Nasihat Rasulullah: Hindarkan Anak Muda dari Zina

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah ﷺ, keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Zaman yang kita jalani saat ini penuh dengan godaan. Akses terhadap hal-hal yang mengundang syahwat begitu mudah, bahkan hanya melalui genggaman tangan. Di tengah derasnya arus fitnah dan kemaksiatan, para pemuda menjadi kelompok yang paling rentan, karena saat masih muda, gejolak nafsu dan syahwat biologis begitu kuat.

Islam, sebagai agama yang sempurna, tidak menutup mata terhadap fitrah itu. Islam membimbing anak-anak muda yang sudah siap untuk menyalurkan syahwat seksual melalui jalan yang benar; yaitu pernikahan.

Demikianlah Rasulullah ﷺyang sangat memahami psikologi pemuda. Beliau tidak menghardik mereka dengan kekerasan soal nafsu syahwat. Melainkan membimbing dengan kelembutan, logika, dan doa.

Pernikahan: Jalan Halal untuk Menyalurkan Fitrah Seksual

Dalam hadits yang masyhur, Rasulullah ﷺ berbicara kepada para pemuda dan memberikan nasihat agung kepada mereka terkat urusan syahwat seksual:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ؛ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu (secara fisik dan finansial) untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi perisai baginya." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu)

Pernikahan dalam Islam bukan sekadar ikatan antara dua insan, melainkan benteng moral yang menjaga pandangan, hati, dan kehormatan. Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan; dua pintu besar yang sering menjadi sumber dosa.

Namun, beliau juga memberikan solusi bijak bagi yang belum mampu menikah: berpuasa. Karena puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga mendidik jiwa untuk mengendalikan hawa nafsu.

Rasulullah ﷺ dan Seorang Pemuda yang Meminta Izin untuk Berzina

Dalam semangat menjaga generasi muda dari dosa, Rasulullah ﷺ juga memberikan teladan dalam cara menasihati dengan hikmah dan kelembutan yang luar biasa. Beliau tidak memarahi atau menghardik, tetapi mengajak pemuda itu berpikir dengan logika hati.

Diriwayatkan bahwa seorang pemuda datang kepada beliau dan berkata dengan polos: “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.”

Para sahabat yang mendengar ucapan itu marah dan ingin menegurnya, tetapi Rasulullah ﷺ menenangkannya dengan kelembutan. Beliau bersabda: “Mendekatlah ke sini.”

Pemuda itu pun mendekat dan duduk di hadapan beliau. Rasulullah ﷺ lalu bertanya kepadanya dengan lembut:

“Apakah engkau rela jika perbuatan zina itu dilakukan terhadap ibumu?”

Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah! Aku tidak akan rela.”

Rasulullah bersabda: “Demikian pula orang lain, mereka pun tidak rela hal itu terjadi pada ibu mereka.”

Beliau melanjutkan: “Apakah engkau rela bila hal itu dilakukan kepada putrimu?”

Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah!”

Beliau bersabda: “Begitu juga orang lain tidak rela hal itu terjadi pada putri mereka.”

Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya hal serupa tentang saudarinya, bibinya dari pihak ayah, dan bibinya dari pihak ibu. Dan setiap kali ditanya, pemuda itu menjawab dengan penuh rasa malu, “Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah!”

Akhirnya Rasulullah ﷺ meletakkan tangan beliau di dada pemuda itu dan berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ، وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ

“Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jagalah kemaluannya.” Sejak saat itu, pemuda tersebut tidak lagi tergoda oleh perbuatan maksiat. (HR. Ahmad)

“Apakah engkau rela bila itu dilakukan kepada ibumu, putrimu, saudaramu, atau bibimu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu menyentuh nurani sang pemuda. Ia menyadari bahwa zina bukan hanya pelampiasan nafsu, tetapi juga perbuatan yang merusak kehormatan orang lain.

Ketika kesadaran itu tumbuh, Rasulullah ﷺ tidak berhenti di situ. Beliau menutup nasihatnya dengan doa — doa yang menembus hati:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ، وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ

“Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Doa ini menjadi simbol kasih sayang Nabi kepada umatnya, terutama kepada generasi muda yang sedang berjuang melawan hawa nafsu.

Meneladani Cara Nabi dalam Membimbing Generasi Muda

Dari kisah ini, kita belajar bahwa menasihati pemuda agar menjauhi zina tidak cukup hanya dengan larangan keras atau ancaman hukuman. Mereka butuh pemahaman, empati, dan bimbingan yang menyentuh hati.

Nabi ﷺ mengajarkan kita bahwa perubahan sejati datang dari kesadaran, bukan paksaan. Ketika hati seseorang disentuh dengan hikmah dan kelembutan, ia akan berubah dengan kemauannya sendiri dan perubahan seperti itu jauh lebih kuat dan bertahan lama.

Penutup

Zina bukan hanya dosa besar, tetapi juga penyakit sosial yang merusak generasi. Namun, Islam tidak hanya melarang, tapi juga Islam mendidik. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa menjaga kesucian diri bukan sekadar menahan nafsu, melainkan menjaga kehormatan seluruh umat manusia.

Maka, tugas kita sebagai orang tua, guru, dan pembimbing adalah meneruskan metode Rasulullah ﷺdalam membimbing para pemuda dengan sabar, menanamkan nilai malu, dan mengingatkan bahwa kemuliaan sejati ada pada hati yang bersih dan kehormatan yang terjaga. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Tsaqofah lainnya:

• Jangan Sakiti Orang yang Shalat Shubuh Berjamaah, Bahaya!
• Sesulit Apapun Hidupmu, Jangan Pingin Mati!
• Kisah Abu Hanifah dan Tetangga yang Pemabuk
• Harta Haram untuk Amal Shalih, Apakah Diterima Allah?
• Kekayaan yang Mengantar ke Surga
• 7 Amalan 'Syukur' Harian
• Jadilah Mukmin yang Kaya!
• Demam Menghapuskan Dosa dan Kesalahan