Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
10.344 views

Sikapi Natal dengan Dakwah & Toleransi, Bukan dengan Faham Pluralisme

Oleh: Herman anas
Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah guluk-guluk Sumenep

Perayaan Natal sungguh wah dan gemerlap, dengan pohon-pohon cemara digantungkan hiasan-hiasan, kerlap-kerlip lampu dan hadiah-hadiah di dalamnya. Malamnya, tepat pukul 24.00 dilakukan misa (kebaktian). Rumah, toko, plasa, gedung, dan kantor penuh dengan hiasan cemara. Acara-acara televisi marak oleh nuansa Natal. Instansi-instansi pun  juga tidak ketinggalan untuk turut merayakannya.

Begitu semaraknya perayaan tersebut seolah membawa kesan: Pertama, perayaan Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember adalah sebuah ritus yang berlandaskan nilai kebenaran. Kedua, seolah-olah mayoritas penduduk negeri ini adalah kaum Nasrani, padahal secara statistik, jumlah mereka tidak lebih dari 15%. Ketiga, sebagai simbol yang membanggakan bagi orang yang merayakannya atau yang “menyambut” perayaan Natal.

Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari.

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif. (Wikipedia.com)

Seringkali ritual natal dikaitkan dengan toleransi. Banyak kaum Nasrani mengucapkan selamat Idul Fitri atau Idul Adha pada hari raya kaum muslimin. Mungkin kita sendiri pernah dan seringkali mendapatkan ucapan selamat tersebut dari teman non muslim. Kemudian pada saat perayaan natal, bagaimana seharusnya sikap kaum muslimin?

Antara Toleransi dan Mendakwahi

Ada dua  pandangan yang sudah diadopsi: Pertama, Sebagian mengatakan bahwa mengucapkan selamat natal sah-sah saja dengan alasan toleransi asalkan tidak membenarkan perbuatan tersebut dalam hati. Kedua, Sebagian mengatakan bahwa mengucapkan selamat natal hukumnya haram karena natal adalah perayaan kelahiran Yesus menjadi Tuhan. Jadi tidak ada toleransi karena masalah akidah.

Berkaitan dengan pendapat pertama yang menyatakan boleh untuk mengucapkan selamat natal. Sekali lagi bahwa di dalam Islam perbuatan harus terikat dengan hukum syara’ (الاصل فى الافعال التقيظ بحكم الشرع) dan tujuan baik tidak menghalalkan segala cara (الغاية لا تبرر الوسييلة) )  meskipun mungkin banyak mengatakan apa susahnya sih hanya mengatakan selamat natal? Kisah Bilal bin Rabah cukup membuat umat Islam kagum dan tidak mudah mengucapkan yang tidak sesuai dengan keyakinannya karena meskipun disiksa tidak mengubah lisannya untuk mengucapkan ahad, ahad dan ahad. Bila dibandingkan dengan muslim saat ini dengan mudahnya mereka mengatakan selamat natal yang tentunya hal ini bertentangan dengan ahad yang diucapkan oleh sahabat Bilal. Padahal seperti kasus sahabat Bilal dibolehkan di dalam islam untuk berbohong karena sangat pedihnya siksaan. Sedangkan pada saat ini tidak ada siksaan apapun hanya dengan alasan toleransi mereka mengatakan selamat kepada orang kafir.

Natal adalah perayaan orang Nasrani yang mana meyakini Yesus sebagai Tuhannya. Hal ini jelas masalah akidah mereka bukan masalah kemanusiaan. Islam sudah jelas mengatakan  (لكم دينكم ولي دين) bagimu agamamu dan bagiku agamaku. الدين di sini maksudnya akidah (keimanan) dan syariah (hukum islam atau ajaran islam). Jadi toleransi ((التسامح mengakui bahwa ada agama lain selain islam tapi tidak sampai meyakini kebenarannya ataupun mengucapkan selamat.

Islam dan Pluralitas

Islam mengakui pluralitas (keberagaman) tapi tidak dengan pluralisme (menyamakan semua agama) sebagaimana dalam Al-Qur’an Al-Hujurat ayat 13 :

يأيها الناس انا خلقنكم من ذكر وانثى وجعلنكم شعوبا وقبائل لتعارفوا ان اكرمكم عند الله اتقكم, ان الله عليم خبير.

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”

Menganggap semua agama sama (karena sama-sama mengajak pada kebaikan), berarti sama saja dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad melakukan hal yang sia-sia di dalam berdakwah karena beliau mengajak orang-orang kafir penyembah berhala, yahudi dan nashrani masuk islam. Padahal nabi bersabda “termasuk sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat”

 .(من حسن اسلام المرأ تركه مالايعنيه)Memang dalam masalah akhlak semua agama mengajak kebaikan tapi akhlak islam berbeda dengan orang kafir. Misal, orang berbuat jujur di dalam islam bukan hanya karena melihat jujur perbuatan baik, disenangi banyak orang akan tetapi jujur mereka karena memang Allah memerintahkan bahwa umat Islam wajib jujur. Sikap jujur seperti ini akan abadi karena perintah Allah tetapi kalau jujurnya karena manusia maka bisa saja berubah tidak jujur karena sekarang ada istilah terlalu jujur hancur dan tidak cepat kaya. Jadi, orang yang jujur karena ingin disenangi teman bukanlah akhlak islam dan tidak akan mendapat pahala di sisi Allah.

Jadi Islam mengakui adanya keberagaman warna kulit, kabilah-kabilah, bangsa-bangsa dan suku-suku. Makanya dalam pernikahan masalah kufu’ tidak disyaratkan misalnya harus satu bangsa, warna kulit dan kabilah namun yang disyaratkan adalah kufu’ secara agama

(من ذهب من العلماء إلى أن الكفاءة في النكاح لا تشترط ، ولا يشترط سوى الدين).

Islam tidak perlu belajar lagi masalah pluralitas karena dulu sudah mengayomi perbedaan agama, kabilah, suku dan warna kulit. Terbukti pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz mereka mencapai kemakmuran yang luar biasa sehingga orang-orang Afrika hartanya mencapai nishab semua. Hal tersebut karena pemimpin Islam tidak ada diskriminasi antara orang kafir dan muslim di depan hakim.

Syariat Islam saling terkait antara yang satu dengan yang lain dan tidak bertentangan. Misal syariat menikah yang berkaitan erat dengan masalah nasab dan kewajiban menafkahi. Nasab dan kewajiban menafkahi tersebut tidak akan terlaksana kalau tidak ada pernikahan maka segala hal yang menyebabkan rusaknya nasab dan tidak jelasnya kewajiban menafkahi adalah dilarang. Jadi satu syariat ditinggalkan maka berakibat syariat yang lain tidak bisa atau sulit dilaksanakan. Begitupun juga kaum muslimin diwajibkan untuk berdakwah yakni fardhu kifayah. Bagaimana cara mengajak kaum muslimin terhadap orang kafir sedangkan mereka sudah mengucapkan selamat?

Hadits yang menerangkan tentang nabi menghormati jenazah orang kafir sangat tidak tepat digunakan dalih sebagai toleransi dalam masalah akidah. Hadits tersebut diriwayatkan dari Qais bin Saad RA. dan Sahal bin Hunaif RA.: Dari Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais bin Saad RA. dan Sahal bin Hunaif RA. sedang berada di Qadisiyah, tiba-tiba ada iringan jenazah melewati mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada keduanya: Jenazah itu adalah termasuk penduduk setempat (yakni orang kafir). Mereka berdua berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah dilewati iringan jenazah, lalu beliau berdiri. Ketika dikatakan: Jenazah itu Yahudi, Rasulullah saw. bersabda: Bukankah ia juga manusia?. (Shahih Muslim No.1596)

Dari hadits ini jelas bahwa Nabi Muhammad Saw menghormati orang tersebut sebagai manusia bukan membenarkan terhadap ritual keyakinannya. Jadi, baik jenazah tersebut orang kafir ataupun orang Islam diwajibkan umat Islam untuk menghormati. Hal ini sangat berbeda faktanya dengan natal yang merayakan kelahiran Yesus sebagai Tuhan.

Khatimah

Cukuplah Nabi Muhammad sebagai contoh untuk kita, meskipun diiming-iming kaum kuffar dengan tawaran harta, takhta dan wanita supaya berhenti mendakwahi mereka tapi nabi tidak berkenan karena semua agama tidak sama (Tidak Ada Pluralisme). Toleransi sudah di contohkan dengan dilarangnya menghancurkannya tempat ibadah-ibadah mereka ketika perang, dimenangkannya orang Yahudi saat berperkara dengan khalifah Ali bin Abi Thalib masalah baju perang. Padahal baju tersebut benar-benar milik khalifah tapi karena tidak bisa mendatangkan saksi, meskipun seorang khalifah tetap kalah sama orang Yahudi (Islam Mengakui Pluralitas). Wallahu A’lam Bisshowab

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Liberalism lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X