Rabu, 9 Rabiul Akhir 1446 H / 26 Maret 2014 14:10 wib
30.035 views
Suka Mencaci dan Melaknat; 2 Sifat Buruk Tak Layak Disandang Muslim
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para sahabatnya.
Dua sifat buruk dan dua akhlak tercela yang tak pantas disandang seorang muslim. Keduanya bukan sifat seorang mukmin dan bukan akhlaknya. Yaitu, suka mencaci dan melaknat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَيْسَ المؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah orang yang sukamencela, melaknat, berperangai buruk, dan mengucapkan ucapan yang kotor.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi)
Al-Tha’an adalah orang yang merusak nama baik orang dengan ghibah, adu domba, mencela, menghinda dan semisalnya.
Sedangkan la’aan adalah orang yang sering melaknat manusia supaya mereka dijauhkan dari rahmat Allah. Prakteknya, bisa dengan kalimat laknat yang gamblang, seperti orang mal’un (terlaknat), la’natullah ‘alaik (laknat Allah atas dirimu), dan semisalnya.
Bisa juga dengan kalimat-kalimat yang menjurus ke sana, seperti mendoakan dengan kemurkaan Allah, dimasukkan ke neraka, atau supaya dihinakan di dunia dan akhirat, dan semisalnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَا تَلَاعَنُوا بِلَعْنَةِ اللَّهِ، وَلَا بِغَضَبِ اللَّهِ، وَلَا بِالنَّارِ
“Janganlah kalian saling melaknat dengan laknat Allah, dengan kemurkaan-Nya, dan jangan pula dengan siksa neraka.” (HR. Ahmad, Al-Tirmidzi, dan Abu Dawud, dari hadits Smaurah bin Jundab Radhiyallahu 'Anhu)
Dasar Mu’amalah dengan Manusia
Dalam urusan pergaulan dan mu’amalah dengan manusia, Islam membangunnya di atas nasihat dan rahmah. Adapun orang yang sering mencela keburukan manusia bukan melaksanakan nasihat. Sedangkan yang sering melaknat mereka maka ia tidak bersifat rahmat (mengasihi) mereka. Karenanya, orang yang memiliki dua sifat buruk ini pasti tak akan menjadi pemberi syafaat dan menjadi saksi kebaikan untuk mereka pada hari kiamat kelak.
Dari Abu Ad-Darda` Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَا يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang suka melaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada’ (orang-orang yang menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa’at pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim)
Kenapa bisa demikian? Karena saat di dunia, manusia tidak selamat dari laknat dan cacian mereka sehingga pada hari kiamat mereka tidak layak memberi kesaksian atas kebaikan mereka atau menjadi pemberi syafaat untuk mereka di sisi Allah. Padahal ini adalah kedudukan yang sangat tinggi dan agung. Sedangkan pencaci dan pelaknat tidak akan mendudukinya.
Teladan nyata diberikan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam saat menyebutkan umatnya yang durhaka. Beliau tidak mendoakan keburukan atas mereka, “Ya Allah, hancurkan mereka, hinakan mereka, laknatlah mereka.” Bahkan sebaliknya, beliau mendoakan agar Allah mengampuni dan merahmati mereka.
فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 36) inilah keteladanan yang luar biasa dari Abul Anbiya’ (bapak para nabi) Khalilullah Ibrahim ‘alaihis salam.
Teladan dari sahabat, terdapat dalam Adab al-Mufrad milik Imam al-Bukhari, dari Salim bin Abdillah bin Umar Radhiyallahu 'Anhum, ia berkata: Aku tidak pernah mendengar Ibnu Umar melaknat satu orang pun. Kemudian Salim berkata: Ibnu Umar berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Orang mukmin tidak layak menjadi pelaknat.”
Setelah mendengar hadits tersebut, Ibnu Umar tidak pernah melaknat seseorang, kecuali satu kali. Saat itu ia dibuat jengkel oleh budaknya sehingga ia marah dan akan melaknatnya. Belum sempurna kalimat laknat (belum sampai huruf nun), ia berkata: aku tidak suka mengucapkan kalimat ini. Lalu ia bebaskan budaknya itu.
Imam Qatadah Rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hamba Allah yang terburuk adalah orang-orang yang pencaci dan pelaknat.” (Dinukil dari tafsir Ibnu Jarir al-Thabari)
Hendaknya kita bertakwa kepada Allah dan bertekad menjaga lisan kita serta menjauhi dua sifat buruk ini, yaitu suka mencaci dan melaknat. Kita kedepankan sikap lemah lembut dan sayang kepada saudara seiman. Jika salah, kita luruskan dengan nasihat yang lembut, kita mohonkan ampun dan doakan agar mendapat petunjuk. Tidak kita umar aib dan keburukannya, mencela kehormatannya, atau mendoakan kehancuran dan kehinaan atasnya. Sesungguhnya sikap demikian ini akan mengundang ampunan Allah dan rahmat-Nya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!