Sabtu, 4 Rabiul Akhir 1446 H / 13 November 2021 20:16 wib
3.624 views
Politisi Sayap Kanan Prancis Ingin Para Migran Dibiarkan Membeku Di Perbatasan Polandia
PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Pernyataan baru-baru ini oleh seorang politisi sayap kanan Prancis tentang krisis migrasi di perbatasan UE dengan Belarusia memicu kekhawatiran di seluruh negeri pada hari Jum'at (12/11/2021).
Berbicara kepada saluran berita TV BFM Prancis tentang peristiwa baru-baru ini yang terjadi di perbatasan Belarusia-Polandia, Julien Odoul, anggota partai sayap kanan National Rally Marine Le Pen, mengatakan tugas utama otoritas Eropa adalah melindungi orang Eropa.
"Kita harus menjaga perbatasan kita tertutup bagi para migran, kita tidak boleh membiarkan mereka masuk," kata Odoul, seraya menambahkan bahwa banyak migran yang menunggu di perbatasan "berpotensi berbahaya."
Menanggapi pertanyaan wartawan, Olivier Truchot, tentang apakah para migran harus dibiarkan membeku di perbatasan, Odoul berkata: "Tentu saja, ya."
Tidak dapat menyembunyikan keheranannya, Truchot mengulangi pertanyaannya, dan Odoul, membela diri dengan mengatakan, "Jika tidak, Eropa mungkin harus menghadapi invasi migran."
Pernyataan politisi Prancis itu menjadi bahan diskusi di banyak program televisi lain di negara itu.
Pada Oktober 2019, Odoul telah meminta seorang wanita Muslim melepas cadarnya di sebuah pertemuan di Besancon timur, menyerangnya secara verbal. Wanita itu sedang menemani perjalanan sekolah di mana salah satu siswa adalah anaknya.
Ketegangan antara Polandia dan Belarusia meningkat pada hari Senin setelah ribuan migran, sebagian besar dari negara-negara Timur Tengah, menuju ke perbatasan Polandia dan mencoba menembus penghalang.
Pihak berwenang Polandia mengerahkan sekitar 15.000 tentara di sepanjang perbatasan untuk menghentikan para migran memasuki negara itu.
Pengerahan ini memicu kekhawatiran di Rusia, dengan Kremlin mengatakan pihaknya memantau dengan cermat "situasi yang mengkhawatirkan" dan mendesak semua pihak untuk bertindak secara bertanggung jawab.
Uni Eropa menuduh Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, terlibat dalam bentuk perang "hibrida" dan menggunakan migran sebagai senjata untuk mengacaukan negara-negara Eropa. (MeMo)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!