Rabu, 13 Zulqaidah 1445 H / 11 November 2015 16:29 wib
15.213 views
Turki Diterima Menjadi Anggota Uni Eropa, Tapi Erdogan Menolak?
BRUSSEL (voa-islam.com) - Laporan tahunan Komisi Eropa kepada Turki bertepatan dengan hari Republik Turki, yang didirikan oleh Kemal Ataturk, Tahun 1920, Ataturk melancarkan gelombang reformasi Turki, dan ingin menyamakan Turki seperti Eropa.
Presiden Erdogan, tahun lalu, yang menjadi kebanggaan rakyat Turki memberikan isyarat dengan jelas:
“Turki sekarang menjadi negara kuat. Turki tidak lagi menjadi negara yang akan mengemis di depan pintu anda (Uni Eropa). Turki bisa berdiri sendiri, dan dengan tekad Turki akan bergabung dengan Uni Eropa, jika diterima. Jika ditolak, Turki akan membuat jalan sendiri”, tegas Erdogan.
Satu tahun kemudian, setelah laporan tentangn Komisi Eropa di tentang keras oleh Brussels, Erdogan dapat memberikan pemikiran yang tegas, Turki 'jalan sendiri'. Pemilihan yang berlangsung sejak 2002, rakyat Turki memberikan kepercayaan Partai AKP, dan terus memenangkan pemiihan, dan satu dekade melakukan perubahan besar-besaran di bawah Erdogan.
Turki berusaha mendaftar sebagai anggota Masyarakat Ekonomi Eropa, sebelum masuk menjadi anggota Uni Eropa, pada tahun 1963. Negosiasi terhadap akses Turki secara penuh menjadi anggota Uni Eropa, baru mulai tahun 2005.
Masalah Siprus dan lambatnya reformasi Turki, membuat Uni Eropa menjadi skeptis terhadap keanggotaan Turki ke dalam Uni Eropa. Kemudian, Austria dan Jerman, hanya bersedia menerima Turki sebagai kemitraan istimewa. Perancis dibawah Presiden Sarkozy mendukung Turki hanya sebatas dalam kemitraan istimewa.
Kanselir Jerman Merkel akan memimpin beberapa negara Uni Eropa lainnya, yang menunda membuka babak baru pembicaraan, ketika Ankara menindak dengan keras aksi protes anti-pemerintah dua tahun lalu.
Kemudian pengungsi Suriah yang membanjiri negara-negara Uni Eropa, mengubah sikap dan pandangan para pemimpin Uni Eropa. Sekarang Uni Eropa memerlukan Turki membantu mengelola pengungsi Suriah dalam jumlah yang sangat besar.
Merkel melunak sikapnya, dan menyambut keanggotaan penuh Turki, dan sangat “terbuka”, ketika Merkel mengunjungi Erdogan bulan lalu dan memberi laporan baru tentang Turki kepada Uni Eropa. Meskipun Ankara jauh lebih dingin untuk prospek sekarang.
Ankara menyebut kritik terhadap Turki dalam laporan "tidak adil dan tidak proporsional", dan di mana Erdogan mengatakan “tidak dapat diterima”. Kehidupan rakyat Turki, tanpa bantuan negara-negara Uni Eropa sudah sejajar dengan mereka. (afgh/en/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!