Umar Tauhid adalah salah satu dari tiga pembicara yang mengisi acara dialog Islam-Kristen yang dipanitiai oleh KH. Abdullah Wasi’an Foundation (AWF).
Tidak  seperti penganut Kristen lain, Kristen Messianik tidak menerima konsep  trinitas, Injil, dan bahkan hari ibadahnya pun berbeda.
“Kristen Messianik beribadah pada hari Sabtu, dan pusatnya di Yerusalem,” ujar Pendeta Umar kepada hidayatullah.com, yang menemuinya di sela acara dialog.
Menurut pendeta asli Lamongan yang mengaku beberapa kali berkunjung  ke Israel ini berpendapat bahwa sebenarnya Injil sudah tidak ada di  zaman sekarang, yang ada hanya kesaksian dan sejatinya Injil itu adalah  Yesua itu sendiri.
Ia juga mengatakan bahwa yang diajarkan Isa adalah Taurat atau Tora. Sebab Nabi Isa tidak pernah membacakan Injil.
Pendeta yang kemana-mana selalu menggunakan surban bergambar Bintang  David  inipun mengaku, dia menjadi seorang pendeta adalah sebuah  panggilan. menurut pengalaman spritualnya dia pernah bertemu Yesua dalam  mimpinya.
”Pada waktu itu saya sedang puasa tujuh hari tujuh malam tidak makan  tidak minum, dan berdoa,” tuturnya. Tiba-tiba dalam penglihatan rohnya  itu, Yesua Mesiah berkata, “Inni Yasuka (akulah juru selamatmu).” Sejak itu ia mengaku murtad dari Islam dan menjadi seorang pendeta. 
Pendeta yang baru memiliki sekitar 20 orang jemaat ini sehari-hari melakukan tehila (ibadah  Kristen mesianik) di Jalan Ngaglik no.2, pada setiap hari Sabtu pukul  sembilan. Pengikutnya berasal dari orang Jawa,  bahkan keturunan Yahudi  di Indonesia.
Dia mengaku, kelompoknya yang mengakui keesaan Tuhan ini masih belum diterima kalangan  Kristen lainnya.
“Kristen messianik sampai sekarang belum diterima oleh di kalangan Kristen Indonesia,” ujarnya. 
Senada dengan Umar, Masyhud, kristolog dari KH. Abdullah Foundation juga mengatakan,  kelompok Kristen messianik belum menjadi bagian dari Kristen Indonesia.
“Mereka belum diakui,’ ungkap Masyhud kepada hidayatullah.com.
Menurutnya kelompok Kristen Messianik memiliki ciri khusus, yaitu  mereka tak menggunakan nama Allah, tapi Yahwe. Hal itu berbeda dengan  semua kelompok Kristen yang ada di Indonesia.
Kemudian ciri yang lain adalah Kristen messianik menghubungkan teologi Kristen dengan pahama Yahudisme.
“Ajaran Kristen messianik menganggap  teologi agama Kristen berhubungan erat dengan Yahudi,” ujar Masyhud.
Menurut Masyhud, saat ini kalangan pengikut ajaran messianik mencari  perhatikan kalangan Muslim dengan menmenggunakan simbol-simbol kaum  Muslim.
“Kristen messianik mencoba memasukani kultur budaya Muslim Indonesia, agar bisa di terima kalangan  Islam,” ucap Masyhud kepada hidayatullah.com.
“Sebagaimana bisa dilihat seragam ibadahnya persisi dengan Islam,  yakni memakai baju takwa dan kopiyah,” tambah Mashud. Karena itu, ia  meminta kaum Muslim tidak salah lihat.*/Samsul Bahri