Rabu, 9 Rabiul Akhir 1446 H / 30 Maret 2016 15:47 wib
25.366 views
Islamaphobia Kulit Putih dan Kulit Hitam di Gedung Putih?
WASHINGTON (VOA-ISLAM.COM) -- Pasti semua ingat, ketika Barack Obama terpilih menjadi Presiden Amerika. Banyak kalangan yang menyambut lega, dan berharap akan berakhir era "Islamophobia" yang digelorakan oleh Presiden George Bush, yang dikelililngi kelompok "Neo-Con".
Wartawan dari berbagai latar belakang dan sejumlah pengamat kebijakan politik dan keamanan membuat komentar sangat optimis tentang Presiden Barack Obama sebagai presiden kulit hitam pertama. Mereka berpikir akan terjadi perubahan mendasar terhadap kebijakan luar negeri Amerika, khususnya terhadap Dunia Islam.
Banyak yang berasumsi bahwa kebijakan politik luar negeri yang sangat hegemonik dan menjajah yang diterapkan oleh Presiden George Bush akan berakhir. Selama pemerintahan George Bush, aroma kebijakan luar negeri Amerika baunya yang menyengat sangat “anyir” dengan bau darah. Tumpahan darah di mana-mana. Darah Muslim di negara-negara Islam terus ditumpahkan oleh George W.Bush.
Pasca terjadinya serangan 11 September 2001, terhadap Getung WTC, New York, George Bush menggelorakan ke seluruh penjuru jagad dengan apa yang disebut perang global melawan terorisme atau “war on terorism”. George Bush menyerbu Afghanistan dan Irak, kemudian mendudukinya. Bukan hanya itu, Bush menjatuhkan pemerintahan Taliban yang dipimpin Mullah Omar, dan Saddam Hussien.
Presiden George Bush secara unilateral (sepihak) melakukn agresi ke Afghanistan dan Irak, dan menghancurkan kedua negeri Muslim, hanya berbekal asumsi dan laporan intelijen dari CIA, yang sangat “tidak layak”, dan kemudian terbukti semuanya tidak berdasar sesudah Bush lengser dari Gedung Putih. Tapi, Saddam sudah digantung, dan Mullah Omar sudah pergi dari Kabul.
Sejatinya, perang global melawan terorisme “war on terorism”, hanya sebuah rekaan yang dibuat kelompok “Neo-Con”, yang dipelopori oleh Wakil Presiden Dick Cheney dan Wakil Menteri Pertahanan Paul Wolfowitz, yang sudah sangat phobia terhadap Islam dan Muslim. Kuasi antara Yahudi-Kristen yang sudah sangat kehilangan akal sehat terhadap Dunia Islam.
Pasca “Perang Dingin” kelompok “Neo-Con”, yang sudah kehilangan isu besar, kemudian menempatkan Islam, Muslim, dan Dunia Islam, sebagai musuh baru, dan memasuki era “Perang Dingin" baru”. Kini, berubah menjadi "konflik peradaban" dan perang terhadap Islam.
Mereka yang pada awalnya berpendapat bahwa Amerika tidak berperang terhadap Islam, maka sekarang mulai berdebat bahwa ini adalah perang melawan Islam, bukan hanya perang melawan terorisme.
Memang, Presiden Barack Obama mengawali kekuasaannya dengan melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Kairo dan Turki, pidato Obama nampak lebih menyenangkan, tidak seperti tokoh-tokoh “Neo-Con” yang haus darah dan perang, dan Obama lebih menampakan sosok yang cinta damai.
Obama mengesampingkan tentang teori benturan peradaban dan menekankan perlunya hubungan antara Timur dan Barat, dan menggunakan agama - lebih tepatnya sebagai seorang Kristen – ia mengatakan "kita semua adalah anak Tuhan yang sama”, dan menjanjikan Amerika yang baru.
Kalau melihat dari titik ini, orang-orang yang berpikir bahwa ini akan membawa akhir era “Neo-Con” yang sudah menguasai Gedung Putih, dan menciptakan Islamophobia. Tentu semuanya menjadi sangat senang. Namun, sejatinya apa yang bakal dilakukan oleh Obama terutama kebijakannya terhadap Dunia Islama hanya "copypaste" dari George Bush, hanya dipoles seperti lebih lunak.
Memang, Obama sudah menarik pasukan Amerika dari Irak dan Afghanistan. Namun, kalangan analisis yang mengerti tentang pusat kekuasaan Gedung Putih, sejatinya Gedung Putih dengan Barack Obama, tidak berubah, hanyalah berganti topeng.
Sekarang, Amerika dibawah Obama, yang sudah hampir berakhir kekuasaannya, tetap mempertahankan kebijakan luar negeri yang hegemonik, dan hanya sedikit dipoles oleh penampilannya yang lebih “soft” (lembut). Sehingga, banyak kalangan yang menjadi “terkecoh” dengan sikap Obama. Untuk memahami ini, penting membaca struktur karakteristik militer kekaisaran Amerika dan strategi globalnya secara keseluruhan.
Di tangan Obama begitu banyak tokoh kalangan pejuang Islam yang tewas, termasuk Osamah, Mullah Omar, Anwar al-Awlaqi, dan sejumlah tokoh lainnya, yang tewas di tangan Obama. Obama menarik pasukannya dari Irak dan Afghanistan, tapi Amerika menggunakan “kaki tangan” di wilayah itu, mereka disuruh berperang melawan para pejuang Islam, yang ingin melepaskan hegemoni Amerika.
Meskipun menjanjikan penarikan pasukan dari Afghanistan, namun Obama terus mempertahankan pasukan di sana dan pada kenyataannya masih lebih banyak pasukan Amerika di Afghanistan. Kemudian, Obama memasukan Pakistan dalam perang dan menerapkan strategi seperti di masa Bush. Di mana banyak kawasan, termasuk Timur Tengah menjadi ajang perang yang sangat menghentakan kemanusiaan. Seperti sekarang di Irak, Suriah, Yaman, dan Palestina, dan Amerika terus mendorong perang.
Memang, sekarang pasukan Amerika tidak terjun langsung dalam kancah perang, tapi Amerika memuntahkan rudal mereka dari udara ke wilayah konflik secara masif, tanpa henti, dan telah mengakibatkan banyaknya korban Muslim, khususnya kaum sipil.
Obama hanya dengan cara yang sangat murah, terus menjalankan hegemoni dan misinya seperti yang dijalankan oleh George Bush, membunuhi Muslim yang hanya diberi lebel “teroris”. Dengan menggunakan "drone", begitu banyak Muslim yang tewas.
Obama dengan caranya yang “canggih” bagaimana memobilisi seluruh kekuatan dunia, termasuk negara-negara Arab, menjadi satu koalisi hanya satu tujuan yaitu membunuhi Muslim yang sudah diberi lebel ‘teroris”. Berapa banyak Muslim yang sudah mati sejak invasi militer pertama Amerika ke Irak, kemudian Suriah? Sudah tidak terhitung lagi.
Obama yang berasal dari Partai Demokrat, yang bertopeng “liberal’, dianggap lebih manusiawi terhadap Dunia Islam, ternyata tak berbeda dengan George Bush yang sangat konservatif, dan berasal dari Partai Republik. Semuanya ingin menumpahkan darah Muslim, sebanyak-banyaknya.
Sekarang lihat saat kampanye pemilihan presiden Amerika, antara kandidat Partai Republik Donald Trump, dan Demokrat seperti Hallary Clinton atau Bernie Sander, tak ada yang beda, semuanya ingin tetap hegemonik dan menjadikan Dunia Islam, bukan lagi mitra dalam kesetaraan, tapi hanya ingin dijadikan objek
Islamophobia dari kalangan liberal – yaitu Partai Demokrat, nampaknya telah mengambil alih sikap Islamophobia dari “Neo-Con”, faktanya tidak ada berbeda
“Islamophobia Liberal” pria kulit hitam telah mengambil alih "misi orang kulit putih”, dan melakukan dilegitimasi terhadap Dunia Islam dengan menggunakan “Daes” melalui kampanye media.
Ini adalah gaya laki-laki kulit hitam yang menggunakna topeng yang digunakan oleh orang kulit putih, dimulai dengan kritik tentang Perang Salib, dan kelompok “Neo-Con” mulai melakukan demokratisasi Dunia Islam dan membawa kebebasan dan kemakmuran kepada mereka.
Tapi, semua hanyalah palsu belaka, di mana Obama membiarkan militer Mesir melakukan kudeta terhadap Presiden Mohammad Mursi, yang dipilih rakyatnya secara besar, dan membiarkan terus rezim Baath sekuler di Suriah, yang dipimpinn Bashar al-Assad, yang sudah tangannya penuh dengan gelimang darah rakyatnya. Tapi, Amerika dan Rusia tetap mempertahankan Assad.
Strategi negara besar seperti Amerika tidak berubah dengan pemerintah baru yang dipimpin Obama. Hanya argumen dan gaya kepemimpinan yang mereka lakukan sedikit berubah. Bagaimana Islamophobia Obama yang Liberal telah menggantikan “Neo-Con” Islamophobia yang dipimpin oleh kulit putih. Wallahu’alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!