Senin, 11 Rabiul Akhir 1446 H / 10 Oktober 2011 10:17 wib
6.117 views
Olimpiade Studi Islam & Matematika Pertama di Indonesia & Dunia
Jakarta (voa-islam) – Untuk melahirkan generasi mumpuni di bidang sains dan studi Islam, Majalah Gontor bekerjasama dengan Klinik MIPA (KPM) menggelar lomba matematika dan studi Islam bertajuk Fakhruddin ar-Razi Competition (FRC) di Kampus STEKPI, Kalibata, Jakarta, Sabtu (8/10). Inilah kompetisi pertama di Indonesia, bahkan di dunia yang menggabungkan matematika dengan studi Islam.
Terdapat sekitar 700 siswa dari beberapa daerah di Indonesia mengikuti kompetisi ini. Mereka antara lain datang dari wilayah Jadebotabek, Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Pandeglang, Serang, Kediri, dan Jember (Jawa Timur).
Kompetisi ini akan mengukur kemampuan siswa, khususnya siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama, dalam matematika dan ilmu agama. Untuk babak penyisihan, diadakan di Kampus STEKPI, dan untuk finalnya dilaksanakan pada 15 Oktober 2011 diadakan di Kampus al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Peserta FRC adalah siswa kelas 4 SD sampai kelas 9 SMP yang sederajat. Dari babak penyisihan ini, aka nada 90 siswa yang berhak mengikuti babak final
Selain acara kompetisi, juga digelar seminar bertema Membentuk Generasi Ulama-Intelek. FRC, insya Allah akan digelar setiap tahunnya. Tidak hanya diselenggarakan di Jakarta, tapi juga di kota-kota lain di seluruh Indonesia secara bergilir.
Dalam jumpa pers, Pimpinan Redaksi Majalah Gontor Adnin Armas mengatakan, lahirnya kompetisi yang menggabungkan dua disiplin ini dilatarbelakangi makin menipisnya pengetahuan agama Islam para siswa. Mereka lebih dominan mengejar pengetahuan umum ketimbag pengetahuan agama. Seharusnya, keseimbangan antara keduanya harus diwujudkan untuk mendapatkan pendidikan yang integral.
“Fakhruddin ar-Razi Competition (FRC) merupakan kepedulian Majalah Gontor membangkitkan kembali pengetahuan agama Islam pada diri siswa yang cerdas. Para siswa yang pandai dalam bidang pengetahuan umum dan matematika hendaknya dibekali dengan nilai-nilai dan pengetahuan agama Islam, agar mereka menjadi pribadi yang memiliki akhlakul karimah,” ungkap Adnin.
Sementara itu Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), Ir. R. Ridwan Saputra MSi, mengatakan banyak umat Islam yang tidak concern terhadap kemampuan matematika. Padahal Matematika merupakan ilmu dasar berpikir. “Jika sudah ada dasar berpikir yang kuat bisa menambah pengetahuan baru dibidang sains. Nah, pengetahuan barunya akan berkembang ketika matematikanya bagus. Karena dalam matematika, siswa dilatih kemampuan menganalisa, eksplorasi, sehingga kemampuan penelitiannya bagus,” ujar Ridwan.
KPM memiliki visi , bahwa matematika akan meningkatkan ketakwaan. “Kami ingin membentuk orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Kalau belajar matematika, tapi tidak meningkatkan keimanan, maka derajat kita tidak naik,” tandasnya.
Saat ini KPM telah merintis pesantren matematimaka di Bogor. MOdelnya, anak-anak yang datang ke pesantren mendapatkan kesempatan belajar selama seminggu. Mereka bisa belajar olimpiade matematika kea rah ketakwaan dengan biaya seikhlasnya. (Desastian)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!