2,5 juta  euro yang diperlukan untuk pembangunan masjid. "Kita harus menutupi  semua melalui sumbangan," kata Ugur Sutcu, anggota dewan jemaat. "Jika  kita berhasil menaikkan setengah, bank akan memberikan sisa pendanaan."
Sutcu  mengatakan bahwa masjid baru sangat didukung oleh minoritas Muslim.  "Semua orang di sini senang dengan desain masjid ramah lingkungan,"  katanya.
Masjid Norderstedt kerap dilihat sebagai bukti sukses  integrasi Muslim di Jerman. "Di masa depan setiap orang akan tumbuh  bersama, dan dalam 50 sampai 100 tahun kita telah lebih menjadi  komunitas yang bersatu," kata Unyilmaz, yang telah tinggal di Jerman  selama 35 tahun terakhir.