Kamis, 9 Rabiul Akhir 1446 H / 24 Maret 2016 11:10 wib
16.116 views
John Kerry dan Vladimir Putin Tidak Serius Mengakhiri Perang Suriah?
WASHINGTON (VOA-ISLAM.COM) – Menlu Amerika Serikat Negeri John Kerry diharapkan bertindak tegas, dan melakukan tekanan terhadap Presiden Vladimir Putin agar Rusia mennerima sebuah transisi politik di masa depan yang akan menentukan nasib Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Gencatan senjata yang rapuh di Suriah dan perang tetap berkecamuk di tengah pembicaraan damai di Jenewa. Di mana John Kerry ingin menekankan pada masalah pokok tentang masa depan Assad, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika, Rabu, 23/03/2016.
Amerika Serikat ingin Assad pergi meninggalkan kekuasaannya, tetapi Rusia mengatakan hanya rakyat Suriah yang dapat memutuskan nasib Assad melalui kotak suara dan Rusia siap menghadapi setiap pembicaraan tentang perubahan rezim.
Kerry sedang mengadakan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin di Kremlin, Kamis, 24/03/2016. Dibalik pertemuan antara John Kerry dengan Putin itu, di mana Presiden Putin membuat pernyataan yang sangat mengejutkan 14 Maret lalu bahwa Putin meninggalkan dukungan terhadap Assad dan menarik pasukannya dari Suriah.
"John Kerry ingin benar-benar mendengar langsung pandangan dari Presiden Putin dalam tentang transisi politik" di Suriah, kata pejabat AS sesudah Kerry tiba di Moskow.
"Jelas apa yang kita cari, dan apa yang kita telah mencari, adalah bagaimana kita akan melihat transisi Suriah dan minggirnya Assad," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Setelah lima tahun konflik yang telah menewaskan hampir 500.000 orang dan 12 penduduk Suriah mengungsi, dan telah menyebabkan krisis pengungsi terburuk di dunia. Sementara itu, Washington dan Moskow mencapai kesepakatan penghentian perang tiga minggu yang lalu, selanjutnya memungkinkan pengiriman bantuan ke daerah-daerah yang terkepung.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan pertemuan dengan Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov akan mengevaluasi gencatan senjata dan mencoba mengakhiri pelanggaran dan meningkatkan bantuan kemanusiaan.
Sebaliknya, Oposisi Suriah menuduh pasukan pemerintah justru meningkatkan pengepungan dan kampanye pemboman di seluruh Suriah.
Di Jenewa, di mana fihak-fihak yang terlibat dalam perang belum menunjukkan adanya kesepakatan mengakhiri konflik. Bahkan, pejabat pemerintah Suriah menolak diskusi apapun tentang nasib Assad. Para pemimpin oposisi mengatakan Bashar al-Assad harus pergi meninggalkan kekuasaannya sebagai bagian dari transisi menuju perdamaian.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pembicaraan damai Suriah akan panjang dan sulit, dan terlalu dini berbicara tentang kegagalan. Karena, Amerika dan Rusia tidak ingin adanya sebuah pemeritahan baru yang merugikan bagi kepentingan mereka di Timur Tengah, termasuk menjadi ancaman negeri Zionis-Israel.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan, bahwa ia berharap pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS-Rusia akan memberikan dorongan bagi perundingan perdamaian, di mana masalah transisi politik membuat perundingan tidak mencapai kemajuan.
Seorang aktivis Suriah, Jihad Makdissi, mengatakan kepada de Mistura, ia berencana menerbitkan sebuah makalah tentang "visi bersama" bagi penyelesaian konflik dan perang di Suriah.
Kondisi yang terjadi di Suriah dan Irak benar-benar telah memprihatinkan. Di mana krisis kemanusiaan dan tragedi telah terjadi. Kota-kota di Irak dan Suriah telah luluh lantak dan porak-poranda. Tak tersisa lagi. 12 juta orang mengungsi dari Suriah, dan sudah lebih 400.000 orant tewas.
Di Irak lebih dari 2 juta dan 3 juta orang anak yatim. Perantg yang berlangsung sejak zamannya Presiden AS, George Bush Sr sampai di lanjutkan oleh Bush Jr, dan sekarang dilanjutkan oleh Presiden Barack Obama, membuat “Negeri 1001 Malam” itu, hanyalah tinggal puing-puing.
Amerika dan Rusia terus memperpanjang perang, dan membiarkan perang berkecamuk, tanpa henti. Karena tujuannya melakukan pemusnahan massal terhadap rakyat di wilayah itu.
Basa-basi tentang gencatan senjata, hanyalah sebuah retorika politik, dan tidak pernah sungguh menyelesaikan perang, karena Washington dan Moskow menginginkan perang tetap berlansung.
Suriah, Irak dan Palestina menjadi kesedihan yang sangat mendalam bagi Muslim di seluruh dunia. Di mana negeri di wilayah "Billadussyam" sekarang menjadi puing-puing akibat di koyak perang, terutama perang yang dilancarkan oleh Bashar al-Assad terhadap rakyatnya, dan kemudian di beri lebel sebagai "teroris". Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!