Selasa, 13 Jumadil Awwal 1447 H / 12 Februari 2013 21:25 wib
  34.915 views
								
							
								
								Pemimpin Katolik yang Sering Menghina Islam, Paus Benediktus XVI, Mundur!
								Selasa, 12 Februari 2013 | 08:34:46 WIB

 
Jakarta  (SI ONLINE) - Pemimpin Katolik tertinggi sedunia, Paus Benediktus XVI,  melalui sekretaris pribadinya, Federico Lombardi, di Vatikan,  mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya dari Tahta Suci Kepausan.  Pengunduran diri itu akan sfektif terhitung pukul 20.00 waktu setempat,  28 Februari nanti. Sontak media massa Italia menjadikan hal ini sebagai  berita terkini menggemparkan.
 
 Paus asal Jerman bernama asli Josef Ratzinger yang kini berusia 85 tahun  itu mengatakan, ia mulai merasakan beban jabatan yang harus diembannya,  "Saya pergi demi kemaslahatan Gereja...," katanya. Kantor Berita Italia  ANSA memuat kabar tersebut pukul 11:46 waktu setempat. 
 
 Menurut Lombardi, konklaf --sidang penentuan paus baru-- digelar sebelum  Paskah yang jatuh pada 31 Maret nanti. Biasanya, misa khusus Paskah  dipimpin paus, namun kali nanti bukan Paus Benediktus XVI yang memimpin.
 
 Ratzinger diangkat sebagai uskup agung München pada 1977. Pada tahun  sama ia juga diangkat sebagai kardinal. Paus Johannes Paul II menghargai  Ratzinger sebagai seorang ahli teologi yang cakap. 2005 lalu Ratzinger  terpilih menjadi paus menggantikan Johannes Paul II (bernama kecil Karol  Wojtiwa asal Polandia). 
 
 Kendati saat itu Ratzinger berdoa, agar orang lain yang terpilih, dia  mendapat duapertiga suara pada putaran ke-empat konklaf. Ratzinger  menjadi orang kedua bukan asli Italia, setelah Wojtiwa yang memimpin  Gereja Katolik sedunia.
 
 Dengan pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Vatican memasuki masa Sede  Vacante (kekosongan tahta-red). Pada masa ini Dewan Kardinal akan  bertemu setiap hari membahas berbagai urusan terkait administrasi gereja  dan persiapan konklaf untuk memilih paus baru.
 
 "Seperti petir di siang hari bolong," kata Angelo Sodano, Dekan Sekolah  Kardinal di Vatikan. Sementara saudara kandung Paus, Georg Ratzinger,  menyebut kondisi kesehatan sebagai alasan di balik keputusan tersebut,  "Dokter melarang dia berpergian jauh lagi," katanya kepada Kantor Berita  DPA Jerman.
 
 Bukan cuma umat yang terkejut luar biasa atas pengunduran diri kepala  Gereja Katolik Sedunia itu. Deutche Welle menuturkan, Perdana Menteri  Italia, Mario Monti, di Roma, juga mengungkap hal serupa.
 
 Sebetulnya, sinyal menuju pengunduran diri Ratzinger telah ada beberapa  tahun lalu. Dalam buku yang diterbitkan 2010 lalu, Ratzinger mengatakan,  adalah "kewajiban" bagi seorang paus untuk "mengundurkan diri, jika ia  tidak mampu lagi menjalankan jabatannya. 
 
 "Kalau seorang paus menyadari, ia tidak lagi mampu secara psikis ataupun  jasmani untuk mengemban jabatan itu, ia berhak atau bahkan wajib  mengundurkan diri."
 
 Menurut hukum Gereja Katolik, seorang paus dapat mengundurkan diri jika  memiliki alasan meyakinkan. Ratzinger adalah paus kedua setelah  Coelestin V yang mengundurkan diri atas keinginan sendiri pada 1294  setelah cuma empat bulan masa jabatan. 
 
 Tahta Kepausan, negara berdaulat seluas cuma dua mil persegi di dalam  Kota Roma, walau tidak menonjol secara militer dan tidak memberi cukup  warna dalam kancah perekonomian global, namun memiliki pengaruh  tersendiri secara moral, etika, dan politis. Pandangan dan sikap resmi  seorang paus tentang satu hal kerap mewarnai kebijakan dunia.
 
 Paus Penghina Islam
 
 Selama menduduki kursi kepausan, Benediktus XVI kerapkali menghina  Islam. Ia pernah melakukan penghinaan terhadap kesucian agama Islam dan  Nabi Muhammad Saw dalam kuliah salibis yang disampaikan di sebuah  universitas di Jerman.
 
 Pada 12 september 2006, sehari setelah peringatan serangan 11 september –  alih-alih mengambil simpati umat Islam – Paus Benediktus XVI dalam  pidato ilmiahnya di universitas Regensburg di Jerman, kembali mengulangi  penghinaan terhadap Islam untuk yang kesekian kali.
 
 Ceramah ilmiah yang bertema “korelasi antara iman dan logika dan  pentingnya dialog antar peradaban dan agama” ternyata kandungan ceramah  itu sangat jauh dari temanya. Ceramahnya tidak mengandung tentang dialog  dengan umat Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia, justru  sebaliknya yang diungkapkannya hanya hinaan terhadap hal-hal yang sangat  disucikan dalam Islam. Pada ceramahnya itu Paus Benedict XVI mengutip  pernyataan Kaisar Kristen Ortodoks abad ke 14 Kaisar Manuel II  Palaeologus yang merupakan hinaan dan kecaman yang jelas terhadap Islam  dan Nabi Muhammad SAW.
 
 Kali lain Paus mencela dan memfitnah Islam, bahkan ia memasukkan Islam  ke dalam agama-agama palsu, yang “memperbudak manusia, mengendalikan  manusia, bukan dikendalikan manusia.”
 
 Paus Salibis ini meremehkan kesukaran, kesulitan dan pengorbanan yang  dialami oleh kaum Muslim demi agama mereka, ketika ia menyatakan, bahwa  “Manusia menderita demi (agama-agama palsu, termasuk Islam), dan bahkan  terkadang ia harus mati.” Sindiran ini jelas maksudnya adalah mereka  para pencari syahid dan pejuang di jalan Allah.
 
 Paus Benediktus XVI menghubungkan dengan penuh kekejian dan kebusukan  antara Islam dan obat-obatan terlarang. Hal itu jelas, sebab pernyataan  itu disampaikan langsung setelah berbicara tentang Islam, lalu ia  berkata, “Islam itu-sama dengan obat-obatan terlarang yang menghancurkan  seluruh bumi.”
 
 Kemudian Paus berbicara lebih terbuka tentang Islam, ketika ia  mengatakan apa yang disebutnya dengan “Kekuasaan ideologi teroris.” Ia  mengatakan, “Yang tampak melakukan tindak kekerasan atas nama Allah,  tidak lain adalah agama-agama palsu yang harus dibongkarnya.”
 
 Perkataan-perkataan salibis ini disampaikan oleh Paus pada saat membuka  pertemuan (Sinode di Timur Tengah), yang dalam pertemuan itu akan dikaji  kondisi Kristen di Timur.
 
 Dalam sambutannya, Paus menangis atas kondisi umat Kristen di Timur  Tengah. Ia mengingatkan tentang kemungkinan lenyapnya mereka secara  penuh dari wilayah Timur Tengah, yang dianggapnya sebagai kekacauan.  Paus dengan terbuka menyerang apa yang dianggapnya sebagai (ancaman  Islam politik). Untuk itu, ia menyerukan agar menjauhkan kaum Muslim  dari nahs-nash syariah yang telah diracuni oleh kaum ekstremis.
 
 Pertemuan salibis ini diadakan di bawah pengawasan Paus, setelah  dirilisnya sebuah laporan internasional yang menunjukkan bahwa Islam  adalah agama yang berkembang tercepat di dunia.
 
 Protes terhadap pernyataan Paus itu dilakukan umat Islam, sedunia. Termasuk di Indonesia. 
 
 red: shodiq ramadhan
 
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!