Rabu, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 16 Agutus 2023 09:08 wib
33.530 views
Merasa Sebagai Ahli Surga
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Di antara sifat buruk Ahlul Kitab -Yahudi dan Nasrani- yang disingkap Al-Qur’an adalah mereka merasa yang akan menjadi penghuni surga. Yahudi menyatakan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beragama Yahudi. Selain Yahudi tidak akan masuk surga.
Demikian pula Nasrani, menyatakan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beragama Nasrani. Selain mereka tidak bisa masuk surga.
Sementara Yahudi dan Nasrani meyakini bahwa kaum muslimin tidak akan masuk surga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَقَالُوا لَن يَدْخُلَ ٱلْجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوْ نَصَٰرَىٰ
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani".” (QS. Al-Baqarah: 111)
Kemudian Allah menjawab klaim mereka tersebut,
تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ
“Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.”
Angan-angan tersebut tertanam dalam diri mereka dan mengakar dalam hati mereka karena kedengkian, kebencian, dan permusuhan terhadap kelompok di luar mereka. Allah menyingkap kebencian dan kedengkian mereka dalam firman-Nya,
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 112)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَىٰ عَلَىٰ شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَىٰ لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَىٰ شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab.” (QS. Al-Baqarah: 113)
Kebencian dan kedengkian ini menyebabkan mereka saling menghukumi sesat dan mengafirkan pihak lain. Setiap kelompok menjadi tersesat karena sebab itu sehingga kondisi hati mereka sama tergelincir dan sesatnya.
[Baca: Mau Masuk Surga? Bersihkan Hati Terhadap Kaum Muslimin]
Al-Qur’an menyebutkan ini agar kaum muslimin mewaspadainya. Jangan sampai sifat buruk ini menular pada diri mereka. Namun realitanya, kelompok dan jamaah kaum muslimin banyak terjerumus ke dalamnya. Satu kelompok sangat bernafsu menyesatkan, membid’ahkan, dan menfasikkan kelompok lainnya. Bahkan tidak sedikit sudah sampai tingkat mengafirkan muslimin lainnya.
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَذَوَ الْقُذَّةِ ، بِالْقُذَّةِ حَتَى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُموه ، قالوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، الْيَهُودُ والنَّصارى؟ قال : فَمَن؟
“Sungguh, kamu akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke liang biawak, niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah ?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Lebih parah lagi perilaku kelompok penyesat dan mukaffirah ini mengklaim diri mereka saja yang akan masuk surga dan selain mereka masuk neraka. Sama persis dengan perkataan Yahudi dan Nasrani di atas.
Sungguh klaim-klaim ini adalah bentuk kelancangan terhadap Allah dan merasa diri sebagai manusia suci. Seolah-olah merekalah yang memegang kunci surga sehingga seenak dirinya menyatakan “fulan dan fulan ahli surga, sedangkan fulan dan fulan ahli neraka”.
Ketika Yahudi dan Nasrani merasa yang pantas masuk surga –tidak dengan yang lainnya-, maka Allah jawab,
تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ
“Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.” (QS. Al-Baqarah: 111)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan dengan gamblang tentang sifat calon penghuni surga sehingga kaum muslimin bisa berusaha menyempurnakan sifat tersebut dalam diri mereka.
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Dalam ayat ini, Allah Subahanahu wa Ta'ala menetapkan kaidah “balasan atas amal”. Amal ini adalah Islam dan Ihsan yang dikerjakan seorang muslim. Bukan domain kelompok dan ras tertentu, warna kulit dan keturunan tertentu, kelompok dan organisasi serta madhab tertentu. Tetapi, siapa yang Islam. Yaitu yang tunduk dan patuh serta menyerahkan diri kepada Allah. Ia ikhlaskan amal Islamnya itu untuk Allah semata dengan melaksanakan perintah dalam agama-Nya. Sehingga berkumpul dalam dirinya ketundukan batin dan ketundukan zahir yang sering disebut dengan ihsan.
[Baca: Tidak Sedekah dan Tidak Jihad, Dengan Apa Kamu Masuk Surga?]
Islam semata yang akan bisa membawa kepada surga. Yaitu Islam yang diwujudkan dalam aqidah dan amal. Keyakinan dalam hati yang disebut iman dan amal zahir yang disebut ihsan. Siapa yang menggabungkan dua ini maka dia yang pantas masuk ke dalam surga. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!