Jum'at, 4 September 2015 07:03 wib

WASHINGTON (voa-islam.com) - Raja Saudi Salman bin Abdulaziz bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih membahas stiuasi keamanan regional, termasuk Rencana Aksi Konfrenhensif Bersama (JCPOA), sesudah tercapainya perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia atas program nuklirnya yang kontroversial itu, Kamis, 3/9/2015.
Lebih khusus, kedua pemimpin itu, Arab Saudi dan Amerika akan membahas dampak dari perjanjian antara Iran dengan kekuatan dunia, dan dampaknya terhadap situasi keamanan regional, khususnya di kawasan Teluk. Iran telah menciptakan kondisi instabilitas diberbagai negara, seperti di Lebanon, Irak, Bahrain, Yaman, dan dukungna terhadap pemerontak Syi'ah Houthi di Yaman. Ini menjadi kepratinan Raja Salman bin Abdul Aziz.
Sejak Raja Salman bin Abdul Aziz menggantikan Raja Abdullah bulan Januari lalu, Arab Saudi menghadapi situasi tidak stabil di kawasan di kawasan Teluk. Ini membuat Raja Salman bin Abdul Aziz, kembali menengok ke Washington. Selama Arab Saudi menjadi Amerika Serikat sebagai 'payung' keamanan bagi negara 'petro dolar' itu.
Sebaliknya Amerika melihat Arab Saudi yang kaya minyak itu, sebagai sekutu strategisnya. Tapi, sekarang Arab Saudi telah dicampakan oleh Washington, sejak sudah tidak penting lagi bagi Amerika, karena Amerika menemukan cadangan minyak yang besar di negaranya, dan tidak perlu bergantung kepada Arab Saudi.
Karena itu, Amerika Serikat dibawah Barack Obama, lebih bersikap pragmatis, dan cenderung oportunis, di mana sekarang ini terjadi 'powershif' (pergeseran) kekusaan. Amerika sekarang memegang 'kartu' Iran yang dimainkan, menghadapi kelompok radikal (teroris) Sunni. Di mata Amerika dengan sangat jelas memposisikan Arab Saudi, sebagai sumber lahirnya 'terorisme', yang bersumber dari ajaran Wahabi.
Amerika berubah haluan dan menggunakan 'proxy' (tangan) Syiah Iran menghadapi kelompok radikal Sunni, dan sekarang sudah berubah menjadi ancaman global, yaitu ISIS.
ISIS membuat Washington sudah kehilangan akal, dan sttategi mengeliminir ISIS ini. Sejatinya ISIS dan kelompok-kelompok radikal yang lahir di Timur Tengah adalah 'limbah' dari campur tangan Amerika di kawasan Timur Tengah dan Teluk, lebih dari dua dekade. Sekarang Amerika mengkonsolidasikan seluruh kekuatan Arab melawan kelompok radikal, diantaranya ISIS.
Di tengah perubahan yang terjadi di Washington yang sekarang berkolaborasi dengan Iran, yang disebut Presidenn George Walker Bush sebagai 'evil' (stan), dan Amerika menggunakan 'evil' itu, menghadapi kelompok-kelompok radikal Sunni, yang dipandang sebagai ancaman global. Genderang perang itu, berlangsung sejak peristiwa 11 September 2001, pemboman atas Gedung WTC di Manhattan, New York.
Raja Salman bin Abdul Aziz, sejauh ini masih terus berusaha meniadakan ancaman nuklir Iran. Namun, Washington lebih takut ancaman yang datang dari kelompok radikal Sunni. Dengan perjanjian nuklir antara Iran dengan kekuatan utama dunia, bermaksud 'mengikat' Iran dengan ikatan perjanjian, dan meminimalkan ancaman nuklir Iran, dan sebagai imbalannya, Iran akan mendapatkan 100 miliar dollar, termasuk dicabutnya sanksi ekonomi atas Iran oleh Barat.
Raja Salman hanya meminta jaminan dari Washington, khususnya terkait dengan keamanan regional, khususnya ancaman dari Iran. Washington memberikan jaminan keamanan atas Arab Saudi, tapi Washington menekan Riyad agar mau bersama Amerika membasmi kekuatan radikal Sunni yang sekarang sudah menyebar di berbagai kawasan. Amerika tidak ingin Suriah jatuh ke tangan ISIS. Itulah hakekat pertemuan antara Raja Salman dengan Barack Obama di Washington. Wallahu'alam. dta
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih membahas stiuasi keamanan regional, termasuk Rencana Aksi Konfrenhensif Bersama (JCPOA), sesudah tercapainya perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia atas program nuklirnya yang kontroversial itu, Kamis, 3/9/2015.
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih membahas stiuasi keamanan regional, termasuk Rencana Aksi Konfrenhensif Bersama (JCPOA), sesudah tercapainya perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia atas program nuklirnya yang kontroversial itu, Kamis, 3/9/2015.
more →
Kamis, 3 September 2015 07:49 wib

Hanya kengerian setiap melihat sudut kota-kota Suriah. Hancur total. Kekejaman, kejahatan, kebiadaban, kebengisan yang tidak ada bandingnya. Di mana-mana hanya tercium bau anyir darah. Darah rakyat. Darah terus tertumpah.
more →
Selasa, 1 September 2015 07:20 wib

Di tengah krisis ekonomi yang sangat mencekik rakyat Indonesia dan mulai limbungnya pemerintahan Jokowi, beberapa hari ini MetroTV tak henti memberitakan demonstrasi di Kuala Lumpur menuntut Perdana Menteri Najib Razak turun.
more →
Senin, 31 Agutus 2015 07:40 wib

Ratusan ribu imigran pergi ke sejumlah negara Eropa demi menghindari perang. Tidak terhitung jumlah mereka yang tewas di tengah gelombang laut Mediterania.
more →
Jum'at, 28 Agutus 2015 08:13 wib

Betapapun Gubernur BI Agus Martowardoyo dan Menteri Keuangan Bambang Sumantri Brojonegoro menganggap 'enteng' krisis ekonomi yang ada di Indonesia, tapi tidak dapat menutupi kecemasannya yang mendalam. Ketika bertemu di forum terbatas keduanya mengakui krisis sekarang ini benar-benar dahsyat.
more →
Rabu, 26 Agutus 2015 11:13 wib

Rakyat selalu memiliki harapan. Seperti ketika terpilih presiden yang baru, tumbuh harapan besar rakyat. Rakyat menaruh harapan sangat luar biasa. Rakya yang sudah lama menderita berharap akan perubahan.
more →
Ahad, 23 Agutus 2015 22:34 wib

Kebangkrutan pemerintahan Jokowi sudah di depan hidung. Alih-alh reshufle bisa memperbaiki kondisi ekonomi dan politik, tapi justru situasi dan kondisinya semakin kacau. Reshufle membuka konflik baru antara Jokowi, Jusuf Kalla, dan Rizal Ramli, dan berdampak pemeritahan Jokowi semakin tidak efektif..
more →
Jum'at, 21 Agutus 2015 22:54 wib

Siapapun jangan pernah berharap KPK akan dapat menjadi alat 'pembersih' negeri yang sangat kotor dan legam ini. Sapu kotor hanya membuat lantai bertambah kotor. Jadi apa gunanya KPK.
more →
Rabu, 19 Agutus 2015 06:18 wib

Nampaknya Amerika mulai menimbang-nimbang dan ingin tahu, kemana arah pemerintahan Jokowi? Karena, kecenderrungan Indonesia dibawah Jokowi berkecenderungan membanagun poros Jakarta ? Beijing. Ini tergambar dengan semakin dengan komunikasi antara Jokowi dengan Presiden Xi Jinping.
more →
Selasa, 18 Agutus 2015 08:51 wib

Mungkin rakyat bisa melupakan penderitaan sejenak. Dengan kemeriahan perayaan 70 Tahun Kemerdekaan. Berbagai acara diselenggarakan di seluruh Indonesia. Bahkan, peringatan kemerdekaan sampai keluarga negeri. Media elektronik, media cetak, dan medai seosial membuat liputan (covered) sangat luas. Terutama kegiatan kegiatan Presiden Jokowi di Istana.
more →