Kamis, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 7 Februari 2013 09:40 wib
22.366 views
Mau Tahu? Ada Apa Dibalik Kunjungan Dubes AS ke KPK?
JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan para petinggi KPK, Rabu 6 Februari 2013 di DPR, Komisi III DPR mempertanyakan kedatangan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, ke kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedatangan Dubes negeri adidaya itu bisa ditafsirkan sebagai bentuk intervensi terhadap komisi itu.
Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edy meminta klarifikasi apakah Dubes AS tersebut rutin mengunjungi KPK. Kunjungan itu, bisa ditafsir sebagai bentuk intervensi, apalagi jika dilakukan secara rutin.
Apa jawab Ketua KPK Abraham Samad tentang tudingan itu? Menurut Samad, Amerika sama sekali tidak melakukan intervensi kepada KPK. "Tidak ada deal dengan Amerika," kata Abraham Samad dalam RDP itu.
Samad menegaskan bahwa selama ini KPK banyak menerima tamu asing. Bukan hanya dari AS dan Eropa tapi juga dari Timur Tengah. KPK tidak pernah bertindak diskriminasi terhadap tamu yang datang. Abraham juga menegaskan bahwa KPK sama sekali tidak pernah menerima bantuan dari asing. Anggaran KPK murni berasal dari negara. "Tidak ada bantuan finansial, kami hanya pakai anggaran yang telah disediakan," katanya.
Para penyidik memang pernah melakukan pelatihan di Amerika. "Baru sekali dan belum selesai dan perlu diulang," katanya.
Betulkah Ada Konspirasi
Berita tentang kedatangan Dubes AS Scot Merciel ke KPK beberapa jam sebelum penangkapan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, memunculkan spekulasi. Apalagi dalam orasi politik Presiden PKS yang baru Anis Matta tercetus kata ‘konspirasi’.
Tak berhenti sampai di situ. Mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid pun menyebut unsur zionis dalam kasus penangkapan Luthfi dan penjatuhan citra PKS itu. Benarkah?
Ujug-ujug kedatangan Dubes AS Scot Merciel ke KPK yang oleh lembaga pemberatasan korupsi itu disebut terkait dengan kasus lain, bagi sebagian kalangan tak terlepas dari masalah impor daging sapi dari AS yang terus anjlok bahkan pernah distop. Apa kaitannya dengan KPK?
Dugaan pun menjurus, bahwa target dari pemunculan kasus ini adalah pemecatan Menteri Pertanian (Mentan) Suswono yang berasal dari PKS. Penangkapan Luthfi (yang tidak tertangkap tangan), yang oleh sejumlah pakar dan praktisi hukum dinilai dipaksakan dan janggal itu diyakini sebagai “pintu” untuk memecat Mentan Suswono.
Dugaan kuat kejengkelan AS akan kran impor daging sapi yang terus dibatasi ditengarai menjadi pemicu pemunculan kasus ini. Ada “pesan” yang ingin disampaikan bahwa para pengusaha importir daging di republik ini juga sangat jengkel akibat kuota yang terus menurun dari tahun ke tahun. Akibatnya, pengusaha importir daging sapi itu berusaha melakuan aksi suap supaya mendapat jatah yang sesuai dengan yang mereka inginkan.
Kejengkelan para pengusaha importing daging sapi itu tentu sesuai dengan keinginan AS. Adanya dugaan kasus suap yang dilakukan oleh PT Indoguna Utama memunculkan pertanyaan mengapa hal ini bisa terjadi? Bagi kalangan pengusaha, kejadian itu dipicu oleh kurangnya kuota impor daging di 2013.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada detikfinance, Kamis (31/1/2013).“Menurut saya itu ekses dari kurangnya kuota impor daging sapi, pengusaha menghalalkan segala cara,” kata Sarman beralasan.
Sarman yang juga Ketua Komite Daging Sapi (KDS) mengatakan, kalangan pengusaha impor daging tidak siap dengan pemangkasan kuota impor daging sapi tahun ini, sehingga di antara mereka berupaya untuk bisa mendapatkan kuota yang diinginkan. “Kuota impor daging sapi tahun 2011 sampai 90.000 ton saat itu harga stabil, tahun 2012 turun jadi 34.000 ton, tahun ini cuma 32.000 ton terjun bebas,” ungkapnya.
Sarman menuturkan seharusnya kuota impor daging tahun ini mencapai 85.000 ton (hanya daging beku). Menurutnya, dengan kuota daging tahun ini yang hanya 32.000 ton, sangat beralasan para importir daging teriak-teriak dan melakukan upaya-upaya segala cara.
“Yang parah lagi, 32.000 ton itu dibagi dua semester, semestar pertama direalisasikan 60% atau 19.200 ton, kita nggak tahu siapa perusahaan-perusahaannya, 40% sisanya di semester kedua,” katanya.
Ia juga mengatakan ekses lain dari adanya kurangnya kuota impor daging adalah adanya kasus peredaran daging celeng dan peredaran daging sapi ilegal. Harga daging yang saat ini bertahan Rp 90.000 per kg, menunjukkan pasokan daging masih tersendat.“Saya harap dengan kejadian ini momentum pemerintah mengevaluasi kembali soal kuota impor daging 2013,” katanya.
Beberapa sumber menyebut kebijakan Kementerian menekan kuota impor daging sapi dari tahun ke tahun justru untuk membantu peternak sapi di dalam negeri yang efeknya memunculkan peredaran daging babi dan sapi ilegal. Tapi selain untuk membantu peternak sapi Indonesia, alasan lain pembatasan impor adalah pasokan daging sapi dari AS itu bercampur daging babi.
Kebijakan Kementerian Pertanian bersama Kementerian Perdagangan itu jelas sangat memukul AS yang selama ini memasok daging sapi ke Indonesia. Makanya, tak usah heran, sebelum menyambangi KPK, Rabu (30/1/2013), Dubes AS Scot Merciel terlibat saling sindir soal pro-kontra impor dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam sebuah pertemuan “Trade Conference” di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat (30/1/2013).
“Keuntungan impor itu banyak tetapi impor banyak stigma negatif (di Indonesia), tetapi kita bicara yang lebih luas adalah keuntungan dan harga murah juga banyak produk dari adanya impor. Hong Kong menjadi contoh,” kata Scot kepada ratusan delegasi beberapa negara di Hotel Borobuddur, seperti dikutip detikcom (30/1/2013).
Scot menambahkan, seharusnya Indonesia mengikuti permainan yang telah ditetapkan oleh Badan Perdagangan Dunia (WTO) yang tidak hanya mendorong kinerja ekspor tetapi juga impor. Menurutnya, nilai lain dari adanya impor adalah adanya kompetisi antar perusahaan yang lebih kompetitif dan produktif.
“Kita punya WTO yang tidak hanya mendorong ekspor tetapi juga impor dan kita harus mengikuti permainan. Hal lain soal impor, tanpa impor perusahaan kita tanpa kompetitif. Jadi saya pikir nilai lain adalah kompetisi antar perusahaan dan produktivitas, juga memberikan biaya yang lebih murah,” imbuhnya. [Desastian/dbs]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!