Selasa, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Oktober 2024 15:08 wib
7.955 views
Dua Rakaat Fajar, Witir, dan Qiyamul Lail; Mana Paling Utama?
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Terdapat perbincangan tentang shalat sunnah paling utama; dua rakaat fajar, shalat witir, atau shalat malam. Shalat-shalat tersebut memiliki keutamaan besar berdasarkan hadits shahih.
Keutamaan dua rakaat fajar (maksudnya: shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat Shubuh; lebih akrab disebut qabliyah shubuh) secara jelas disebutkan dalam hadits dari Aisyah Radhiyallahu 'Anhuma, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda tentangnya,
رَكْعَتَا اَلْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat fajar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)
Sehingga Ummul Mukminin memberi kesaksian dalam perkataannya,
لَمْ يَكُنْ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَى شَيْءٍ مِنْ اَلنَّوَافِلِ أَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيْ اَلْفَجْرِ
“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah memperhatikan shalat-shalat sunat melebihi perhatiannya terhadap dua rakaat fajar.” (Muttafaq Alaihi)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassaam –semoga Allah ampuni dosa beliau dan kedua orang tuanya-, dalam Taudhih Al-Ahkam (2/382) berkata, “Sesungguhnya dua rakaat Fajar adalah shalat rawatib paling utama, keduanya lebih baik daripada dunia dan apa yang ada di dalamnya. Sungguh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan keduanya saat di tempat tinggalnya dan tidak pula saat safar.”
Shalat Witir juga tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Beliau berpesan kepada orang yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam agar menyegerakan witir sebelum tidur. Demikian pula orang yang khawatir keburu Shubuh untuk shalat witir satu rakaat.
Hanya saja, keutamaan shalat witir tidak terpisahkan dari qiyamul lail. Demikian yang kami temukan dari hadits-hadits tentangnya.
Sementara keutamaan shalat malam (Qiyamul lail) disebutkan secara tegas dan jelas oleh baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai shalat sunnah paling utama.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
"Sedangkan shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu adalah shalat malam." (HR. Muslim, no. 1982)
Makna “Shalat paling utama” adalah shalat yang paling besar dan banyak pahalanya.
Shalat malam (Qiyamul lail) adalah shalat sunnah yang terikat dengan waktu malam. Yaitu shalat yang dikerjakan setelah shalat Isya’ dan ba’diyahnya sehingga masuk waktu shubuh. Ada yang berpandangan witir bagian dari shalat malam.
Hadits lain yang menunjukkan keistimewaan shalat malam ini adalah yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi, dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata, “Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku amal yang akan memasukkan diriku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?”
Beliau menjawab, “Sungguh engkau bertanya sesuatu yang besar, namun sungguh hal tersebut sangatlah mudah dikerjakan bagi yang Allah mudahkan; yaitu engkau hanya beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji.” –sampai sabdanya-,
أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، والصَّدّقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ
“Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah tameng, sedekah itu memadamkan(menghapuskan) kesalahan seperti air memadamkan api dan shalatnya seseorang pada tengah malam.” Kemudian beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam membacakan firman Allah,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Sajdah: 16-17)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menyebutkan sifat-sifat para penghuni surga, salah satunya ibadah (shalat) malam mereka, di antaranya:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. Al-Dzariyat: 15-17)
Secara umum, shalat malam adalah shalat sunnah paling utama. Statusnya bagi Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga wajib –berbeda atas umatnya-, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’: 79)
Sebenarnya, tidak perlu kita terlalu membanding-bandingkan shalat-shalat sunnah ini. Hadits-hadits yang menerangkannya juga tidak menuntun untuk meninggikan satu shalat dan menganggap remah lainnya. Hadits tentang keutamaan dua rakaat fajar tidak menerangkan tentang afdhaliyahnya atas shalat lainnya. Sementara hadits tentang shalat malam lebih menekankan anjuran untuk mengerjakannya dan tidak meninggalkannya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!