Kamis, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 30 Januari 2020 22:57 wib
7.457 views
Upaya Antisipasi Corona Terganjal Devisa?
Oleh: Nurwati
Wabah Corona yang melanda kota Wuhan, China, telah menjadi kekhawatiran banyak negara. Pasalnya, penyebaran virus ini sangat masif dan sudah menjangkau 16 negara. Namun sejauh ini, pemerintah China lebih banyak bungkam terkait kondisi negaranya. Akses internet juga dibatasi, sehingga tidak banyak yang bisa diketahui oleh dunia terkait kondisi riil di sana. Hanya ada sedikit informasi dari netizen yang menggambarkan dahsyatnya wabah Corona. Info ini dibagikan netizen melalui kanal privat vpn dan sangat beresiko ditangkap oleh aparat.
Penyebab mewabahnya virus corona hingga kini masih menjadi tanda tanya. Ada sejumlah berita yang mengaitkan wabah ini dengan kebiasaan masyarakat China yang gemar mengkonsumsi kuliner ekstrim semacam daging kelelawar. Info ini diperkuat dengan dugaan tempat munculnya virus pertama kali berasal dari pasar penjualan hewan liar di Wuhan. Ada pula, isu bahwa wabah corona terjadi akibat kebocoran laboratorium Wuhan dan dikaitkan dengan senjata perang biologis. Entah mana yang benar. Semua masih simpang siur.
Korban meninggal akibat virus Corona di China terus naik. Berdasarkan data pada peta pantauan penyebaran virus Corona, sejauh ini tercatat 107 orang meninggal dunia dan 4.474 orang terinfeksi (kompas.com, 28/1/2020).
Selain itu, 16 negara telah mengonfirmasi penemuan kasus yang disebabkan virus corona di wilayahnya. Ke-16 negara tersebut yakni China, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Vietnam, Singapura, Malaysia, Nepal, Perancis, Australia, Kanada, Jerman, Taiwan, Sri Lanka, dan Kamboja. Di Indonesia, ada beberapa kasus suspect (dugaan) virus Corona. Dan sampai saat ini statusnya masih menunggu hasil uji laboratorium Litbangkes RI.
Melihat perkembangan wabah Corona yang makin ganas, ternyata tidak membuat pemerintah bertindak cepat untuk antisipasi penularan. Pemerintah juga tak membatasi wisatawan China ke Indonesia. Terbukti, pemerintah hanya penutup penerbangan langsung ke Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, yang juga merupakan kota pertama yang terjangkit virus corona. Bahkan, sebanyak 174 turis asal Kunming, China, yang akan berwisata selama lima hari di Sumatera Barat, disambut meriah secara langsung oleh Gubernur Irwan Prayitno. (detik.com, 26/01/2020)
Pemerintah punya alasan tersendiri mengapa wisatawan China ini masih dibiarkan masuk Indonesia. Untuk mendulang devisa, tentunya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menaruh kekhawatiran dengan dampak ekonomi dari adanya virus corona yang mematikan. Menurutnya, isu ini akan menjadi masalah baru bagi perekonomian dunia.
Dampak paling terasa dari adanya wabah corona adalah akan berimbas pada kondisi pariwisata Indonesia. Di mana, wisatawan mancanegara asal China akan turun drastis. Sementara, pemerintah sendiri menargetkan devisa dari turis asing dapat mencapai US$20 miliar per tahun atau sekitar Rp280 triliun. Dengan sekitar 13,14% wisatawannya berasal dari negeri China. Jumlah wisatawan China ini berada di urutan terbesar kedua setelah Malaysia, diantara negara-negara yang mengunjungi Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan China ke Indonesia setidaknya mencapai 1,91 juta pada Januari-November 2019. Sementara pada Januari-Desember 2018, jumlah kunjungan wisatawan China mencapai 2,13 juta. Sedangkan rata-rata pengeluaran turis China di Indonesia sekitar US$1.000 per kunjungan atau Rp14 juta per kunjungan (asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS). Tentunya, devisa dari kunjungan wisatawan China sangat menggiurkan.
Sektor pariwisata inilah yang membuat pemerintah lamban dalam mengantisipasi penularan virus corona. Hal ini juga nampak pada Pemerintah Indonesia yang baru berani mengeluarkan peringatan kunjungan atau travel warning bagi masyarakat untuk bepergian ke Provinsi Hubei, China, pada 28 Januari 2020.
Bagaimana Islam memandang persoalan wabah Corona ini? Rasulullah telah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,"(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Jika mengikuti hadits di atas, maka langkah yang harus ditempuh pemerintah adalah menolak kedatangan wisatawan China, karena dikhawatirkan akan berpotensi membawa virus corona ke Indonesia. Selain itu, travel warning seharusnya sudah dikeluarkan sejak awal wabah terjadi, dan mencakup wilayah-wilayah yang terdampak wabah corona, bukan terbatas pada provinsi Hubei saja.
Inilah kelemahan negara yang menerapkan sistem sekuler kapitalisme. Dimana manfaat materi sebagai tolok ukur aktivitas. Sehingga upaya antisipasi penularan virus corona terganjal oleh semilir devisa. Kapitalisme jugalah yang menjadikan negara bersandar pada pemasukan non strategis, semisal pariwisata. Sementara sumber daya alam dan mineral yang melimpah ruah justru diserahkan kepada swasta dan asing. Padahal, sumber daya ini sangat strategis untuk memakmurkan bangsa.
Masalahnya, haruskah nasib sekian ratus juta penduduk negeri dikorbankan demi devisa yang tak seberapa dari turis Cina? Sungguh kebijakan yang sangat tidak bijak. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!