Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
6.982 views

Aku Cemburu Pada Mereka Berdua (Bagian 1)

Setelah sekian lama majalah Tawazun edisi 8 dan 9 (tahun 2006-2007) itu nongkrong di atas meja saya (berdampingan dengan Kimia Chang, Kalkulus Purcell, dan komik-komik... ups), akhirnya kemarin majalah itu saya gotong ke atas tempat tidur untuk diteliti. Artikel yang pertama kali saya baca (setelah komik “Si Ajun” tentunya ^^) adalah cerpen yang direkomendasikan oleh teteh yang juga merekomendasikan majalah itu kepada saya. Cerpen itu berjudul “I’m Jealous”.

“Aku Cemburu”? Eits, ini bukan kisah kasih-kasihan dua insan yang dimabuk asmara (halah), ya. Karena kecemburuan di sini begitu indah dan begitu menggugah. Bukan picisan yang melibatkan sejumlah konspirasi (disiram air keras lah, difitnah hamil diluar nikah lah... sinetron banget ya?), melainkan sebuah kisah yang membuat kita benar-benar digelorakan oleh luapan cemburu. Ya, cemburu untuk segera menjumpai-Nya dalam keridhaan-Nya.

Penulis cerpen ini terinspirasi oleh kisah nyata wafatnya sosok ‘Mas Gagah’ Elektro ITB angkatan 2001. ‘Mas Gagah’? Ya, siapa lagi kalau bukan Mas Sigit Firmansyah. Mas Sigit yang kisah wafatnya, meski sudah berlalu sekian lama, tetap turun temurun diceritakan kepada adik-adik mentor (termasuk kita-kita ini 2008). Tidak, teteh mentor yang menceritakannya tidak berwajah sedih atau berduka, tetapi berwajah kagum dan “kabita”. Cemburu. Ya, wajar saja. Siapa yang tidak?

***

Beliau adalah sosok aktivis segala. Di jurusannya, di Kabinet Mahasiswa, di kegiatan mentoring... pokoknya aktivis banget, deh. Tapi, amanah kampus yang segunung itu tidak menghalangi amanahnya untuk tetap berbakti kepada kedua orang tua (aduh, kesindir). Beliau adalah anak kesayangan kedua orang tuanya. Ibundanya berkata, “Sigit itu sama dengan ayahnya. Orangnya baik. Mereka sama-sama ndak suka kalau lihat orang ngomongin orang lain (ghibah). Kalau ada orang yang seperti itu pasti diingatkan: ‘Jangan bilang gitu, nggak baik.’ Sigit itu kalau pulang, sukanya tadarusan (tilawah) terus. Di tasnya selalu ada Al-Qur’an kecil, ke mana pun dia pergi. Dia itu selalu shalat tahajjud, nggak pernah absen. Kalau dia nggak dibangunin untuk shalat tahajjud, dia akan marah dan bilang: ‘Kok saya nggak dibangunin sih?’ Dia suka ngasih petuah sama kakak-kakaknya, meski dia anak paling kecil. Hampir tiap hari Sigit ngirim SMS yang isinya petuah. Ayahnya Sigit sejak Sigit masih kecil sampai dewasa, sayaang sekali sama Sigit. Sampai-sampai kalau Sigit mau pulang, ayahnya sendiri yang menyiapkan dan merapikan kamar Sigit. Kasurnya saja sampai dijemur segala. Begitu dekatnya kedua bapak-anak itu, dan ternyata mereka pun meninggal bersama-sama...”

Ya, Mas Sigit yang subhanallah itu meninggal bersama ayahnya tepat menjelang Idul Fithri, tanggal 27 Ramadhan 1425 H. Tepat ketika maghfirah-Nya mencurah di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dan tepat ketika beliau baru saja dalam perjalanan menuju rumahnya. Subhanallah...

Tidak ada yang menduganya, karena tidak ada yang tahu kapan seseorang menjemput ajalnya kecuali Sang Rabb. Hari itu tetap berlangsung seperti biasa. Percakapan-percakapan yang ringan mengantarnya ketika ia hendak berangkat menuju stasiun. Obrolan macam “Bawain oleh-oleh, ya!” ditanggapinya dengan ucapan, “Siip! Insya Allah, kalau masih diberi kesempatan balik lagi ke Bandung. Tapi kalau nggak, jangan ditagih di akhirat, ya?! He he he...” Ah, betapa tidak ada yang pasti di dunia ini...

Malam itu beliau berangkat bersama salah seorang kawannya, Tomy, dengan kereta api yang berangkat ba’da Isya. Rencananya, beliau akan tiba di stasiun Tegal pukul 02.00. Sebelumnya, beliau telah menelepon ibundanya, mengabarkan bahwa beliau sudah kangen ingin sahur bersama keluarga. Setelah berpamitan dengan teman-teman satu kost-nya, saling meminta maaf dalam suasana haru-biru Lebaran dan indahnya ukhuwah, beliau dan Tomy berangkat.

Seperti biasanya penumpang kereta malam, waktu di dalam kereta tentunya dihabiskan orang-orang dalam satu aktivitas berjama’ah paling kompak: tidur. Tomy pun ikut tertidur. Yah, mau apa lagi? Kereta padat gara-gara arus mudik begini sih mana bisa dipakai jalan mondar-mandir? Tapi Mas Sigit ini, alih-alih tertidur, malah asyik melantunkan bait-bait syahdu firman-Nya. Ya, beliau begitu gigih mengejar keutamaan Ramadhan, tak ingin kalah dengan sahabat-sahabatnya yang beri’tikaf di masjid kampus tercinta atau masjid yang bacaan shalat qiyamul lail-nya tiga juz.

Begitulah... beliau tak bosan-bosannya berdialog dengan Sang Rabb, hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul 23.00, beliau meraih benda kecil lain dari sakunya. Bukan mushaf, namun sebuah handphone. Ya, beliau mengetik baris-baris SMS yang kemudian dikirimkannya kepada salah seorang kawan...
Aslmkm. Akh, ‘afwan.. sudah tidur? Lagi i’tikaf ya? Dimana? Subhanallaah.. Saya sedang di kereta nih, mau mudik ke Brebes. Oh ya, gimana da’wah himpunan dan LDD? Sementara, saya titip da’wah departemen yah?! InsyaAllah saya tetap pantau, kok. Syukran. Selamat i’tikaf :). Mohon maaf atas semua salah dan khilaf saya. Salam buat temen-temen yang lain. Wslmkm.

Ketika akhirnya kereta berhenti di stasiun Tegal, beliau membangunkan Tomy. Kemudian saling berjanji untuk mengunjungi pada hari Lebaran nanti. Berdua dengan sang ayah dari stasiun, keduanya mengendarai motor, melintasi jalan raya yang sepi. Tak disangka, kurang lebih pukul 02.30, sebuah truk menabrak motor yang dikendarai oleh bapak dan anak itu. Tak ada yang menolong. Pengendara truk pun terus menjalankan kendaraannya. Tabrak lari!

Ayah Mas Sigit langsung meninggal di tempat. Sedang Mas Sigit yang melihat ayahnya terkapar, segera mencari bantuan. Meski bersimbah darah, beliau tetap berjuang mencari pertolongan. Alhamdulillah, seorang tukang becak melihatnya. Tapi tak lama kemudian, Mas Sigit pun lunglai. Terlalu banyak darah yang keluar dari tubuhnya...

Ibunda Mas Sigit berkisah, “Saya sengaja menunggu suami dan anak saya untuk makan sahur. Karena saat di telepon, Sigit bilang dia mau makan sahur bersama keluarga. Sekian lama saya tunggu, ternyata mereka belum juga muncul. Pun saat mendekati waktu Subuh, mereka belum juga tiba di rumah. Akhirnya saya makan sahur sendiri, tanpa mereka. Kalau mereka betul-betul mau sahur di rumah, mestinya mereka sudah sampai jauh sebelum waktu Subuh. Saya mulai cemas, khawatir terjadi apa-apa pada suami dan anak saya. Saya hanya bisa berdo’a pada Allah, semoga Allah melindungi mereka,”

“Begitu saya tahu apa yang menimpa suami dan anak saya, maka saya langsung ke Rumah Sakit. Saya ke kamar mayat, dan di sana saya dapati suami saya sudah meninggal. Meski banyak darah yang keluar, namun tak ada bau amis tercium. Hanya wangi. Lalu saya ke ruang ICU. Saya dapati anak saya, Sigit, sudah dikasih alat bantu pernafasan. Saya hampiri dia, dan setelah saya cukup dekat dengannya, saya hanya sempat mendengarnya mengucapkan kata: ‘Allah...’ pelaaan sekali, dan dia langsung meninggal. Seolah dia hanya menunggu kedatangan saya untuk berpamitan dan kemudian meninggalkan saya selama-lamanya...”

Ah, saat sakaratul maut adalah saat tersulit yang akan dialami setiap insan. Tak semua orang mampu menyebut asma Allah di hembusan nafas terakhirnya. Tapi Mas Sigit ini bisa. Lagi-lagi tak ada kata yang patut kita ucapkan kecuali “Subhanallah...”

***

Saya tak pernah mengenal Mas Sigit sebelumnya, terlebih melihat wajahnya. Tapi kisah beliau ini selalu dapat membuat saya menangis. Bukan karena sedih atau duka, tapi seperti kata penulis kisah di majalah ini, karena “I’m jealous...” Ya, begitu cemburunya ingin bisa seperti beliau yang begitu dikasihi Allah. Begitu cemburunya ingin seperti beliau yang begitu indah sambutannya di penghujung hidupnya. Disambut bidadari-bidadari bermata indah yang tidak pernah disentuh sebelumnya oleh jin dan manusia. Ya, seperti yang pernah dikatakan oleh beliau sendiri:
”Surga hanya akan menemukan definisinya di hati para pejuang.”Allahua’lam bisshawab..
Saya sungguh sangat ingin menjadi pejuang seperti beliau...(Rajab 14.1430/Nadia Hana Soraya)
(Bersambung ke bagian 2)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Smart Teen lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X