Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1447 H / 10 Juli 2010 10:09 wib
  1.997 views
								
							
								
								Pendeta Abraham Tanda Tangani Surat Pernyataan. 
								Pendeta Bram dan KH Asep Zaenal sepakat untuk melanjutkan dialog lain  hari, guna mengkaji Al-Quran dan Alkitab

Hidayatullah.com--Bertempat di ruang  Kalam Salman ITB, Jum’at malam (9/7) pendeta Abraham Ander(55) atau yang  akrap dipanggil Bram harus menandatangani surat pernyataan yang terdiri  dari tiga butir tersebut. Isi peryataan antara lain berisi bahwa  pendeta Bram mengakui perbuatannya dengan sengaja telah membagikan  sembako kepada penduduk Babakan Ciparay Kota Bandung yang diakhiri  dengan pembaptisan dengan mengucap atas nama Tuhan Yesus.
Surat  pernyataan ini adalah bagian dari buntut dari pengakuan pendeta Abraham  beberapa hari lalu terhadap masalah dugaan pemurtadan terselubung  berkedok bantuan sosial  kepada beberapa warga Babakan Ciparay Kota  Bandung. 
Dalam pernyataannya, Bram ditemani dua orang rekannya yang  mengaku dari sebuah LSM tanpa mau menyebutkan namanya.
Pendeta  Bram juga mengaku menyesal karena telah menggunakan dalil-dalil dari  ayat suci Al Qur’an (QS:Al Baqarah:138) dalam mempengaruhi orang lain.  Dirinya juga mengakui pemahaman yang salah tentang Al Qur’an yang  sebenarnya, sehingga menyebabkan orang lain (penerima bingkisan)  tersebut keluar (murtad) dari agama  yang dianutnya (Islam).
Pada  butir terakhir pendeta Bram berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya  yang keliru tersebut di wilayah hukum Indonesia serta siap menerima  konsekuensi (sanksi) hukum jika kelak ia melanggarnya.
Menurut  pemrakarsa acara tersebut, Hari Nugaraha dari LSM Insan Kamil, sedianya  acara tersebut akan digelar di kantor MUI Kota Bandung. Namun karena  sesuatu dan lain hal akhirnya disepakati di ruang Kalam Salman ITB.
Sebelum  pendeta Bram menandatangi surat pernyataan tersebut, terlebih dulu diadakan  dialog dua pihak di ruang yang sama. 
Dr.KH. Asep Zaenal  Aushof selaku perwakilan dari MUI Kota Bandung sempat menjelaskan  seputar tauhid dalam ajaran Islam.
“Konsep Tuhan (Allah) dalam  Islam itu ahad (tunggal), sehingga manusia dengan potensi akalnya  meyakini akan adanya Tuhan (Allah),”papar Sekretaris Umum MUI Kota  Bandung tersebut.
Dirinya juga mengapresiasi pendeta Bram yang  meneliti ajaran Islam, namun meyayangkan jika tidak langsung pada  sumbernya.
”Penelitian terhadap ajaran Islam harusnya langsung  kepada kitab sucinya yakni Al Qur’an dan juga Hadits Rasulullah bukan  sekedar dari buku Islam atau tulisanyang dikarang orang Islam,”imbuh  Asep yang juga Dosen ITB tersebut.
Sementara pendeta Bram yang  mengaku beragama Advent tersebut menjelaskan konsep Tuhan baginya sama  dengan Islam.
“Kalau ada istilah tiga, itu hanya persepsi  saja, intinya juga satu,”kata pendeta kelahiran Manado tersebut tanpa  mau menjelaskan lebih lanjut.
Dirinya mengaku mempelajari  Islam dari beberapa buku sejarah saja dan juga mengaku sering dialog  dengan ulama yang tidak disebut namanya.
”Saya banyak pelajar  Islam dari buku,salah satunya ini,” ungkapnya seraya menyodorkan sebuah  buku berjudul, ”Kebenaran Yang Terungkap Dari Al Quran dan Alkitab  Sesungguhnya Menyatakan Allah itu Maha Esa  (Tauhid)” karangan Dr.Robert  P.Welean Sr.
Buku tersebut sebenarnya sebuah tesis sedangkan  Dr. Robert sendiri menurut pengakuan pendeta Bram adalah sahabatnya di  Jakarta.
Saat dimintai komentar akan isi buku tersebut, Asep Zaenal  Ausof  belum berani menilai. Menurutnya Asep baru melihat dan belum  membaca secara utuh.Untuk itu ia akan membaca dan mengkaji tulisan  Robert tersebut.
Saat  ditanya apa keinginan pendeta Bram  terhadap ummat Islam? Dengan santai ia menjawab ingin hidup damai dengan  ummat Islam.
Namun keinginan tersebut segera ditampik Asep  Zenal Aushof, yang menyatakan mustahil terwujud jika pendeta Bram masih  melakukan kegiatan yang sering memancing emosi ummat Islam.
Ditempat  yang sama kepada hidayatullah.com, Hari Nugraha dari KPUB (Komite  Peduli Ummat Bandung) mengatakan jika surat pernyataan tersebut bisa  menjadi alat untuk meredam tindakan pendeta Bram dan kawannya untuk  tidak melakukan tindakan yang bisa menyulut emosi ummat Islam.Sehingga  ummat Islam khususnya di Bandung bisa kondusif.
“Bersama ormas  dan elemen ummat Islam lainnya,kita akan pantau terus. Sebab menurut  pendeta Bram sendiri,dirinya dan kawan-kawan dari Manado,Ahad (4/7) yang  lalu katanya mereka baru saja mengadakan pengobatan gratis. Ini kan  bisa menimbulkan kecurigakan lagi,” ungkap hari.
Untuk itu  dirinya meminta jika pendeta Bram akan mengadakan bakti sosial hendaknya  melibatkan unsur ummat Islam. Apalagi, sambungnya, pesertanya  kebanyakan ummat Islam dan yang memberi bantuan orang non muslim.
Acara  dialog dan penandatanganan surat pernyataan  yang disaksikan beberapa  perwakilan ormas Islam, termasuk petugas intel dari Polrestabes Kota  Bandung tersebut nampak berjalan santai dan sesekali diselingi guyon.
Diakhir  acara baik pendeta Bram maupun Asep Zaenal Ausof sepakat untuk  melanjutkan dialog di tempat yang sama dilain hari,mengkaji Al Qur’an  dan Alkitab.Malah Asep minta pendeta Bram untuk bisa mengajak  teman-teman termasuk Dr.Robert. [man/hidayatullah.com]
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!