Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
4.019 views

MEMBONGKAR SKANDAL CIKEAS

alt

Oleh: Amran Nasution

(Staf Ahli Suara Islam)

 Buku Membongkar Gurita Cikeas, hanya melengkapi saja berbagai kisah miring tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),  keluarga, dan partainya belakangan ini. Bedanya, kisah miring itu selama ini, hanya menjadi  bisik-bisik, pembicaraan dari bibir ke bibir, atau dari SMS ke SMS.

Kini oleh penulisnya, wartawan, aktivis, dan pengajar George Junus Aditjondro, semua itu didokumentasikan dalam sebuah buku. Ditulis dengan gaya seorang wartawan yang enak dibaca, lancar dan mengalir, Membongkar Gurita Cikeas segera menjadi buku paling top sepanjang tahun 2009 yang baru saja ditutup.

Buku-buku seperti ini dulu banyak terbit di Amerika Serikat, pada waktu atau terutama setelah terbongkarnya skandal Watergate, di tahun 1970-an. Yang terpenting di antaranya adalah All the President’s Men, ditulis dua wartawan koran The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein pada 1974, kemudian difilmkan dengan judul sama dua tahun kemudian, dan banyak meraih Oscar. Buku itu menceritakan kisah kedua wartawan ketika melakukan investigative reporting (reportase investigasi) untuk korannya, membongkar skandal politik  yang melibatkan Presiden Richard Nixon itu.

Seperti sama diketahui kemudian, akhir dari skandal  politik yang sempat mengguncang Amerika itu, Agustus 1974, Presiden Nixon mengundurkan diri, digantikan Wakil Presiden Gerald Ford.  Tapi Nixon tak sampai masuk penjara sebagaimana beberapa pembantunya, karena ia mendapat pengampunan dari Presiden yang baru.

Karya jurnalistik kedua wartawan itu, sampai kini dianggap sebagai  paling hebat. Dan untuk itu mereka memperoleh hadiah Pulitzer, penghargaan jurnalistik, sastra, dan musik  tertinggi di Amerika Serikat. Malah menurut pendapat Gene Robert, bekas Redaktur The New York Times, hasil reportase kedua wartawan itu boleh jadi akan menjadi karya jurnalistik terbaik sepanjang zaman.

Meski dulu Aditjondro adalah salah satu wartawan handal, Membongkar Gurita Cikeas tak termasuk karya jurnalistik yang mengagumkan. Mungkin karena buku itu dipaksa segera terbit untuk mengejar kehangatan, ketika kini nama Presiden SBY sedang diterpa sorotan tajam dari pelbagai penjuru.

Sejak akhir tahun lalu, Presiden SBY menjadi sorotan setelah terbongkarnya berbagai konspirasi di balik upaya mengkriminalisasi dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto, oleh Kepolisian dan Kejaksaan Agung. Rekaman pembicaraan telepon pengusaha Anggodo Widjojo dengan sejumlah orang yang kemudian diputar di depan sidang Mahkamah Konstitusi, telah membuka mata banyak orang Indonesia.

Rekaman itu mengungkap betapa pengusaha kaya semacam Anggodo bisa seenaknya mengatur aparat kepolisian dan kejaksaan agung. Hukum memang masih  ada, tapi hanya prosedural. Hukum sudah kehilangan substansi karena semua bisa diatur lewat makelar kasus (Markus). Malah nama Presiden SBY pun ada dalam rekaman itu, antara lain, lewat pembicaraan Anggodo dengan teman wanitanya Yuliana Ong, tukang pijat kelas atas dari Jawa Timur, yang ternyata beberapa kali terlibat kasus narkotik di kepolisian Surabaya. Yuliana menyebutkan bahwa dari pembicaraannya dengan Wakil Jaksa Agung AHR, diketahui Presiden SBY  berada di pihak mereka dalam menghadapi KPK.

Para Pejabat Istana  membantah. Tapi aneh bin ajaib, sampai tulisan ini dibuat, Presiden SBY tak pernah melaporkan perkara pencemaran nama baiknya oleh Anggodo mau pun  Yuliana Ong. Padahal SBY dikenal amat konsisten dalam menjaga nama baik. Karena itu dulu SBY dengan didampingi istrinya pernah datang ke Polda Metro Jakarta Raya (sekali pun pada hari Minggu) guna melaporkan pencemaran nama baiknya oleh Zaenal Maarif, Wakil Ketua DPR, yang menuduh SBY pernah menikah sebelum masuk AKABRI.

Tak ada penjelasan sepotong pun dari Istana, mengapa kali ini Presiden tak mengadu ke polisi padahal nama baiknya sudah dicatut terang-terangan  oleh Anggodo dan Yuliana Ong di dalam rekaman yang diputar Mahkamah Konstitusi.

Berbagai hal seperti inilah, ditambah sikap Presiden SBY yang selalu tampak ragu, menyebabkan berbagai bisik-bisik dan SMS menjadi ramai. Dan George Junus Aditjondro, Doktor dari Cornell University  (Amerika Serikat) itu melalui Membongkar Gurita Cikeas memperjelas semua bisik-bisik itu.

Aditjondro, misalnya, membeberkan sejumlah yayasan dari Cikeas yang bergerak demi kepentingan SBY. Salah satu yayasan, misalnya, rajin membiayai para ulama umrah ke Tanah Suci. Lalu di musim kampanye yayasan ini aktif memenangkan SBY atau partainya. Yang menjadi persoalan: dari mana yayasan memperoleh duit demikian banyak?

Aditjondro mencoba menjawab melalui  bukunya, bagaimana sesungguhnya cara yayasan itu bisa punya banyak duit. Salah satu yayasan itu memperoleh duit  1 juta dollar (lebih Rp 9 milyar) dari pengusaha Djoko Tjandra, yang kini buron karena kasus Bank Bali. Lalu, Harian Jurnal Nasional , milik Cikeas, yang beritanya dalam Pemilu lalu, mengampanyekan Partai Demokrat dan Presiden SBY, mendapat dana Rp 150 milyar dari pengusaha Budi Sampurna.

Bekas salah satu pemilik pabrik rokok Sampurna ini adalah deposan terbesar di Bank Century. Salah satu alasan menyelamatkan Bank Century, seperti selama ini banyak dibicarakan di tengah masyarakat, tak lain untuk menyelamatkan deposito pengusaha kaya-raya ini yang berjumlah triliunan rupiah di bank abal-abal itu.

Maka seandainya Sampurna terbukti membantu Jurnal Nasional seperti dituliskan Aditjondro, terang-benderanglah sudah penyebab mengapa Bank Century yang teramat kecil itu, di-bail-out oleh pemerintah sampai Rp 6,7 triliun. Bagaimana sebuah bank yang pemiliknya merampok duit para nasabahnya dan melarikannya ke luar negeri  tetap dibantu dana  ratusan milyar rupiah oleh Bank Indonesia. Bagaimana berbagai rekayasa dilakukan aparat Bank Indonesia agar bisa membantu Bank Century. Artinya, bermacam spekulasi yang timbul selama ini segera berakhir karena jawabannya sudah ditemukan oleh Membongkar Gurita Cikeas.

SBY DAN ARTALITA SURYANI

alt
Sebenarnya dari hasil audit investigasi yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah ditemukan keanehan perlakuan terhadap Budi Sampurna. Pada 14 November 2008, Budi Sampurna memindahkan depositonya senilai 96 juta US Dollar (lebih Rp 1 triliun dengan kurs rupiah pada waktu itu) dari Bank Century Kantor Cabang Surabaya-Kertajaya ke Kantor Pusat Operasional Senayan, Jakarta.

Pada 15 November, atau sehari kemudian, sebagian deposito itu, yaitu sebesar 18 juta US Dollar telah dicairkan Robert Tantular dan Dewi Tantular, pemilik dan pengelola bank itu, dengan alasan sudah ada kesepakatan dengan Budi Sampurna untuk meminjamkan uang itu kepada mereka. Tapi belakangan Budi Sampurna membantah punya kesepakatan seperti itu.

Baiklah, itu sebenarnya urusan silang-sengketa Budi Sampurna dengan Robet Tantular yang kini mendekam dalam penjara atau dengan Dewi Tantular yang kini buron. Ternyata setelah pemerintah menalangi (bail-out) Bank Century, deposito Budi Sampurna yang 18 juta dollar (atau lebih Rp 160 milyar) itu diganti dengan uang dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Apa urusannya LPS atau pemerintah dengan penggelapan atau pencurian deposito Budi Sampurna?

Itulah yang dijawab Aditjondro di dalam Membongkar Gurita Cikeas: ternyata Budi  Sampurna membantu koran Jurnal Nasional Rp 150 milyar. Yang hendak dikatakan di sini ternyata Budi Sampurna, deposan terbesar Bank Century itu adalah salah seorang koneksi Cikeas pula.

Itu sama saja dengan kasus dua konglomerat pengemplang BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) puluhan triliuan rupiah, Syamsul Nursalim dan Antony Salim (putra konglomerat Liem Soei Liong). Keduanya telah diperiksa oleh Kejaksaan Agung tapi kemudian diumumkan  keduanya tak bersalah.

Sialnya, hanya beberapa hari kemudian, KPK menangkap basah  Urip Tri Gunawan, jaksa yang menjadi Ketua Tim  BLBI di Kejaksaan Agung . Ketika itu Urip sedang memasuki mobilnya yang diparkir di depan rumah milik Syamsul Nursalim di kawasan Simprug, Jakarta,. Dari bungkusan di dalam mobil, KPK menemukan sejumlah  uang dollar yang baru diterima dari Artalyta Suryani, makelar kasus yang dikenal sebagai orangnya Syamsul Nursalim.

Bukti-buktinya lengkap, bahkan ada rekaman pembicaraan telepon Artalyta, bukan saja dengan Jaksa Urip, tapi dengan sejumlah Jaksa Agung Muda, termasuk dengan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kemas Yahya Rahman yang membawahkan langsung kasus BLBI itu.  Malah bisik-bisik yang beredar menyebutkan ada lagi rekaman pembicaraan telepon Artalyta dengan seorang penting dari Cikeas, tapi tak dirilis oleh KPK kepada publik. Pengadilan kemudian menghukum Jaksa Urip dan Artalyta Suryani.

Tapi menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat, kenapa hanya seorang Jaksa Urip yang diadili? Bagaimana para atasannya, termasuk Jaksa Agung Muda Pidsus Kemas Yahya Rahman? Kemas ternyata hanya dicopot dari jabatan.

Tapi yang lebih penting dari semua itu adalah pembebasan dua konglomerat, Syamsul Nursalim dan Anthony Salim, dari perkara BLBI yang diumumkan Jampidsus Kemas Yahya Rahman beberapa hari sebelum penangkapan Jaksa Urip dan Artalyta Suryani. Menurut akal sehat, karena telah terbukti Jaksa Urip menerima uang sogok dari Artalyta Suryani untuk perkara dua konglomerat itu, maka pembebasan  itu seharusnya ditinjau ulang atau dibatalkan.

Tapi bukan itu yang terjadi. Pembebasan Syamsul Nursalim dan Anthony Salim tak pernah ditinjau ulang. Soal uang sogok , terbatas hanya Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta yang dihukum penjara. Kenapa begitu?

Aditjondro tak melupakan kasus itu. Di bukunya ia tampilkan foto Artalyta Suryani sedang pesta mengawinkan anak dengan tamu VVIP: Presiden SBY dan Nyonya Ani Yudhoyono. Mereka tampak bersalaman akrab. Kenapa Presiden menghadiri perhelatan Artalyta yang tak lain salah satu Markus (makelar kasus) paling top di Indonesia?  Apakah ini yang menyebabkan perkara Anthony Salim dan Syamsul Nursalim dibatalkan oleh Kejaksaan Agung sekali pun terbukti ada uang suap di baliknya?

Apa yang terjadi pada Presiden SBY sekarang tampaknya mirip pengalaman Presiden Amerika Serikat Richard Nixon di tahun 1970-an, dalam apa yang dikenal sebagai peristiwa Watergate. Suasana kebebasan sekarang di Indonesia (terutama kebebasan pers), sama dengan kebebasan di Amerika Serikat di tahun 1970-an.

Ketika itu, 17 Juni 1972, polisi menangkap 5 maling yang sedang membobol kantor Partai Demokrat di gedung perkantoran Watergate, Washington. Ternyata mereka bukan maling biasa. Mula-mula polisi menemukan alat penyadap. Rupanya pembobolan kantor itu guna memasang alat penyadap telepon di kantor itu.

Lebih jauh lagi, salah satu dari maling ternyata adalah petugas keamanan Partai Republik.  Kecurigaan lain, maling itu membawa banyak duit. Pemeriksaan lanjutan, menghubungkan para maling dengan CRP (Committee to Re-elect the President) alias Tim Sukes Presiden Nixon. Di dalam rekening salah satu maling, ditemukan cek senilai 25.000 dollar dengan tanda khusus  milik CRP.

Sejak itu, koran dan televisi (sebagaimana sekarang terjadi di Indonesia dalam kasus Bank Century dan kasus Bibit-Chandra) berlomba-lomba mengusut kasus yang dicurigai melibatkan Presiden Nixon dan para pembantunya, terutama Tim Suksesnya. Nixon memang berusaha menutupi keterlibatannya dalam kasus ini. Polisi federal, FBI, dan Jaksa Agung coba dikendalikannya. Tapi dia tak berhasil mengendalikan pers yang bebas.

Seperti sama diketahui, akhirnya sejumlah rekaman percakapan Presiden Nixon dengan anggotaTim Suksesnya terbongkar dan kian membuktikan keterlibatan Nixon dalam skandal politik ini. Yang paling mematikan ketika rekaman percakapan Presiden Nixon dengan Kepala Staf Gedung Putih H.R Haldeman dibongkar ke publik atas perintah Mahkamah Agung (Ini mirip dengan Mahkamah Konstitusi yang  memerintahkan membuka rekaman percakapan Anggodo Widjojo beberapa waktu lalu).

Di dalam percakapan itu diketahui bagaimana Nixon dan Haldeman berencana menutupi keterlibatan sang Presiden dengan menggunakan FBI dan CIA. Rekaman  itu kemudian dijuluki sebagai  a smoking gun, betul-betul menghancurkan citra Nixon. Ia pun segera mengundurkan diri, dan tercatat sebagai satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang mengundurkan diri sebelum masa jabatannya berakhir. []

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Suara Islam Online lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X