Ahad, 10 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Juni 2014 12:49 wib
27.732 views
Pernikahan, Hal Menakutkan bagi Masyarakat Barat
Di negeri barat sana ada sebuah cerita fakta, adalah Caroline Wozniacki, petenis asal Denmark baru saja diputuskan sepihak oleh tunangannya sehari setelah undangan pernikahan disebar. Malu, tentu saja. Sedih, pastinya. Tapi fenomena seperti ini adalah hal biasa di dunia barat sana.
Pernikahan adalah satu hal yang sangat menakutkan bagi mereka. Bagaimana tidak, mereka diikat setia hanya kepada satu orang saja seumur hidup. Merasa tidak siap menjadi alasan utama pembatalan pernikahan. Rory Mcllroy, mantan tunangannya hanya memberi ucapan semoga Caroline bahagia dan terima kasih untuk waktu yang telah dihabiskan bersama.
Yaa...kalau cuma begitu semua orang juga bisa. Tidakkah terpikir bagaimana perasaan si perempuan yang harus menanggung malu dengan pembatalan ini? Tidak, karena yang penting adalah dirinya sendiri tidak mau menempuh jalan yang dianggap sakral ini.
Bukan hal yang mengejutkan. Karena pernikahan bagi orang barat hanyalah secarik kertas legal saja, tak lebih. Bahkan mereka malah cenderung takut karena dengan menikah itu artinya mereka bersumpah setia di depan Tuhan. Tidak boleh selingkuh, tidak boleh cerai, yang itu semua sangat berat untuk dilakoni. Mereka memilih ‘living together’, bahasa kerennya adalah ‘kumpul sapi’ (karena kebo udah mainstream) menjadi gaya hidup. Bila bosan, bisa ganti pasangan tanpa pusing dengan administrasi dan ancaman dosa.
Sobat muda muslim, hal itu sangat berbeda sekali bila dibandingkan dengan standar hidup Islam. Ketika pergaulan laki-laki dan perempuan diatur sedemikian rupa, maka tak ada jalan lain untuk menghalalkannya kecuali dengan pernikahan. Ingin memegang tangan lawan jenis, ingin bercengkerama mesra, ingin memberikan perhatian secara khusus, itu semua harus ditempuh dengan menikah dulu. Bagi seorang muslim, menikah adalah indah. Bukan prosesi menakutkan yang bisa dibatalkan kapan saja bila dikehendaki.
Ikatan pernikahan, baik prosesnya ataupun lembaganya sendiri bukan melulu tentang perasaan saja. Tidak siap bisa batal. Tapi di sini banyak pihak yang dilibatkan yang itu semua menyangkut harga diri keluarga dan manusia secara umum. Siapa sih yang suka dipermalukan seperti kejadian di atas? Undangan sudah disebar, tapi batal hanya karena alasan nggak masuk akal semisal tidak siap.
Dalam hal ini, lagi-lagi pihak perempuan yang merasa dirugikan. Secara alami, jujur, dan normal, tidak ada perempuan yang suka dipermalukan. Semua perempuan lebih menyukai kejelasan status dalam sebuah hubungan. Menikah, berkeluarga dan memunyai anak adalah harapan normal setiap perempuan. Tapi ketika fungsi perempuan hanya digunakan untuk melampiaskan hawa nafsu saja tanpa ada itikad untuk menikahinya, sungguh merana sekali.
Tak heran kalau akhirnya pemerintah negara-negara barat banyak yang kelimpungan dengan minusnya generasi muda. Itu karena tidak banyak lagi orang mau menikah dan punya anak. Mereka hanya suka bersenang-senang untuk memuaskan hawa nafsu baik perut dan apa yang ada di bawah perut. Naudzubillah. Semoga generasi muslim dilindungi Allah dari fenomena kerusakan akhir zaman yang semakin parah dengan merajalelanya perzinaan dan enggannya manusia menuju pernikahan. Wallahu alam. [adivammar/riafariana/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!