Kamis, 4 Zulhijjah 1446 H / 4 April 2013 10:45 wib
31.505 views
Syaikh Ghiyats: Bashar Asad Tewas, Revolusi Di Suriah Belum Usai
JAKARTA (voa-islam.com) – Belum lama ini Bashar Asad dikabarkan tewas terbunuh. Benarkah? Jika pun benar, akankah revolusi di Suriah selesai? Meski terbunuhnya Bashar Asad sangat diharapkan. Namun, berita tewasnya Bashar Asad tidak akan membuat mujahidin Suriah lengah dan larut dalam euforia.
“Kalaupun benar Bashar Asad terbunuh, pasti akan ada juru bicara dari FSA untuk menjelaskan itu.” Demikian dikatakan aktivis kemanusiaan Suriah (Syrian Society for Humanitarian Relief and Development) Syaikh Ghiyats Abdul Baqi di secretariat AQL , Jakarta, Rabu (3/4).
Ketika ditanya, seandainya Bashar Asad betul-betul tewas terbunuh, apakah revolusi di Suriah telah selesai? “Yang jelas, kemenangan semakin dekat. Revolusi di Suriah, bukanlah sekedar tergulingnya atau matinya Bashar Asad, tetapi tegaknya bendera Laailaaha illallah.”
Adanya video di Youtube ihwal pengumuman tewasnya Bashar Asad oleh faksi Liwa As-Syuhada, Syaikh Ghiyats mengatakan, kelompok itu memang terkenal keberaniannya. Namun, ia belum yakin dengan kematian Bashar Asad. Kalau pun mati, seluruh komponen mujahidin di Suriah akan mengabarkan hal tersebut.
“Berita tentang tewasnya Bashar Asad jangan membuat pejuang euphoria. Analisa saya, kabar kematian Bashar Asa boleh jadi untuk melemahkan kekuatan mujahidin, atau merusak citra mujahidin. Jika suatu ketika, tiba-tiba Bashar Asad muncul kembali, maka rezim Bashar Asad dengan bangga akan melontarkan fitnah bahwa mujahidin itu penipu, karena mengabarkan berita tidak benar," demikian analisa Ghiyats.
Kata Syaikh Ghiyats, jika Bashar Asad telah mati, di masa transisi nanti, akan digelar pemilu untuk memilih wakil rakyat dan pemerintahan. Diakui, tujuan revolusi di Suriah sejak awal adalah menumbangkan rezim Syiah Nushairiyyah Bashar Asad.
Syaikh Ghiyats mengakui, adanya mujahidin gadungan yang ingin memecah belah pejuang Suriah. Makar itu dilakukan oleh rezim Bashar Asad untuk menyudutkan mujahidin.
Menyinggung soal rencana kehadiran NATO di Suriah, dan posisi AS dalam menyikapi konflik di Suriah, Syaikh Ghayats mengatakan, rakyat Suriah tidak menungu bantuan Suriah ataupun NATO. Bantuan militer dari Iran, Rusia dan Cina kepada rezim Bashar Asad sudah menjadi bukti AS seakan memberi restu kepada ketiga negara tersebut untuk membantu rezim Bashar Asad.
“Kami tidak berharap kebaikan dari NATO di Suriah. Kami tidak percaya NATO, justru NATO akan membawa keburukan bagi rakyat Suriah,”tandas Ghiyats. [desastian]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
