Senin, 30 Jumadil Awwal 1446 H / 7 September 2009 11:30 wib
11.998 views
Imam Syafi'i 60 Kali Hatam pada Bulan Ramadlan
Memperbanyak tilawah
Saudaraku yang mulia, bulan Ramadlan dikenal juga dengan syahrul Qur'an, bulan al-Qur'an. Karena pada bulan inilah, pertama kali diturunkannya al-Qur'an. Selayaknya seorang hamba memperbanyak bacaan al-Qur'an di dalamnya.
Para ulama kita terdahulu sangat memperhatikan kitabullah di Ramadlan. Jibril mengecek hafalan al-Qur'an Nabi shallallahu a'alaihi wasallam juga pada bulan ini.
Pada bulan Ramadlan, Utsman bin Affan radliyallah 'anhu menghatamkan al-Qur'an sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain menghatamkannya pada shalat malam / qiyam Ramadlan setiap tiga hari sekali. Sebagian lain menghatamkannya semingu sekali. Dan yang lainnya sepuluh hari sekali. Mereka membaca al-Qur'an dalam shalat dan di luar shalat.
Imam asy-Syafui'i rahimahullah, pada bulan Ramadlan menghatamkan al-Qur'an sampai 60 kali. Beliau membacanya di luar shalat. Imam Qatadah senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Ramadlan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, menghatamkannya setiap malam.
Imam az-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki Ramadlan tidak membaca hadits dan tidak hadir di majlis ilmu, beliau hanya membaca al-Qur'an dari mushaf. Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk Ramadlan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca al-Qur'an.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "(maksud) adanya larangan membaca al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan Ramadlan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah al-Qur'an di sana, untuk menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka."
Menangis ketika membaca al-Qur'an
Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka tidak membaca al-Qur'an sebagaimana membaca syair, yaitu tanpa diresapi dan difahami. Mereka sangat terpengaruh dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam shahih al-Bukhari, dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Bacakan untukku." Aku menjawab, "apa aku pantas membacakan al-Qur'an kepada anda, sedangkan kepada andalah al-Qur'an ini diturunkan?". Beliau bersabda, "sungguh aku senang mendengarkan al-Qur;an dari selainku." Dia berkata, "aku membaca surah an-Nisa' sehingga ketika aku sampai:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS. An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berpaling , tiba-tiba kedua matanya sudah basah.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata: ketika diturunkan أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ "Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?" (QS. An-Najm: 59-60) Ahlu shuffah menangis sehingga air mata mereka mengalir di pipi-pipi mereka. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendengar tangisan mereka, beliau menangis bersama mereka dan kamipun menangis karena tangisan beliau. Lalu beliau bersabda, "tidak akan tersentuh api neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah."
Ibnu Umar radliyallah 'anhu pernah membaca surat al-Muthaffifin, ketika sampai:
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
"(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?" beliau menangis hingga pingsan, dan tidak kuasa melanjutkannya.
Dari Muzahim bin Zufar berkata: "sufyan ats-Tsauri shalat Maghrib bersama kami, ketika bacaan beliau sampai إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5) lalu beliau menangis hingga terputus bacaan beliau kemudian mengulanginya lagi dari al-hamdu.
Demikianlah sekilas gambaran generasi shalih kita terdahulu dalam memakmurkan Ramadlan dengan bacaan al-Qur'an. Tergerakkah kita untuk meniru mereka? memperbanyak tilawah Qur'an di bulan ini sekaligus juga mentadabburinya, merenungkan makna-makna-Nya. Sudah berapa kali hatam-kah kita hingga sekarang? mampukah kita menghatamkan al-Qur'an, walau hanya sekali, dalam Ramadlan kali ini? semoga Allah memberi kekuatan pada kita untuk lebih mencintai kalam-Nya. (PurWD)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!