Ahad, 13 Jumadil Awwal 1447 H / 15 Agutus 2010 08:26 wib
  8.195 views
								
							
								
								Wartawan Tidak Boleh Jadi Corong Polisi
								Pemberitaan terorisme  yang dilakukan wartawan banyak yang menjadikan satu sumber, yakni dari  pihak kepolisian saja. Mirip loudspeaker   
Hidayatullah.com--Direktur  LKM-MediaWatch Sirikit Syah mengatakan, peliputan berita konflik atau  terorisme yang dilakukan wartawan, seharusnya tidak sekedar menggunkan  teori 
cover both side atau bahkan 
one side saja. Teori  klasik tersebut, menurut mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah  (KPID) Jawa Timur ini, bisa mengakibatkan polarisasi atau kubu-kubuan.  Tidak hanya itu, masyarakat bisa menjustifikasi pemberitaan tersebut  tanpa melakukan verifikasi lebih dulu.     
“Karena itu, peliputan konflik dan terorisme tidak cukup hanya 
cover both side, tapi harus 
multi sides,” ujarnya ketika dihubungi 
hidayatullah.com usai mengisi dialog di RRI seputar kasus terorisme di media massa.
 
 
Mantan editor The Brunei Times ini  menilai, pemberitaan terorisme yang dilakukan wartawan banyak yang  menjadikan satu sumber, yakni dari pihak kepolisian saja. Jadi, kata  Sirikit, wartawan seolah-olah seperti loudspeaker (corong) pihak kepolisian. Padahal, lanjut Sirikit, masih banyak pihak-pihak lain yang bisa diverifikasi. 
 
Lebih  lanjut, Sirikit mengatakan, kasus terorisme di Aceh seharusnya diliput  langsung oleh wartawan di tempat. Di sana, lanjut Sirikit, wartawan bisa  melakukan verifikasi dan melihat gambar TKP yang sebenarnya. Sebab,  Sirikit menilai, latihan di Aceh tersebut tak jauh beda seperti apa yang  dilakukan Banser.
 
Sikirit juga mempertanyakan apakah latihan  militer di Aceh tersebut bisa dikategorikan tindakan terorisme. Dalam  aksi itu, tepatnya siapa yang jadi korban teror? “Jangan-jangan hanya  polisi yang merasa terteror,” katanya. Polisi menurut Sirikit boleh saja  melakukan pre-emptive action, tapi bagaimana dengan aksi teror di tempat lain? di Papua, misalnya. Apakah polisi juga memperlakukan hal yang sama? 
 
Sirikit  berpesan, dalam liputan, seharusnya wartawan menggali lebih setiap  berita dan tidak hanya mengambil dari satu sumber saja. Bagi masyarakat,  tidak boleh mudah percaya berita yang ada di media karena belum  lengkap. Masyarakat harus menunggu berita lain yang dari sumber berbeda.  [ans/hidayatullah.com]
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!