Kamis, 4 Rabiul Akhir 1446 H / 24 Juni 2021 23:35 wib
4.164 views
Fenomena Dakwah Copy-Paste
“ Ada deadline nih…
mesti dapat referensi mantap,
Ada sumber terpercaya,
Eh, ada ustadz yang nulis juga tentang topik itu,
buka websitenya saja, trus copy dan paste..
lalu sumbernya gimana yah???
Internet menyimpan sejuta potensi untuk dimanfaatkan. Fungsinya berawal dari media informasi yang statis hingga menjelma menjadi dunia virtual, dunia yang tidak nyata secara fisik, tetapi di dalamnya justru menyimpan semua kegiatan yang ada di kehidupan nyata.
Mulai dari belajar, berbelanja, berjualan,hingga kegiatan yang sulit ditemukan dalam dunia nyata. Saat ini banyak di kalangan para da’i (pendakwah) yang menyampaikan dakwahnya melalui media sosial dan itu merupakan peluang yang sangat besar untuk menarik perhatian masyakat modern sebagai objek kegiatan dakwah. Maka dengan hadirnya teknologi canggih ini para da’i semakin mudah untuk berdakwah kapan saja dan di mana saja, tanpa terikat oleh ruang dan waktu.
Seperti gagasan dari McLucan yang saat ini menjadi terbukti. Tentang Desa Global yang menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet. Dan McLuhanpun memprediksikan bahwa pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi seperti yang dinyatakan dalam desa global inipun membawa berbagai dampak.
Positifnya adalah orang selalu bisa mengetahui kabar terbaru yang terjadi di tempat lain, dapat berkomunikasi dan terhubung walau dalam jarak ribuan mill, mencari dan bertukar informasi. Namun negatifnyapun bisa tak terkendali diantaranya kecanduan internet, orang tidak dapat hidup tanpa internet, orang yang lebih eksis di dunia maya dibandingkan dunia nyata, yang bisa menggangu hubungan sosialnya dengan orang lain serta masifnya berbagai isu dan berita negatif, profokatif dan tersebarnya berita hoax.
Dilansir dari Suara.com, pengamat intelijen dan keamanan Universitas Indonesia (UI), Stanislaus Riyanta menyampaikan bahwa internet dan sosial media merupakan salah satu sebab masifnya penyebaran konten radikal. (Reza Gunadha and Chintia Sami Bhayangkara, “Pengamat: Internet dan Media Sosial Penyebab Utama Radikalisme Agama,” Berita, Suara.com, Nopember 2019) Pada tahun sebelumnya, BBC News, menuliskan bahwa Irendra Radjawali seorang pengamat data yang berbasis di Jerman, melalui twitter menghasilkan beberapa percakapan terbanyak yang membahas perihal radikalisme seperti ISIS, Jihad, Kafir, Syiria dan lain – lain. (“Kaum Radikalis lebih ‘Lincah’ menggunakan Teknologi,” Berita, BBC News, October 13, 2016)
Efek negatif dari massifnya penggunaan internet di berbagai kalangan dan usia menggiring penggunanya dengan mudah menyebar dan mendoktrin siapa saja atas ideololgi-ideologi yang dimiliki. Internet tidak menyediakan ruang untuk kita bisa memilih konten yang positif dan negative. Internet memberikan kebebasan siapa saja untuk mengakses informasi, valid atau tidak, hoax atau bukan.
Maka dalam tunasnya sebuah spirit dalam berdakwah kita layak untuk berpikir panjang, menganalisis, menelaah dan memutuskan dakwah seperti apa yang siap untuk kita sampaikan kepada khalayak. Adanya keterbukaan informasi menjadikan manusia dapat semakin bebas untuk berbagi dan mendapatkan informasi, termasuk tentang beragama.
Sebuah survey oleh Alvara Research Center menemukan dalam surveinya bahwa kaum milenial, yang terdiri dari 1.800 mahasiswa dan 2.400 pelajar, dan dari 17,8 persen mahasiswa serta 18,4 pelajar menyatakan setuju terhadap khilafah sebagai bentuk negara ideal. Dalam penelitian yang dilakukan ,Hasanudin menyampaikan bahwa bibit konservatisme yang banyak disebarkan melalui media sosial dan mengandung radikalisme tentu akan membahayakan bagi milenial jika tidak ada sortir yang baik dan pengetahuan keagamaan yang minim. (sumber Zakaria, “Mewaspadai Radikalisme di Internet,” Berita, Info Denpasar.Id, June 8, 2020 )
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita ini, sejatinya dakwah harus hadir dengan kedinamisannya yang bisa menjawab berbagai hal yang terjadi dan sekaligus memberikan solusi yang konstruktif . Berbagai fenomena dakwah yang terjadi di era digital hari ini tentu menjadikan tantangan tersendiri bagi juru dakwah. Spirit bedakwah harus diimbangi dengan pengetahuan yang memadai terkait proses dakwah, dengan memilih konten yang seperti apa yang seharusnya layak untuk dipublikasi, dicopy dan di share.
Juru dakwah harus dapat menyuguhkan pesan-pesan dakwah yang variatif dan semenarik mungkin supaya tidak kehilangan simpati dan perhatian dari mad’u. Tantangan dari da’ipun sekarang lebih besar dari sebelumnya, bisa jadi mad’u yang dihadapi lebih cerdas dari da’inya, karena semua pengetahuan sudah siap tersaji di internet. Maka untuk mengimbangi derasnya informasi dan teknologi, dakwah harus dikemas dengan cara yang menarik dan tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual berarti dapat memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di kalangan masyarakat. Faktual berarti kongkret dan nyata, sedangkan kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat.
Salah satu media yang memberi pengaruh signifikan terhadap perkembangan Dakwah Islamiyah adalah media sosial. Perkembangan ini lantas membentuk pola baru dakwah, dan sekaligus melahirkan fenomena baru keberagamaan. Maraknya status dan postingan bernuansa dakwah keagamaan oleh para ‘ulama dan juru dakwah di media sosial, seperti facebook, instagram, twitter dan whatsapp, secara sporadis menyeret para user berlomba-lomba menyebarkannya sebagai upaya menampilkan kesalehan dalam ruang publik. Fenomena dakwah copy-paste dan share men-share semakin menjamur.
Sementara tanggung jawab para juru dakwah adalah bagaimana bisa aktif merilis konten yang mendamaikan dan menyejukan agar dikonsumsi oleh masyarakat secara luas dan bersumber pada sumber yang tepat dan shahih. Situs-situs dakwah dan media sosial juga harus maju dan tampil untuk mencerdaskan ummat sebagai salah satu wadah dan garda terdepan untuk menyampaikan materi – materi dakwah yang toleran dan menyebarkanluaskan perdamaian dengan literasi.
Situs-situs dakwah dan media sosial harus mampu mencuri perhatian kaum milenial sebagai User dominan di media online. Pemilihan konten yang diminati khususnya untuk kalangan milenial. Menyajikan konsep Islam washatiyyah pada semua kalangan dan generasi. Hal ini menjadi penting untuk menjaga literasi yang anti copy paste dan memaklumatkan diri kepada masyarakat demi terjaganya pengetahuan keislaman yang sesuai dan bersumber pada alqur’an dan sunnah yang shahih.
Maka derasnya arus informasi dan kebebasan yang tidak terkontrol di media sosial harusnya tidak lantas membentuk perilaku keberagamaan baru di era milenial dan menemukan keresahan barunya. Dimana ada kecendrungan kemalasan dalam berliterasi oleh para juru dakwah sendiri dan jatuh pada tradisi Copy-paste. Benarkah demikian ? ( wallahu a’lam) *Zelfia( Dosen Ilmu Komunikasi UMI, Kadept Humas dan Infokom Muslimah wahdah)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!