

Masjid  Syeikh Ali Martaib (Masjid Fiisabilillah) di Desa Lumban Lobu,  Kecamatan Bonatua Tapanuli Utara-Sumatera Utara sudah dibakar tiga kali,  hingga saat ini masih terlihat jelas di lokasi sisa puing-puing  bangunan kayu yang terbakar.   Sampai dengan hari ini tidak satupun pelaku ditangkap apalagi diadili. 
 
 Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Batak Islam (PBI) mengutuk keras   pembakaran masjid Fiisabilillah di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Porsea,  Kabupaten Toba  Samosir (Tobasa) pada Jum’at 27 Juli lalu.
 
 “Kami yakin terbakarnya masjid Fiisabilillah tersebut cenderung tindak  kejahatan, karenanya Poldasu perlu mengusut tuntas dan menangkap para  pelaku pembakaran rumah ibadah itu”,  kata Ketua Umum DPP PBI Prof DR H  Abdul Muin Sibuea, MPd kepada pers di Medan, Rabu (4/8/2010).
 
 Menurut data BPS 2004, sekitar 87 persen penduduk Toba Samosir penganut  Kristen Protestan, Katolik 7 persen, dan Islam 6 persen. Selebihnya  adalah agama dan pengangut kepercayaan lain, seperti Parmalim, yang  dikenal sebagai agama tradisional Batak.
 
 Toba Samosir adalah kabupaten baru yang mekar dari kabupaten induk,  Tapanuli Utara, sejak 1998. Kemudian, Tapanuli Utara kembali dimekarkan  dengan terbentuknya Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan sejak 2003.  Semua kabupaten ini dihuni mayoritas etnis Batak Toba-Kristen, lebih  spesifik lagi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
 
 Masjid Fiisabilillah adalah masjid tertua di wilayah yang pada zaman  kolonial dikenal dengan Toba Holbung. Masjid yang kini memiliki jama’ah  sekitar 12 kepala keluarga ini hanya berjarak sepelemparan batu dari  pinggir jalan lintas barat Sumatera, sekitar 4 kilometer di utara kota  kecil Porsea. Kota Porsea dibelah Sungai Asahan, satu-satunya outlet  Danau Toba nan indah. 
 
 Posisinya terpisah dari pemukiman yang ramai dan berada di areal  persawahan. Hanya ada satu warung di dekatnya, persis di seberang, di  tepi jalan lintas Sumatera. Masjid tak dialiri arus listrik dan gelap  pada malam hari (kemungkinan dibakar sangat besar). Di depannya ada  jalan berbatu yang cukup dilalui kendaraan roda empat menuju  perkampungan Silombu Bagasan, yang tak begitu ramai.
 
 Pembakaran masjid Fiisabilillah di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Porsea,  Kabupaten Toba  Samosir Sumatera Utara terjadi pada Jum’at, 27 Juli 2010  sekitar pukul 05.00 WIB dibakar orang tak dikenal  (OTK). Berita  pembakaran masjid Fiisabilillah tersebut sontak membuat umat Islam  kaget, pasalnya pembakaran masjid tidak ter-blow up dan yang paling  mengherankan lagi kejadiannya bersamaan dengan pristiwa skandal  kebaktian liar jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di  Ciketing-Bekasi yang terus di blow up secara masiv dan berkala oleh  media-media nasional untuk menyerang umat Islam yang ada di  Ciketing-Bekasi. 
 
 Rangkaian peristiwa pembakaran masjid dan pelecehan HKBP terhadap Islam  dengan melakukan kebaktian liar sambil mengacau keamanan desa Ciketing,  menambah daftar panjang arogansi HKBP baik di Sumatera Utara maupun di  Bekasi. 
 
 Doktrin Agutinus (354-430)
 
Mengutip  PROF. DR. H. M. Rasjidi dalam bukunya ”Kebebasan Beragama” bahwa secara  historis agama Kristen di Eropa dan Amerika memiliki trauma keagamaan  terhadap beberapa aliran dari sekte-sekte mereka sendiri (katolik,  protestan, maupun sekte-sekte kristen). 
 
 Dalam sejarahnya Kristen telah melewatkan dasar intoleransi sejak abad  IV M, yaitu sejak Kristen menjadi agama resmi kerajaan Romawi. Sebagai  dasar intoleransi Kristen, Bluntschli S.K. dalam karangannya ”Geschichte  des Rechts der relegiosen Bekenntnis Freiheit” menerangkan sebagai  berikut: ”Jika kekeliruan itu (yang bukan agama Kristen) menang maka  umat Kristen harus mendengung-dengungkan kebebasan beragama. Akan tetapi  sebaliknya, jika benar itu (agama Kristen) yang berkuasa, maka sudah  semestinya untuk memakai paksaan” inilah yang mereka sebut sebagai  Doktrin Agutinus, (354-430).
 
 Dari uraian sebelumnya maka jelaslah bahwa kebebasan beragama adalah ide  barat di dalam masyarakat antar Kristen yang bersekte-sekte yang  terjadi pada abad ke XVII. 
 
 Menggalang Kaum Sepilis, Serang Islam
 
 Pembakaran Masjid Fiisabilillah dan perampasan atas hak-hak kaum  muslimin adalah potret buram yang selalu luput dari pemberitaan media,  dan orang-orang yang selalu mengklaim diri sebagai pejuang HAM. Kasus  Ciketing misalnya, mereka (LSM, media, dan tokoh-tokoh sepilis, tokoh  lintas agama) di galang untuk memusuhi Islam menuduh Islam bersikap  anarkhis dan tidak menghargai kebebasan bergama. 
 
 Bahkan saat Suara Islam mewawancarai Koordinator Kontras Usman Hamid  terkait kasus skandal kebaktian liar HKBP dan pembakaran Masjid  Fiisabilillah, Usman hanya berkelit. Tentang pembakaran Masjid  Fiisabilillah, Usman menjawab kikuk dan menyesalkan sulitnya mendapat  informasi dan berdalih bahwa, ”Hidup di Jakarta macet butuh waktu  berjam-jam untuk sampai rumah, apalah artinya Kontras yang kecil ini,  tidak mungkin mengurusi semua kasus yang ada di Indonesia”, ujarnya.
 
 HKBP juga tidak henti-hentinya berkampanye menggandeng kaum sepilis dan  kelompok lintas agama untuk mencari dukungan kepada Presiden. Mereka  menyebut diri sebagai “Forum Solidaritas Kerukunan Umat Beragama” yang  kemudian melakukan demo di kawasan Silang Monas, Jakarta, Minggu  (15/8/2010).
 
 Sama seperti apa yang mereka lakukan di Ciketing sebelumnya, HKBP  kembali melakukan kebaktian liar di depan Istana Negara. Kebaktian yang  dijadwalkan berlangsung pukul 13.00 di depan Istana Presiden ternyata  gagal karena ketatnya penjagaan di sekitar istana membuat tempat  kebaktian dipindahkan ke dekat patung kuda kencana di Monas, dan baru  dimulai setengah jam kemudian. Kebaktian diawali dengan menyanyikan lagu  puji-pujian yang diambil dari Kidung Jemaat. Dan dilanjutkan dengan  khotbah yang disampaikan Pdt. STP. Siahaan.
 
 Demonstrasi di depan Istana Negara tersebut selain diikuti tokoh dan  jemaat HKBP, juga dihadiri anggota Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Pemuda  Katolik, Hindu dan Budha. Tokoh yang hadir antara lain Ulil Abshar  Abdala (JIL), Eva Kusuma Sundari (Anggota Kaukus Pancasila Parlemen),  dan tokoh lintas agama seperti Pdt Yewangoe, Franz Magnis Suseno, dan  Musdah Mulia. 
 
 Aksi yang digalang HKBP atas nama “Forum Solidaritas Kerukunan Umat  Beragama” sejatinya dilakukan untuk menekan presiden yang pada hari  berikutnya (16/8/2010) melakukan Pidato Kenegaraan. Akan tetapi tidak  sedikitpun SBY menyinggung apa yang diharapkan HKBP yaitu memfitnah  Islam. HKBP menggunakan caranya, SBY juga mempunyai caranya sendiri. Wallahualam Bishawab. (jaka setiawan)
+Pasang iklan
								FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
									  http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
									  http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
									  http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
									  http://www.anekaobatherbal.com
							
							
							
							
							
								
							