Pekanbaru (ANTARA News) - Empat mahasiswa Indonesia asal Provinsi Riau menjadi korban penyiksaan polisi Mesir di Kairo, dan kini masih terguncang jiwanya cukup berat dan mengalami trauma.

Kabar ini disampaikan Roudhatul Firdaus, keluarga salah satu mahasiswa yang menjadi korban penganiayaan, kepada ANTARA di Pekanbaru, Jumat.

Roudhatul adalah kakak dari Faturrahman (23), mahasiswa tingkat IV di Universitas Al Azhar asal Desa Pematang Berangan Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Tiga korban lainnya adalah Ahmad Yunus yang juga mahasiswa tingkat IV asal Kecamatan Bangun Purba, Azril mahasiswa tingkat I asal Rokan IV Koto, dan Tasrih Sugandi mahasiswa tingkat I asal daerah SP4.

"Mereka semua kini masih trauma akibat penangkapan dan penyiksaan polisi Mesir," katanya seraya mengungkapkan mereka juga mengalami luka fisik.

Faturrahman berencana pindah rumah karena ketakutan, bahkan dua mahasiswa tingkat satu yang menjadi korban penganiayaan ingin pulang ke Indonesia, ujarnya.

Roudhatul mengungkapkan, keluarga yakin Faturrahman tidak terlibat bersalah dan menjadi korban kekerasan polisi karena dia dikenal sebagai alim.

"Setahu saya, dia (Fatturrahman) tidak pernah ikut organisasi garis keras. Dia selama ini hanya ikut organisasi pelajar asal Riau dan perkumpulan sesama orang Sumatera," katanya.

Keempatnya ditahan polisi Mesir (Amni Daulah) dari 28 Juni hingga 1 Juli, setelah ditangkap di rumah kontrakannya di Kairo pada 28 Juni sekitar pukul 02.30 waktu setempat.

Keempatnya mendapat perlakuan semena-mena selama penahanan seperti ditelanjangi, ditutup matanya, dipukuli dan disetrum.

Mereka juga tidak sekalipun diberi makan selama tiga hari ditahan, dan harus membeli dari dalam tahanan dengan uang sangat terbatas, demikian Roudhatul. (*)