Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
4.875 views

Ibu, Sang Arsitek Pencetak Generasi Cemerlang

 

Oleh : Isty Shofiah, S.Pd

Pernah menonton drama korea (drakor) Sky Castle? Serial ini berkisah tentang para orangtua yang menginginkan kesuksesan anak lewat pendidikan. Begitu menarik kisahnya karena pendidikan anak menjadi prioritas utama yang digambarkan dalam film tersebut. Berbagai cara dilakukan sang ibu untuk mendapat nilai terbaik. Ia bahkan rela mengeluarkan banyak biaya hanya untuk menyewa konselor atau tutor bagi anaknya. Ya, film tersebut banyak diminati di tengah hausnya pendidikan parenting saat ini dimana peran orangtua tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Dari film tersebut, setidaknya ada dua hal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran:

Pertama. Wajibnya menuntut ilmu. Dalam film tersebut, para ibu menggunakan berbagai cara agar anaknya masuk dalam satu perguruan tinggi bergengsi. Obsesi tersebut menjadikan anak-anaknya memiliki jiwa dan karakter yang  kurang baik. Pasalnya, mereka mengalami banyak tekanan dalam belajar.

Anggapan bahwa sekolah di kampus terbaik akan menjadikan sang anak mudah mendapatkan pekerjaan bukan hanya dalam film namun secara nyata banyak dijumpai. Wajar, pernyataan seperti itu muncul akibat sistem kehidupan yang dipakai di seluruh negara. Itulah Kapitalisme, yang menjadikan segalanya berorientasi pada materi. Termasuk dalam hal pendidikan. Karena kesuksesan di alam kapitalisme diukur dari banyaknya materi yang dimiliki. Wajar jika tujuan bersekolah saat ini adalah untuk mendapatkan pekerjaan.

Berbeda dengan Islam yang mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu. Kewajiban ini berlaku bagi setiap insan, laki-laki maupun perempuan. Bahkan surah yang pertama kali diterima Rasulullah Saw. adalah surah Al-Alaq yakni perintah untuk membaca. Islam memberikan penghargaan dan kemuliaan terhadap orang-orang berilmu. Sebagaimana firman-Nya berikut,

“Diangkat oleh Allah orang-orang yang beriman daripada kamu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Tqs Al-Mujadalah : 11)

“Katakanlah! adakah sama antara orang-orang yang berlimu dan orang-orang yang tidak berilmu?” (Tqs Az-Zumar: 9)

Tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam pembangunan peradaban manusia. Dengan ilmu, manusia mampu memilih dan memilah, mana yang baik dan buruk, serta halal dan haram.

Pada masa kejayaannya, Islam mampu mencetak generasi-generasi unggul yang polimatik. Yakni, tidak hanya unggul dalam pengetahuan agama namun juga pengetahuan sain dan teknologi. Para ilmuwan tidak hanya menguasai satu bidang ilmu. Salah satunya adalah Al-khawarizmi, penemu angka nol. Ia tidak hanya menguasai algoritma dan astronomi. Dalam hal agama, ia pun telah hafal Qur’an sejak kecil dan menguasai ilmu fiqih.

Ada juga Ibnu Sina yang disebut dengan Bapak Kedokteran. Ibnu Al-Haitham penemu lensa kamera yang tanpanya kita tak akan mengenal fotografi dan semacamnya. Begitu juga dengan Maryam Al-Astrolabi penemu astrolube, yaitu semacam kompas yang digunakan hingga detik ini untuk mengetahui arah saat perjalanan laut. Dan masih banyak ilmuwan muslim yang ilmunya begitu berpengaruh hingga saat ini. Itulah sebagian dari generasi polimatik yang lahir pada masa kejayaan Islam. Tujuan mereka menuntut ilmu hanyalah meraih ridho-Nya. Sehingga apa yang mereka pelajari semata-mata untuk Islam dan kemajuannya.

Kedua. Ibu adalah arsitek peradaban. Pada salah satu scene yakni ketika seorang pelatih/tutor akan memilih anak siapa yang akan dilatihnya dengan cara melakukan interview terhadap ibu. Ia mengatakan bahwa ibu yang bekerja akan sulit mengantarkan anaknya pada gerbang kesuksesan. Itu karena ada anggapan bahwa ibu bekerja tidak punya cukup waktu untuk membersamai anaknya. Sebaliknya, ibu rumah tangga dianggap mampu karena dapat fulltime membersamai anaknya belajar, dan tentu akan mengenal karakteristik anak lebih mendalam dibanding ibu pekerja.

Poin ini menarik di tengah gencarnya ide feminisme yang mengubah cara pandang kebanyakan ibu saat ini untuk keluar bekerja. Film ini justru menggambarkan sebaliknya. Ibu rumah tangga dianggap profesi ideal bagi pembentukan generasi.

Mari kita lihat bagaimana Islam memandang. Dalam Islam, ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ia mengasuh dan mendidiknya dengan baik. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus juga dibutuhkan anak dalam perkembangan kecerdasan emosionalnya. Ketika anak merasa disayang, ia belajar untuk menghargai dirinya, menumbuhkan rasa percaya diri, kemampuan untuk berempati dan berbagi kasih sayang kepada orang lain. Begitu juga dengan pemahaman yang utuh terhadap anak dalam berbagai hal. Itu semua tentulah datang dari seorang Ibu. Bila fungsi Ibu terabaikan karena Ibu harus keluar bekerja, maka adakah fungsi ini akan tergantikan?

Ibunda para Ulama

Teringat suksesnya ibunda Imam Syafi’i yang mengantarkankan putranya menjadi ulama besar. Beliau mewakili perjuangan para ibu dari tokoh-tokoh agama. Suaminya meninggal sebelum Imam Syafi’i lahir. Ia membesarkan Syafi’i sendirian dan memotivasinya untuk belajar. Usia 7 tahun Syafi’i telah hafal Alqur’an. Ia mengantarkan Syafi’i kepada guru-gurunya untuk belajar.

Tidak sedikit Ulama/Tokoh-tokoh besar yang sukses karena peran seorang ibu di belakangnya. Mungkin nama para ibu ini tidak pernah tercatat dalam sejarah. Namun anak-anak mereka tercatat dengan tinta emas. Dan itu cukup menjadi bukti eksistensi  seorang ibu.

Berperan sebagai ibu ideal tentu menjadi cita-cita para ibu. Mendampingi anak, mendidik mereka dengan baik dan mencetak mereka menjadi generasi unggul yang mengisi peradaban bangsa. Namun, tantangan demi tantangan juga banyak dihadapi oleh Ibu masa kini. Mulai dari faktor ekonomi yang semakin hari semakin menyekik banyak keluarga hingga permasalahan mahalnya pendidikan untuk anak. Tak heran banyak ibu rumah tangga yang akhirnya beralih profesi untuk membantu suami dengan turut bekerja.

Hal lain yang harus dimiliki oleh seorang ibu adalah wawasan untuk mendidik anak. Di sinilah pentingnya ilmu parenting bagi orangtua, khususnya ibu. Dengan ilmu, seorang ibu akan memahami potensi yang dimiliki anak sehingga bisa mengembangkannya. Ibu seperti inilah yang insya Allah akan mampu mencetak generasi unggul.  

Untuk itu, dibutuhkan peran negara dalam hal ini. Negara harus menjamin agar para ibu fokus menjalankan peran keibuannya dengan sempurna. Janganlah beban mencari nafkah dibebankan pada para ibu sehingga mereka terpaksa ke luar rumah untuk bekerja atau bahkan ke luar negeri sebagai pahlawan devisa.

Selain itu, negara juga wajib menjamin pendidikan Ibu agar tidak hanya menjadikan materi sebagai orientasi hidupnya. Ibu yang sesungguhnya memunyai tanggung jawab besar di pundaknya untuk masa depan bangsa. Karena para ibu ialah arsitek peradaban gemilang, pencetak generasi cemerlang. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Muslimah lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X