Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
17.629 views

Sabar Dalam Keluarga

1.Ketika Suami Mulai.....

Sebut saja namanya Melati. Sesuai dengan nama bunga yang indah, melati adalah seorang yang sangat baik, rendah hati, murah senyum, dan ramah pada siapapun.

Melati punya kehidupan yang berkecukupan. Meski tidak bisa dikategorikan seorang sosialita, tapi ia memiliki rumah dengan perabotan mewah serta mobil mahal.

Sejak mahasiswa, ia sudah menjalani hubungan sembunyi-sembunyi atau backstreet. Hal ini disebabkan ibunya tidak menyetujui hubungannya dengan seorang laki-laki. Sebut saja namanya Kumbang. Kumbang adalah seorang pemberanidan memiliki temperamen yang keras. Tidak aneh, meskipun sudah dilarang, ia tetap berhubungan dengan Melati tanpa izin orang tua perempuan.

Melati dan Kumbang menikah setelah sang Ibu meninggal dunia. Mereka menjadi keluarga yang bahagia. Kelahiran anak pertama makin melengkapi kebahagiaan mereka. Belum lagi, karier Kumbang makin cemerlang. Kelahiran dua anak berikutnya seolah menyempurnakan kebahagiaan keluarga Melati-Kumbang.

Kemajuan karier sang suami, berimbas pada kualitas hidup keluarga mereka. Awalnya, mereka hanya memiliki rumah sederhana, tapi kemudian bisa memiliki rumah mewah dengan harga lebih dari Rp 1 Milyar (kira-kira 10 tahun lalu).

Ujian mulai datang saat Kumbang tertarik dengan perempuan lain. Entah bagaimana ceritanya ia bisa melirik bunga lain. Melati sungguh sabar menghadapi permasalahan ini. Betapa tidak, ia mengetahui seluruh proses “mendua” tersebut. Begitu juga ketika Kumbang meminta izin menikah lagi, ia pun mengizinkan.

Tak hanya itu. Ia juga yang menyiapkan semua perlengkapan pernikahan untuk suaminya, mulai dari mas kawin sampai busana untuk ijab kabul. Selain anak, hal lain yang membuatnya bertahan adalah karena ingin meraih ridha Allah. Melati mendukung ketika suaminya ingin poligami. “Semua saya lakukan dengan ikhlas,” kenangnya. Soal cemburu, ia tak menampiknya kalau rasa itu memang ada.

Pernikahan pun terjadi. Awalnya, memang berjalan normal. Namun rupanya, sikap adil itu semakin berkurang. Melati tetap sabar. Sampai suatu ketika, Kumbang tak pernah lagi kembali padanya. Lebih tragis lagi, kewajiban memberi nafkah juga sudah dilupakan.

Melati seperti berada di persimpangan. Jika bertahan dengan suaminya, ia makin merasa tak bisa menerima. Namun, jika berpisah, ia kasihan terhadap anak-anaknya. Kebimbangan ini cukup lama menghantuinya.

Meski berat, akhirnya Melati memilih untuk bercerai. Rumah mewahnya ia jual, dan membeli rumah yang lebih kecil;. Sisa uangnya ia pakai untuk menunaikan ibadah haji, membangun wartel, dan untuk ditabung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Luar biasa. Sepuluh tahun kemudian, anak pertamanya sudah kuliah, dan anak keduanya sudah duduk di bangku SMA. Ia mendidik, membesarkan, dan membiayai sendiri anak-anaknya dengan penuh kesabaran. Alhamdulillah, mereka tumbuh menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah.

 2.Demi Anak, Meski Pedih

Ah, memang Anda sanggup menduda tanpa seorang istri? Saya kok tidak yakin. Dari sekian laki-laki, lebih banyak yang tidak siap hidup menduda di bandingkan perempuan. Umumnya, perempuan siap hidup menjanda tanpa seorang suami di sisinya.

Mengapa? Karena secara biologis, laki-laki lebih sulit mengendalikan diri dibandingkan  dengan perempuan. Coba lihat, betapa banyak pria yang baru ditinggalkan istrinya membutuhkan waktu yang tidak lama untuk mencari pasangan kembali. Kecuali, bagi mereka yang rajin berpuasa, karena puasa mampu meredam dan menahan gejolak hawa nafsu.

Namun, ada seorang teman saya yang berani mengambil resiko menjadi single parent. Ia telah menggugat cerai istrinya yang sudah memberi tiga orang anak. Monang, begitu saya memanggilnya, adalah kawan lama.

Monang mengakui bahwa alasan di balik perceraiannya adalah soal harga diri. Ya, laki-laki memang cenderung memiliki sifat lebih keras, lebih egois, dan lebih ingin mendominasi. Monang sebenarnya tidak demikian.

Ia pernah bercerita bahwa hubungannya dengan sang istri tidak lagi harmonis setelah anak kedua mereka lahir. “Sejak saat itu, istri saya banyak berubah,” kata Monang. Ia mengenang kembali perkenalannya dengan istrinya. Monang berkisah, Ratna, istrinya, sebenarnya merupakan kenalan lamanya. Mereka berkenalan saat berada dalam kegiatan teater. Mereka pun sering berlatih bersama.

“Ia junior saya, tapi saya tidak tahu kalau sebelumnya ia pernah menikah,” ujar Monang. Ia mengakui menikahi Ratna, selain karena baik dan cantik, juga karena faktor kedekatan emosional. “Ayahnya adalah teman mengaji saya,” katanya.

Ketika Monang melamar, barulah rahasia itu terungkap. Itu pun karena sang ayah yang mengungkapkannya. Kepalang tanggung, Monang tetap maju meminang Ratna. “Saya mungkin sok jagoan saat itu,” katanya. Sebelum dipinang, istrinya ternyata pernah menikah diam-diam secara siri, karena suaminya masih terikat pernikahan dengan istri pertamanya.

Saat pernikahan hingga sebelum anak kedua lahir, keluarga Monang terlihat manis dan harmonis. Tidak pernah ada pertengkaran. Konflik mulai datang ketika temperamen Ratna berubah. Ratna yang semula santun, halus tutur katanya, berubah menjadi pemarah.

Saat marah, Ratna biasa bersuara keras dan kasar. Semua tetangga sampai bisa mendengar suaranya. Monang mencoba bertahan. “Dia istri pilihan saya. Saya tidak boleh menyesal,” katanya. Saat anak kedua mulai besar, Ratna juga aktif berpartai. Ia menjadi pengurus salah satu partai di DKI Jakarta.

Selain penuh pertengkaran, rupanya Ratna juga punya kesibukan lain. Ia dikabarkan menjalin hubungan dengan seorang pengusaha. “Awalnya saya tidak percaya, sampai saya melihat beberapa bukti,” ujarnya.

Toh, Monang masih terus bersabar. Ia memilih untuk menasihati dan mengajak mengaji istrinya itu. “Bagaimanapun saya sayang padanya,” katanya. Anak ketiga lahir. Namun, intensitas cekcok mereka semakin sering dan makin tinggi “kualitasnya”. Setelah bertahun-tahun mencoba sabar, Monang akhirnya mengambil keputusan untuk bercerai.

Monang berpendapat, jika tidak bercerai, ia khawatir anak-anaknya akan tidak nyaman, bahkan akan berdampak negatif bagi kehidupa mereka.

Suatu hari, Monang memanggil dua anaknya yang paling besar untuk menyampaikan rencana perceraiannya. Ia berusaha sebijak mungkin memberitahukan kenyataan yang tidak mudah ini, dan berjanji akan selalu mencintai anak-anaknya. “Saya menyampaikan sisi baik dari perceraian saya dengan ibu mereka,” kata Monang.

Akhirnya, permohonan perceraian pun dikabulkan oleh pengadilan. Tiga bulan setelahnya, Ratna benar-benar menikah dengan pengusaha tadi. Ketiga anak mereka ikut Monang. “Saya bisa membuktikan menjadi single parent yang baik bagi anak-anak,” katanya.

Meski begitu, Monang tak ingin memutus hubungan antara anak dan ibu. “Saya tetap izinkan anak-anak pergi bersama ibu mereka. Dalam seminggu, tiga hari anak-anak bersama ibunya, dan tiga hari bersama saya,” katanya.

Kini, Monang masih membesarkan anak-anaknya. Toh, ujian dari Allah belum juga berakhir. Belakangan, ia mendapati cerita-cerita negatif tentang mantan istrinya. “Bapak itu terlalu sabar,” kata Monang mengutip perkataan tetangganya.

Monang berharap agar anak-anaknya tidak terpengaruh berita-berita negatif tentang Ibu mereka. Ia juga berdoa agar anak-anaknya tidak berkembang negatif pasca perceraian kedua orangtuanya. “Insya Allah, saya ingin menikah lagi. Saya ingin mencari istri shalehah,” kata Monang. Saat berbicara, matanya berkaca-kaca. Saya pun begitu.

 

3.Atas Nama Ibu

Kasih ibu sepanjang masa. Seorang anak tak akan sanggup membayar kasih sayang ibu kepada dirinya. Betapa pun ia berusaha. Meski begitu, seorang anak wajib berusaha untuk membahagiakan orang tua, terutama ibu. Tak jarang, seorang anak harus rela berkorban bagi orangtuanya, seperti dalam kisah berikut.

Suatu ktika di kota Mekah, saya melihat seorang anak laki-laki mengendong ibunya yang sulit berjalan. Sang ibu digendong dari penginapan sampai ke Masjidil Haram. Setiap subuh, hampir tiga kilometer, laki-laki itu selalu melakukan “ritual" baktinya kepada sang ibu. Tubuhnya yang besar memang memudahkan baginya untuk menggendong sang Ibu.

Kisah yang paling dekat dengan kita adalah kisah teman saya yang merelakan melepas kariernya demi membela kepentingan sang ibu berikut ini.

Namanya Wibi. Usianya masih muda. Ia berasal dari Semarang, dan merantau ke Jakarta baru sekitar lima tahun. Setelah lulus sarjana, ia bekerja di sebuah perusahaan asing. Sebelum akhirnya bekerja di tempat saya bekerja saat ini.

Saya mengenalnya karena sama-sama hobi bermain tenis. Jika bermain double, kami sering berpasangan. Karena ia lebih muda maka tenaganya lebih kuat dan lebih cepat saat mengejar bola. Ia juga humoris. Meskipun dalam kondisi tertekan di lapangan, ia masih bisa bercanda.

Sebenarnya, Wibi sudah lama di Jakarta, karena ayahnya merupakan pejabat di sebuah instansi pemerintah. Orangtuanya bercerai, dan ayahnya sudah menikah lagi, sementara ibunya hidup sendiri di kota Semarang.

Wibi seorang pekerja keras. Ia menguasai bidang keuangan. Kariernya pun cukup cemerlang. Selain bekerja di sebuah perusahaan, ia juga memiliki side job sebagai penjual kalung dan gelang magnetik untuk kesehatan.

Suatu hari, ia bercerita banyak tentang dirinya. Ia mengaku sejak perceraian kedua orang tuanya, ia hanya tinggal berdua dengan ibunya di Semarang. Ibunya adalah pedagang kelontong di pasar. Tak jarang Wibi ikut membantu menjaga toko.

Wibi dibesarkan dalam keprihatinan. “Bapak meninggalkan ibu dan saya begitu saja,” katanya. Oleh karena itu, meski bapaknya kaya dan memiliki jabatan, ia tidak pernah mau menjunjunginya, apalagi minta tolong. “Saya mau datang kerumahnya setelah bekerja, karena saya tidak mau mengemis,” katanya.

Selama kuliah, ibunya yang menanggung biaya pendidikan dan hidupnya. Ia juga beberapa kali mendapat beasiswa karena prestasinya. Oleh karena keuangan yang terbatas, Wibi juga bekerja sebagai tukang reparasi barang elektronik di rumahnya. “Ya, pokoknya bisa buat ongkos saya,” katanya.

Setelah merasa cukup mapan di Jakarta, Wibi memberanikan diri menikahi gadis pujaannya. Tak lama, istrinya pun hamil. Mau tak mau segala kebutuhan bertambah. Belum lagi ia harus memberi bantuan kepada ibunya. “Saya tidak mau ibu menderita lagi,” katanya.

Diam-siam, sebagian uang penghasilannya ia sisihkan untuk dikirim ke ibunya. Semula berjalan lancar, sampai kehamilan itu mendekati hari kelahiran. Sang istri yang semula bekerja harus keluar, karena kondisi kesehatan yang memburuk.

Pada kondisi sulit itu, ibunya tertimpa musibah. Rupanya, selama ini, sang ibu terlilit utang yang jumlahnya cukup banyak. Dan yang membuat Wibi sedih, ibunya sering didatangi para penagih. “Ibu saya sering diteror. Ia sangat ketakutan,” kata Wibi.

Akhirnya, toko kelontong milik ibunya pun di tutup, karena sudah tidak menguntungkan. Wibi merasa wajib menolong ibunya. Di tengah situasi sulit itu, ia tidak tahu harus mencari pinjaman uang kepada siapa. Ia pun nekat memakai uang kantor demi membayar utang-utang ibunya. Padahal, uang itu hasil colleting para agensi dan pemasang iklan tempat ia bekerja. Ia mengirim secara berangsur untuk mencicil utang ibunya.

Sepandai-pandainya tumpai melompat, akhirnya jatuh juga. Hampir setahun Wibi melakukan kebohongan itu, akhirnya terbongakr juga. Ironisnya, kejahatan Wibi terungkap saat anaknya lahir. Ia terlambat menyampaikan laporan keuangan. Akhirnya, ia diminta mempertanggungjawabkan uang yang digunaknnya itu.

“Saya dipecat, Mas,” katanya. Untuk mengganti uang kantor yang terpakai, ia terpaksa meminta bantuan kepada ayahnya. Sang ayah hanya sanggup melunasi separuhnya, dan sisanya ia gadaikan sertifikat tanah milik neneknya.

Meski demikian, ia tetap ceria saat bermain tenis bersama saya.

Saat ditanya bagaimana perasaannya, ia hanya menjawab, “Walau bagaimanapun, saya senang karena bisa membantu ibu saya,” katanya.

Sabar memang bukan hanya perkara niat yang benar, tapi juga cara yang benar.

Sumber: Hikmah Sabar, Pracoyo Wiryoutomo

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Muslimah lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X